𝑪𝒂𝒇𝒆 𝑬𝒍𝒂𝒏𝒈

4 0 0
                                    

Yourword
_

Nathan sedang menggulir layarnya, melihat-lihat nomor telepon teman-teman sekelasnya. Banyak juga sih teman-temannya yang tidak menggunakan nama asli di WhatsApp, atau mungkin tidak diberi nama, hanya tanda titik (.) saja.

Tapi Nathan menemukan satu nomor, dengan gambar seseorang yang dia kenal.

Elang.

Dia mencoba mengirim pesan ke nomor itu.

Walaupun nama yang tertera bukanlah Elang, tapi tulisan, ingat, lo nggak penting.

"Bukan maen." Ucap Nathan.

"Elang." Send.

+628134459xxxx : oi, siapa?

"Ini gue, Nathan, save." Send.

Setelah memastikan, bahwa tadi adalah nomor Elang, Nathan langsung saja menyimpannya.

Elang : oo, ok.

"Lo di rumah Lang?" Send.

Elang : di tempat kerja. Di Cafe.

"Gue boleh ke sana nggak?" Send.

Elang : boleh, biar nambah pelanggan gue. Haha.

"Yoi, Shareloc dong." Send.

Elang : share location (view in maps)

"Ok, thanks." Send.

Elang : 👍👍

_

"Mah Evan keluar dulu ya, mau nongkrong sama temen baru." Pamit Nathan pada mamanya yang sedang menonton serial TV kesukaannya dengan papanya.

"Iya, hati-hati, gak boleh ngebut." Pesan mama nya saat Nathan salim.

"Pah, Evan berangkat." Pamit Nathan pada ayah nya juga.

Nathan menuju cafe dimana Elang bekerja. Dinginnya udara yang di iringi rintik hujan itu membuat tangan Nathan sedikit kram.

Di tengah perjalanan, ia mengenali sosok perempuan yang sedang berjalan kaki di trotoar sendirian. Nathan pun menepi untuk menghampiri perempuan tersebut.

"Icaa!" Panggil Nathan saat sudah dekat dengan Ica.

Ica menoleh pada orang asing di depan nya yang memakai helm full face.

"Ampun bang, jangan apa-apain saya." Ica menyatukan tangan di depan mukanya.

"Ica, ini gue, Nathan." Ucap Nathan.

Ica perlahan membuka matanya, dan menurunkan satuan tangannya.

"Syukurlah, gue kira bang Fatan." Kata Ica.

"Issh Nathan, bikin deg degan aja." Ujar Ica sambil menghentakkan kakinya.

"Sorry deh, lo ngapain jalan kaki sendirian? Mana nggak pake payung lagi, sakit ntar." Kata Nathan.

"Baru dari minimarket tuh, lagi gak ada motor di rumah, jadi jalan deh, lagian kalo malem, jalan kaki walau lumayan jauh juga nggak kerasa. Nggak pake payung, karena udah ada tudung nih hoodienya." Jelas Ica panjang lebar.

"Yaudah naik, gue anter sampe rumah." Ajak Nathan.

"Nggak usah deh Nat, gue nggak enak hehe." Tolak Ica halus.

"Kalo tiba-tiba ada bang Fatan, mampus lo." Kata Nathan mengingat kejadian tadi.

"Ih Nathan, yaudah deh ayo." Ica segera naik di jok belakang motor besar Nathan.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang