𝑷𝒆𝒓𝒂𝒑𝒊𝒂𝒏 2

3 0 0
                                    

Yourword
_

"Nathan nggak cerita?" Tanya Ica.

"Nanti aja nunggu Elang." Jawabnya.

Mereka mengabiskan waktu dengan bercerita banyak hal. Mulai dari pengalaman menyedihkan, menakutkan hingga paling menyenangkan.

Hari itu memanglah hari yang sangat seru bagi mereka semua. Berharap hari-hari lain menjadi seperti itu.

Ceklek

"Malam semua." Suara Elang menyapa Indra pendengaran mereka.

"Malam juga. Loh Elang udah pulang? Jam berapa ini? " Tanya Sarah.

"Udah jam sebelas lewat Sar." Ucap Elang masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai namun berlapis Hoodie tebal milik Sarah.

"Seru banget cerita sampai gatau waktu haha." Kata Sarah.

"Sar." Panggil El.

"Hmm?"

"Hari ini, di dekat perapian di rumah Lo, gue mau bilang sesuatu. Dulu gue pernah suka sama Ica sampai punya planning nikah. Tapi beberapa tahun lalu, gue kenal seseorang yang bisa bener-bener membuat jantung gue berdetak lebih kencang, bisa membuat gue nyaman saat dengan dia, bisa saling melengkapi kekurangan. Gue selalu menghindar kalau gue mau cerita ke Lo. Karena sebenarnya gue suka sama Lo Sar. Sarah Adelia, yang telah membuat gue tiap malem nggak bisa tidur, bahkan gue harus alasan tanyain materi ke Lo supaya bisa denger suara Lo."

Elang yang masih di balik dinding dapur mendengarkan semua perkataan El. Dirinya senang, karena akhirnya langkah ke Ica semakin dekat.

Sarah menggenggam tangan El. Tersenyum ke arahnya.

"Makasih ya udah suka sama gue El. Makasih banget. Gue nggak pernah nyangka Lo suka sama gue. Tapi El, di hati gue udah ada pemiliknya. Hati gue udah tertutup buat orang lain. Elang El, dia pemiliknya." Suara Sarah mengalun lembut di telinga semua orang.

Elang yang tadinya tersenyum di dapur, mengendurkan senyumnya. Meresapi jawaban Sarah.

"Gue?" Gumamnya pelan.

Malam itu, perapian itu mejadi saksi bagaimana kerapuhan hati seorang El di topang oleh hangatnya api. Jiwa dewasanya memilih untuk membiarkan hatinya terluka, agar dirinya menghukum hatinya. Telah mengalihkan rasanya dari Ica. Ica meneteskan air mata mendengar pengakuan El.

Namun Ica masih berdiam di sana, di tempatnya. Belaian halus bisa di rasakan Ica saat tangan El menyusup masuk ke belakang kepalanya.

"Lo masih milik gue Ca, tenang aja." Tenang El.

"Thanks Sar, gue udah lega ungkapinnya, Elang memang paling pantes buat Lo." Balas El.

Mereka berempat kembali mencairkan suasana dengan saling bertukar pikiran. Sesekali El menyanyikan lagu.

"Gue laper nih, ke dapur dulu ya." Pamit Sarah.

Sarah pun berjalan menuju dapur.

Disana masih ada Elang dengan seribu pemikirannya. Nampaknya nama Ica harus ia pindahkan dari hatinya. Mengingat selama ini ia tak pernah berbuat apapun pada Ica. Tidak sedekat dengan Sarah juga. Elang sebenarnya menyadari raut wajah itu, namun Elang masih bimbang, apakah dirinya layak untuk Sarah. Yang jelas Elang akan berupaya suapaya dirinya layak.

"Dor!" Kaget Sarah pada Elang.

"Eh ayam ayam copot." Latah Elang.

"Bengong mulu Lo, kseambet tau rasa Lo." Kata Sarah sambil mengambil piring, dan menuangkan nasi untuk Elang dan untuknya.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang