𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒓𝒂𝒉

4 0 0
                                    

Yourword
_

"Buk, Elang pulang." Seru Elang memasuki rumahnya.

Elang pun mengambil tangan ibunya lalu menciumnya.

Ibunya sedari tadi menunggu pulangnya Elang, siapa tau Elang pulang membawa makanan, jadi ia menunggu di dekat cendela. Ini adalah kebiasaannya.

"Sama siapa Lang?" Tanya Ibunya melihat mobil di halaman rumahnya.

"Sarah itu buk." Jawab Elang yang sedang menaruh tasnya.

Dan benar saja, beberapa detik kemudian Sarah keluar dari mobil dan melihat posisi mobil. Setelah di rasa sudah pas barulah Sarah masuk ke dalam rumah Elang.

"Ibuk." Sapa Sarah sambil menyalimi ibu Elang membawa tangannya ke pipinya.

"Mbak Sarah. Syukurlah sehat-sehat to?" Tanya Ibu Elang sambil meremas lengan Sarah pelan.

"Iya buk Sehat, ibuk sendiri juga sehat kan?" Tanya Sarah.

"Iya ibuk sehat. Ada apa kok masih pakai seragam ke sini?"

"Oiya ini buk, Lang bantuin."

Sarah dan Elang menuju bagasi mobil, kemudian mengeluarkan bahan makanan dan dimasukkan ke rumah Elang.

"Mbak Sarah, lho ini kenapa kok banyak banget?" Tanya Ibu Elang.

"Nggak kok buk, ayo buk bantuin juga." Seru Sarah kemudian tertawa kecil.

Ibu Elang pun menuruti permintaan Sarah, membantu mengangkat yang bisa ia bawa.

"Makasih Lang, buk, sudah di bantu angkat." Ucap Sarah saat hendak menutup bagasi mobilnya.

"Aduh yang Makasih seharusnya ibuk." Ucap Ibu Elang sambil menangis.

Benar-benar menangis, tangannya mengusap air matanya. Sarah pun memeluk ibu Elang.

"Mbak Sarah, terimakasih banyak." Hanya kata-kata itu yang bisa diucapkan ibu Elang.

Sarah mengelus-elus punggung ibu Elang. Elang yang dari jauh melihat mereka pun ikut mengeluarkan air mata.

"Saya nggak tahu kalau mbak Sarah nggak bantu, saya sama anak-anak makan apa." Kata Ibunya.

"Iya buk." Balas Sarah sambil terus mengelus punggung Ibu Elang.

Sarah bisa merasakan basah dibahunya. Hatinya tersentuh, seseorang yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri ini menangis antara sedih dan berterimakasih. Menangis karena ibunya tidak bisa berbuat lebih untuk keluarganya, berterimakasih karena masih ada orang yang mau membantu dengan sukarela pada mereka.

"Ayo mbak Sarah, masuk dulu." Aja ibu Elang.

Sarah pun menuruti. Saat dekat dengan Elang, Sarah segera memeluk erat Elang juga, menangis di bahu Elang. Elang akhirnya membalas pelukan Sarah juga, mengelus punggungnya sambil berbisik, "terimakasih banyak Sar."

Sarah mengangguk dalam pelukan mereka.
Sarah pun melepaskan pelukannya, menyeka air matanya, kemudian duduk di sofa tua milik keluarga Elang.

Berkali-kali ia duduk di sofa ini. Ia rasa dalam beberapa tahun ini, dirinya akan terus bersama sofa indah penuh kenangan ini.

"Lang, bikinin mbak Sarah teh Lang." Titah ibunya.

"Sudah buk nggak papa, nggak usah, saya langsung aja. Mau persiapan, soalnya nanti anak-anak mau nginep di rumah." Kata Sarah.

"Elang nggak papa kan buk nginep di rumah saya?" Tanya Ibunya.

"Iya mbak, nggak papa, yang penting jangan sampai kebablasan saja." Ucap Ibu Elang di jawab anggukan oleh Sarah dan Elang.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang