𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒓𝒂𝒉 2

4 0 0
                                    

Yourword
_

"Thanks El, udah gantiin gue masak. Lo mau makan duluan?" Tanya Sarah sambil melepaskan celemek dari badan El.

El tersenyum singkat mengamati pergerakan Sarah. Jantung El sempat berdetak lebih cepat saat Sarah seperti memeluk El untuk mengikat tali celemek.

"Kayaknya gue harus mandi lagi deh." Kata El.

"Kenapa gitu?" Tanya Sarah.

"Lo wangi banget soalnya, gue kalah." Jawab El di balas tatapan oleh Sarah.

"Gombal." Ucap Sarah sambil menciprati El dengan air dari keran yang ia pakai untuk mencuci tangan.

Sarah mencuci berbagai lalapan. Kemudian mengangkat ayam-ayam terakhir yang ia masak. Lalu menggoreng cabai, tomat, bawang merah dan bawang putih untuk sambal.

Setelah selesai semua, barulah ia merebus air untuk membuat teh panas di teko besar.

"Nathan mana?" Tanya El pada Ica yang sedang mengeluarkan beberapa Snack.

Ica mengendikan bahunya.

"Belum datang tuh."

El melihat jam di tangannya, sudah jam lima. El pun mengirim pesan singkat pada Nathan.

"Nath, gimana, Lo jadi nginep di rumah Sarah nggak?" Send.

Beberapa detik kemudian balasan dari Nathan pun tiba.

Nathan : otw

El segera menyimpan lagi ponselnya.

Tiba-tiba bunyi petir yang menggelegar mengagetkan mereka semua, terutama Ica, yang sekarang sudah di bawah bantal sofa.

El segera mencari keberadaan Ica.

"Ca, Lo nggak papa kan?" Tanya El.

"El gue takut." Ucapnya gemetar di balik bantal.

"Ssst jangan takut, gue di sini." Ucap El menenangkan.

Perlahan Ica membuka bantal di kepalanya, kemudian mengangkat kepalanya.

Saat Ica mengangkat kepalanya, kilat cahaya dari luar kembali terlihat membuat Ica segera memeluk El.

Dan benar saja, tak lama kemudian suara menggelegar itu kembali datang.

"El Lo di sini kan?" Tanya Ica.
Padahal Ica mendengar detak jantung El yang normal, dirinya hanya memastikan karena ketakutan membuat dirinya lemas.

"Iya gue di sini Ica." Ucap El sambil mengelus rambut Ica. Mereka pun bersandar di sofa.

Ica masih belum mau mengangkat kepalanya, ia benar-benar membenamkan kepalanya di dada El.

Sarah dari dapur mencari keberadaan mereka, sambil bertanya-tanya dimana mereka, kenapa menjadi sepi.

Sarah memanggil mereka. "El? Ica?" Panggilnya.

"Iya gue di sini." Seru El.

Suara menggelegar kembali menyambut pendengaran mereka. Di iringi hujan yang begitu lebat.

Sarah menengok mereka di bawah. "Ngapain kalian?" Tanya Sarah pelan.

"Astraphobia." Jelas El pada Sarah.

Sarah mengangguk-angguk mengerti.

"Ke kamar gue aja. Istirahat dulu." Kata Sarah pada El.

El mengangguk, lalu mengajak Ica ke kamar Sarah.

Sampai di kamar Sarah yang bersih dan wangi, Ica membaringkan diri di kasur, menutupi diri di bawah bed cover tebal berwarna abu-abu itu.

Suara petir pun mulai berkurang hingga tiada lagi, hanya kilat kilatnya saja. Tapi El masih terus di sana menemani Ica. El melihat mading di kamar Sarah, ia tertarik dengan polaroid bergambarkan candid El disana, kemudian ia membaca note disana.

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang