three

30.6K 464 4
                                    

Seusai percintaan mereka di kamar mandi, kegiatan itu terus  berlanjut sampai ke atas kasur. Raka membaringkan tubuh basah Veronica ke atas kasurnya, lalu mulai menciumi tubuh molek di depannya.

Veronica menggigit bibir bawahnya.

Gimana Veronica gak kelimpungan? Ini bukan soal ronde terus berlanjut, tapi cara Raka memperlakukannya yang kerasa agak beda. Misalnya seperti meminta ijin.

“Gue masukin, ya?”

“Boleh kan?”

Perlakuan manis macam orang kasmaran ini bener-bener bikin Veronica bingung. Apalagi cowok itu selalu meminta pendapatnya seperti;

“Enak?”

“Is it good?”

“You like it?”

Astaga, Veronica jadi ngerasa pusing. Raka yang begini kayak bukan Raka yang biasanya. Cowok itu sebenernya kerasukan setan mana sih?

Raka bergerak cepat, tapi lembut. Cowok itu kadang menatapnya di sela-sela percintaan mereka. Dan jujur aja, tatapan Raka yang dalam dengan posisi di atasnya juga dalam kondisi intim seperti itu membuat Veronica malu.

Nggak biasanya Veronica malu di depan cowok. Veronica selalu punya stok keberanian paling banyak. Dia gak pernah keliatan ragu, selalu optimis dan percaya diri. Hal itu juga yang membuat Veronica keliatan lebih menarik. Seolah cewek itu tau kalo dirinya emang spesial, without even trying.

Tapi Raka malam ini sukses membuat jantung Veronica berpacu ke level yang lebih tinggi.

Tau-tau Raka menariknya bangun dan mendudukkannya di pangkuan cowok itu. Veronica yang paham apa yang dimaui Raka, tangan kanannya langsung bergerak mengambil milik Raka dan memasukkannya ke dalam miliknya sendiri.

Cewek itu mendongak bersama lenguhan kecil. “Hmm.”

“Gerak, Ve.”

Veronica mengangguk. Ia bergerak pelan naik turun, terkadang ia memutar pinggulnya dan milik cowok itu terasa masuk semakin dalam.

Raka merengkuhnya. Tangan kanan cowok itu mengelus punggungnya, sedangkan satu tangannya masuk ke dalam selangkangan Veronica. “Mau tambah pake jari?”

“Ahhh, ya, boleh.”

Raka memasukkan satu jarinya. Cowok itu masih terus memperhatikan ekspresi Veronica, cara cewek itu menggigit bibir dan mengalungkan tangan-tangannya di leher Raka.

“Please me,"

Raka mengangguk dan menambah satu jarinya. Sedangkan jari telunjuknya memainkan bagian klitoris cewek itu, memberi penekanan atau terkadang membuat gerakan memutar pelan.

Membuat Veronica benar-benar kehilangan kendali. Cewek itu hanya bisa mendesah menyebutkan nama Raka sampai akhirnya orgasme entah untuk yang keberapa.

Raka kini yang mengambil alih. Pinggulnya bergerak untuk melakukannya dari bawah. Gerakannya tidak terlalu teratur, membuat Veronica yang masih menikmati sisa orgasmenya kini terangsang lagi.

Satu tangan Veronica memeluk leher cowok itu, sedang satu tangannya lagi menekan punggung Raka. Menancapkan kuku-kuku panjangnya ke kulit Raka yang mungkin esok pagi akan membekas.

Raka terus bergerak masih sambil memainkan milik Veronica juga dengan tangannya. Cowok itu terkadang mengerang saat tempo gerakannya berubah cepat. Hingga akhirnya erangan cowok itu memanjang dibarengi lenguhan Veronica.

Keduanya saling mengatur nafas dalam pelukan masing-masing. Selang beberapa menit, Veronica mendongak dan cewek itu tersenyum. “You—”

“Shit, Ve, gue lupa pake kondom!”

***

Bersandar di sofa Raka yang ada di kamar tidur cowok itu, Veronica memperhatikan saat Raka baru saja kembali dengan sebungkus plastik berwarna putih juga rokok yang tersulut di mulutnya.

Cowok itu menyerahkan plastik putih pada Veronica. Pil after morning, pengaman extra safe, low fat milk rasa coklat, keripik Lay's dan dua pack Pocky Matcha.

“Gue beli Burger King tuh.”

Cewek itu tersenyum makin sumringah. Ia segera meninggalkan kamar menuju dapur. Di atas pantry memang ada makanan cepat saji yang digemari cewek itu. Segera Veronica menyerbunya.

Gak butuh waktu lama bagi Raka untuk menyusul Veronica. Masih sambil ngudud, cowok itu ikut duduk di kursi barstool menghadap mini bar. Menemani Veronica yang sedang makan di jam dua pagi.

“Besok ikut gue, ya.”

“Kwe mwanwah?”

Raka tersenyum melihat tingkah cewek itu. Satu tangannya bergerak mengelus-elus rambut Veronica. Entahlah, dia suka aja ngelakuin hal satu itu.

“Bahamas.”

“Bahamas? You mean Bahamas in Karibian Island?”

“Na-ah. Ke Bali.”

“Ngapain?”

“Besok Minggu. Gue pengen surfing.”

“Kuta?”

“Uluwatu. Greenbowl.”

“Oke.”

“Lo tidur di sini aja. Jangan pulang.”

Meski bingung, Veronica mengiyakan. Cewek itu baru aja mau masuk ke kamar sebelah kamar Raka, saat Raka mencekalnya.

Raka menatapnya bingung. “Kok ke situ? Ke kamar gue.”

“Oke..”

Dengan kaus hitam kebesaran milik cowok itu, Veronica seperti tenggelam. Pahanya cuma keliatan setengah, dan badannya keliatan super kecil.

Cewek itu merangkak naik ke atas kasur, disusul Raka yang merebahkan kepala sejajar sama perut Veronica. Veronica mengelus rambut Raka, balas memeluknya di antara kesunyian malam.

Dia bingung sama sikap Raka, tapi dia juga gak mau nanyain itu. Dia takut keadaan mereka bakal berubah, dan Veronica gak mau kalo itu sampe terjadi. Dia nyaman dengan hubungan mereka yang sekarang tanpa harus terikat sesuatu. Udah cukup hidupnya aja yang penuh kekangan yang mencekik, jangan sampe kesenangan mereka juga ikut hancur karena sebuah ikatan.

she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang