eight

15.5K 377 10
                                    

Duduk di kursi barstool tinggi sambil memegangi gelas Martini-nya, Veronica diam melamun memandangi ponsel yang terus menyala.

Di jam delapan malem cewek itu udah nongkrong sendirian di pub yang Veronica sendiri nemunya gak sengaja. Random banget emang. Entah apa yang ada di kepalanya sekarang, Veronica cuma mau menghabiskan waktu dengan minuman.

Apa pun masalahnya, alkohol selalu jadi pelarian nomor satu. Terkadang Veronica kepikiran sama masa depan dia, ada bayangan di umur tiga puluh nanti dia bakal jadi perempuan alkoholik kesepian. Yang nemenin cuma gelas-gelas kaca yang selalu terisi dengan minuman-minuman yang membuat kepalanya buram.

Apa itu masa depan yang Veronica mau?

Waktu cewek itu lagi tenggelam dalam lamunannya sendiri, tiba-tiba bahunya dicolek. Veronica menoleh sedikit malas, ada seorang cowok yang tersenyum ke arahnya.

“Punya korek?” Tanya cowok itu sambil menunjukkan rokoknya.

Veronica mengangguk. Diambilnya pemantik elektrik dari dalam saku tasnya, lalu menyerahkan benda silver kotak kecil itu pada si cowok.

Begitu selesai menyalakan rokoknya, cowok itu tersenyum dan menyerahkan lagi korek tersebut. “Thanks.”

Veronica cuma mengangguk.

“Sendirian atau lagi nunggu temen?” Cowok itu tidak jadi pergi.

“Sendirian.”

“Boleh gue duduk di sini?” Dia menunjuk kursi kosong di sebelah Veronica.

Veronica gak ngejawab, karena cowok itu udah duluan menempatkan bokongnya sebelum memanggil bartender untuk memesan minuman. Setelah itu cowok tersebut menoleh lagi.

“Gue Arlan. Nama lo?”

“Veronica.”

“Lo lagi ada masalah, ya?”

Veronica mendelik. Diteguknya Martini sambil memperhatikan minuman cowok itu yang baru saja disajikan, Gibson.

“Sok tau.”

“Terus ngapain cewek kayak lo ke tempat beginian sendiri sambil minum Martini kalo lagi gak ada masalah? Cari perhatian?”

“Gue suka perhatian.” Veronica mengendik. “Made me feel conned.”

Arlan terkekeh dan ikut meneguk minumannya. Rokok yang baru saja disulut, juga minuman berbahan dasar rum, dan cewek cantik yang duduk sendirian di sebelahnya—kombinasi yang sempurna untuk malam absurd ini.

“Kalo gue lagi ada masalah.”

“Gak nanya.”

Arlan tetap melanjutkan ceritanya. “Nyokap gue baru aja meninggal. Kecelakaan.”

Seketika raut wajah Veronica yang tadinya ogah-ogahan berubah serius dan cewek itu menoleh sambil memberinya tatapan prihatin. “Sori. Tapi begitulah hidup. Suck.”

“Gue gak terlalu deket sama nyokap, tapi gue ngerasa kehilangan banget. Makanya gue kabur ke sini, bukannya nemenin bokap di rumah duka. Anak durhaka banget ya gue.”

“Semoga mendiang nyokap lo gak tau kalo anaknya baru aja modusin cewek dengan pura-pura pinjem korek.”

Mendengar itu, membuat tawa Arlan muncrat. Wajahnya yang awalnya keliatan sangar, terlihat lebih rileks dan muda saat cowok itu tertawa.

“Lo tau aja.” cetus Arlan di sela-sela tawanya.

Veronica cuma mengendik lagi dan memberi Arlan tatapan; gue-tau-segalanya, yang malah ngebuat Arlan makin penasaran sama cewek itu.

she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang