thirty-one

6.3K 229 21
                                    

Raka memandang wajah lelap itu dalam senyum. Sudah dua minggu sejak cincin itu kini melingkar di jari manis Veronica, dan sudah dua minggu juga kini perempuan yang tengah bermimpi entah apa itu kini menjadi istrinya.

Pernikahan mereka sederhana. Hanya ada pastur, Wildan dan Elena yang menyaksikan. Raka sengaja tidak memberitahu banyak orang, dan sukses membuat sang mama murka.

Tapi amarah itu hanya sekejap, karena Imelda mudah luluh pada Veronica. Terkadang Raka seperti menjadi anak tiri kalau Imelda udah sama Veronica. Raka nggak iri, dia justru senang mamanya ternyata mudah menerima kehadiran Veronica.

Kini perempuan yang gampang membuat orang-orang di sekitarnya sayang itu membuka mata, dan hal pertama yang Raka ucapkan adalah kalimat sederhana yang sejak tadi ia simpan.

"Happy birthday, beautiful."

Veronica tersenyum. Wajahnya langsung berseri-seri, sampai Raka gemas dan mencuri satu kecupan di bibir manis itu.

"Tell me what do you want, I'm your Genie today."

Perempuan itu tertawa. Dipeluknya Raka dan dihirupnya wangi khas cowok itu tepat di leher, sebelum berbisik. "I just want you. Every little thing."

Raka tersenyum dan mengecup bibir itu lagi. "You already have." Lalu memeluk punggung tak berkain itu dan mengelusnya pelan. Sebelum bangun untuk mengusap perut Veronica yang masih rata. "Hai, baby Sophie."

"Shopie? Kayak nama mama aku."

"Iya. Aku berharap dia secantik nenek dan ibunya."

"Nama lengkapnya apa?"

"Sophie Esmee Arwen Lentera Abimanyu."

"Kalau ternyata dia laki-laki?"

"Itu bagian kamu buat kasih nama." lalu memeluk sang istri lagi dan memberi banyak kecupan-kecupan yang masih berbekas. Seolah Raka ingin memperjelasnya lagi, kalau wanita ini hanya miliknya saja.

Nafas Veronica sedikit memberat. Perempuan itu menekan kepala Raka saat Raka mencium ujung miliknya. Menekuk kaki tapi Raka menahan, menyuruh kedua tungkai itu agar tetap terbuka lebar untuk dirinya.

Veronica tertawa ketika Raka menindih dan menerjangnya lagi dari atas. Perempuan itu sengaja menghindar dengan menggeleng, tapi selalu berakhir ia yang menarik tengkuk Raka lagi saat cowok itu menyerah.

Menciumnya lagi.

Mencicipi rasa dan menikmati setiap detiknya.

"Kita ke aquarium? Kamu bilang dulu setiap ulang tahun selalu pergi ke aquarium sama mama kamu."

Veronica tersenyum dan mengangguk. Siangnya Raka betulan mengajak ke aquarium, seperti memutar kembali kenangan lama yang terkubur.

Ketika dulu Mama yang merangkulnya di keramaian aquarium sambil menatap puluhan jenis biota laut yang menakjubkan, kini Raka yang menggantikan. Ketika Mama rela menemaninya berdiri puluhan menit untuk sekedar menatap ubur-ubur, kini terganti oleh Raka. Ketika dulu Mama yang diam-diam memotretnya menatap ikan paus jinak yang lelet, kini Raka yang melakukan itu. Raka yang mengajak Veronica ke toko kue, mencicipi strawberry shortcake yang dulu selalu dibelikan Mama. Rasanya masih tetap sama, sama-sama spesial. Raka yang membelikannya matcha latte, karena dulu Mama cuma mengijinkan untuk mencicipi sedikit, karena katanya anak kecil gak boleh terlalu banyak minum cafein. Raka yang mengajaknya makan soto padang dan lumpia semarang, membawanya ke jalanan kota tua yang kini sudah jauh lebih upgrade daripada lima belas tahun yang lalu.

Dan hal-hal lain yang dulu sering dilakukannya berdua dengan mama, kini Raka mengulangnya. Dan seharusnya, Veronica tidak membiarkan itu.

Seharusnya Veronica tidak membiarkan Raka menggandeng tangannya, membawanya ke aquarium atau bahkan ke kota tua. Menonton pertunjukan pengamen menyanyikan tembang Keane atau The Beatles. Seharunya Veronica tidak merasa senang atau bersyukur. Atau seharusnya, Veronica tidak usah merayakan ulang tahunnya.

Tanggal 13 Februari akan selalu jadi tanggal yang ingin Veronica hilangkan. Seumur hidupnya ia tidak akan merayakan ulang tahunnya lagi, mengingatnya pun Veronica tidak akan sudi.

Di perjalanan pulang ketika mereka menyimpang ke sebuah mini market untuk membeli kopi botolan, Veronica mendengar suara nyaring seperti sebuah ledakan. Disusul satu detik kemudian kaca mini market yang pecah, dan teriakan orang-orang menambah kacau suasana.

Veronica bergegas keluar dari black g-wagon itu, hanya untuk menyadari kalau ada korban tembak oleh orang tak dikenal. Dan sang korban yang tengah dikerumuni oleh banyak warga itu adalah,

Rakanya.

Hari Jumat itu akan selalu jadi hari paling gelap di dalam hidupnya. Veronica tidak lagi merasakan pijakannya di bumi, tidak lagi mendengar suara orang-orang yang memanggilnya, tidak lagi jijik saat darah itu ikut mengotori tangannya.

Perempuan itu hanya menangis, berharap itu hanya sepenggal bunga tidur yang selalu menghampirinya setiap malam, memohon agar kedua mata yang selalu menatapnya penuh sayang itu tidak tertutup.

"Don't close your eyes, I'm here.. I'm here.. You safe. You okay."

Semakin Veronica menekan bolong di dada itu, semakin darah banyak keluar dan membasahi kaus abu juga lengan Veronica.

Perempuan itu hanya bisa memohon. Memohon agar Raka tidak menutup matanya, meminta lelaki itu untuk menahan sedikit, sedangkan Veronica sendiri kalut.

Pada akhirnya, hal terakhir yang Raka lakukan adalah memegang pipinya, tersenyum dengan mulut penuh darah, dan mengatakan kalau semuanya mulai hari ini akan baik-baik saja. Dan kalimat ini. "I love you, baby."

Sebelum semuanya gelap. Cahaya itu ikut hilang dari dunianya.

she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang