thirty

6.1K 212 1
                                    

Nggak perlu hal mewah untuk membuat Raka senang. Nggak perlu dress fancy atau make-up on point, Raka cowok sederhana. Sesederhana melihat perempuannya masih berdiri di dapur di jam dua pagi, dengan kaus kebesaran cowok itu yang melekat di tubuh sang perempuan, Raka suka.

Raka juga suka ketika Veronica kini tercium seperti wanginya, ketika rambut panjang cewek itu dikuncir asal-asalan, ketika tangannya belepotan oleh saus coklat karena sibuk bikin pie.

“Pagi-pagi gini bikin kue?”

Veronica tersenyum dan mengangguk. “Gabut, hehehehe.”

“Kenapa belom tidur?”

Hari ini panjang. Raka merasa lelah. Badannya seperti mau hancur. Tapi setelah melihat Veronica, entah kenapa rasa lelahnya hilang begitu aja. Cewek itu seperti penyemangat nomor satu.

“Nunggu kamu pulang.”

Raka mengendus leher perempuannya. Menikmati sisa-sisa harum shampoo stroberi yang digunakan Veronica, lalu menggelitik leher cewek itu dengan hidungnya sampai si cewek tertawa.

“I have something for you.” ujar Raka setelah tawa favoritnya reda. “But first, we should dance.”

Veronica tertawa lagi. “Kamu serius?”

Tapi rupanya, lelaki itu betulan serius. Ia mengambil pemutar musik untuk memutar sebuah lagu. Lagu yang selalu mengingatkan Raka tentang Veronica.

Raka tau ini alay, tapi ... Lagu ini harus jadi lagu pengiring dansa pertama mereka.

Keduanya sama-sama melihat, sama-sama menatap, ada senyum terselip. Saling memeluk dengan gerakan sederhana, di tengah lampu dapur yang redup juga iringan lagu milik Ed Sheeran yang menambah manis.

Raka memeluk perempuannya. Membisikkan kata-kata itu di dalam hatinya, sambil mencium kening Veronica. Tangan cowok itu bergerak mengeluarkan sesuatu. Di antara dansa pertama mereka, sesuatu membuat Veronica terkesiap dan mengerti segalanya.

“Gue rela nunggu seharian di tokonya buat dapetin cincin ini, karena buat dapetin lo, semuanya harus diperjuangkan. Dan gue tau lagi-lagi gue ngawur ngomong gue-elo ke elo—padahal harusnya gue lebih romantis dikit, tapi bodo amatlah. Kita nikah hari ini? Dua minggu atau satu bulan kelamaan, gue udah gak sabar—maksud gue udah gak sabar buat milikin lo seutuhnya, ya—anjrit gue ngomong apa sih? Pokoknya nikah sama gue sekarang gimana?!”

Veronica tertawa takjub. Cewek itu sudah berhenti goyang kanan-goyang kiri, yang dilakukannya sekarang cuma menatap Raka dengan segala perasaan campur aduk.

Begitu pula yang ditatap. Seandainya Veronica tau, tangan yang satu detik lalu itu merangkul pinggangnya, kini telah berkeringat dingin. Bibir yang biasa berkata singkat itu, kini diam-diam merapalkan doa. Sehebat apa pun ia, ia tetap lelaki yang gugup menunggu jawaban sakral itu.

Dan jawabannya sudah sangat jelas. Menghilangkan segala perasaan tak enak itu, membuat buncahan kesenangan itu meledak sehebat-hebatnya.

Veronica mengangguk. Menarik Raka mendekat untuk menciumnya lagi. Ed Sheeran masih bernyanyi, mengutarakan sepenggal bagian lirik kesukaan Raka.

Yeah I've been feeling everything
From hate to love
From love to lust
From lust to truth
I guess that's how I know you
So I hold you close to help you give it up

Sama seperti sepenggal lirik milik Ed Sheeran itu, Raka memeluknya erat. Tidak akan pernah melepasnya lagi.



she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang