twenty-five

7.1K 224 3
                                    

Raka menatap wajah cantik itu yang masih tertidur damai, tanpa sadar cowok itu tersenyum. Di balik helaian rambut berantakan yang menutupi leher cewek tersebut, ada banyak bercak merah yang ia buat dengan sengaja.

Saat Veronica masih tertidur pulas tanpa balutan apa pun kecuali selimut putih tulang yang menutupi, Raka sendiri udah keliatan rapih dengan kemeja hitam yang tergulung lengannya sampai siku.

Rambut cowok itu masih sedikit basah dan acak-acakan, khas Raka yang gak pernah pake pomade, membiarkan rambutnya selalu keliatan apa adanya.

Raka masih betah memperhatikan wajah itu sampai kedua kelopak mata si pemilik wajah perlahan terbuka.

“Hai.” Raka menyapa dengan senyum manis yang jarang ia perlihatkan.

“Hai.” Vero ikut tersenyum malu.

Cowok itu jadi gemas sampai mengelus kepala Veronica penuh kasih sayang. “Aku udah masak, kamu sarapan, ya. Terus minum obat mualnya.”

Mata Veronica menyipit. “Kamu udah rapih, mau pergi?”

“Dipanggil bokap ke kantor.”

“Oh.” cewek itu mengangguk kecil. “Mau kuliah?”

“Iya. Kelas gue masuk siang.”

“Hmm.”

Raka terkekeh. “Pulangnya kita jalan-jalan, ya? Lo mau ke mana gue temenin.”

“Oke. Nanti aku tunggu di speakeasy.”

“Jangan pergi lagi sama Arlan tanpa bilang ke gue.” ada pelototan dan keseriusan saat cowok itu berkata. “Gue serius. Gue gak suka liat lo sama dia.”

“Cemburu, Pak?”

“Jujur aja sih iya. Lo kan punya gue.”

“Sejak kapan?”

Raka gak menjawab, cuma tersenyum miring sambil mencuri kecupan di bibir milik ceweknya.

“Nanti gue susulin setengah tiga. Kelas gue cuma satu hari ini.”

Saat Raka mau beranjak, lengannya justru ditahan Veronica. “Mau berangkat sekarang? Gak bisa sarapan bareng dulu?”

Raka kembali duduk di pinggir kasur dan tersenyum kecil, sambil mengelus pucuk kepala Veronica cowok itu juga mencium keningnya. “Maaf, ya. Lo tau bokap gimana.”

Veronica menghela nafas pelan. “Oke. Hati-hati.”

“Jangan nakal. Love you.”

Veronica tersenyum mendengarnya. Cewek itu menggigit bibir menahan gemas, melihat tingkah Raka yang begitu manis.

Pagi harinya berjalan normal. Veronica membuat pancake buat sarapan, bersiap-siap ke kampus, sampai cewek itu terkesiap dan segera berlari ke arah wastafel. Memuntahkan segala isi perutnya yang baru terisi.

Rasa mual itu baru hilang satu jam kemudian. Cewek itu tidak jadi masuk kampus, memilih kembali berbaring ke atas kasur milik Raka.

Diambilnya ponsel, mencoba menghubungi Calista lagi. Tapi hasilnya tetap sama, terhubung ke voice mail. Veronica mendesah pelan, menyerah. Mungkin lebih baik ia mencari cara lain.

Maka, diketiknya satu pesan pada Arlan. Yang langsung dibales cowok itu satu menit kemudian.

Arlan :
Tau. Mau gw anter?

***

Raka menatap dua orang yang duduk di hadapannya dengan perasaan sedikit bingung. Chicken Maryland dengan lelehan keju mozzarella ditemani french fries sama sekali gak ngebuat Raka berselera untuk makan, yang malah akhirnya cowok itu mengeluarkan sebatang rokok sebelum suara batuk wanita itu menghentikannya.

she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang