eighteen

8.7K 314 13
                                    

Senin pagi tanggal 26 Desember di jam 06.12, Raka bertemu Serra yang baru aja keluar dari dalam mini market. Sambil menenteng plastik putih kecil, Serra menghampiri Raka yang tadinya baru aja mau masuk ke dalam gedung tersebut.

"Raka?"

"Kenapa? Kayaknya kaget banget ketemu gue."

Buru-buru Serra memasang senyum lebar. "Hehe, iya. Gak nyangka bisa liat lo hari ini, biasanya kalo natal suka liburan."

"Skip dulu."

Keduanya berakhir duduk-duduk di kursi yang disediakan di teras mini market. Raka dengan rokok yang tersulut, Serra yang cuma duduk memperhatikan sekeliling.

"Lo sendiri gak liburan?"

Cewek berkacamata dalam balutan sweater bulu tebal itu menggeleng, tersenyum kecil. "Lo gak tau, ya? Gue anak rantau kali."

"Iya? Dari?"

"Bali."

"Oh."

"Gue nggak kayak Calista atau Veronica yang kuliah dibiayain orang tua, uang saku perbulan lancar, bisa beli apa aja dan liburan ke mana aja. Gue kalo mau gitu harus kerja keras dulu hahahaha."

Raka cuma tersenyum sambil menghembuskan asap rokok ke udara pagi yang lumayan dingin. Jenis senyum yang gak bisa ditebak artinya apa, tapi bisa buat deg-degan.

"Ka,"

"Ya?"

"Lo sama Veronica udah deket dari kapan?"

"Lo gak tau?"

Serra menggeleng. "Gue aja kaget waktu kemaren ke apart Vero terus ada lo. Gue kira dia tinggal sendiri di sana."

Raka menggosok rambutnya dengan tangan kiri, membuat rambut halus itu tampak sedikit acak-acakan, tapi malah jadi bagus buat dia. "Dua tahun yang lalu. Sejak dia suka nolongin lo dari Nina."

"Selama itu, ya?" Serra tampak berpikir. "Pasti lo suka banget, ya, sama Vero? Ehh, sorry ya, gue kepo. Gue penasaran banget soalnya, mau nanya Vero tapi gak enak. Vero tuh tertutuuuuuup banget, kalo gak dipaksa gak mau cerita."

"Gak pa-pa, santai."

"Kalo dipikir-pikir lagi, gue ngewajarin sih lo putusin Calista demi Veronica. Sekarang gue bisa liat perasaan lo ke siapa aslinya."

"Serra,"

"Ya? Ka?"

"Menurut lo mungkin nggak kalo Calista benci Veronica gara-gara gue?"

Diam-diam Raka bisa melihat raut mimik wajah Serra yang sedikit berubah. Tapi cowok itu masih kelewat santai, seolah gak liat apa-apa.

"Mungkin aja sih. Kalo boleh jujur Ka, gue juga bakal benci lo berdua kalo jadi Calista. You broke her heart so much, kelakuan lo ke Calista emang masuk kategori unforgiven."

"Gitu."

Tapi Serra kembali tersenyum cerah. "Calista emang masih marah sama Veronica, tapi gue yakin bentar lagi juga baikan. Meraka kan kayak Tom and Jerry, lo tau sendiri."

"Iya, gue tau."

"Kalo gitu gue balik dulu, ya?"

"Mau gue anter?"

"Gak usah, kost-an gue deket. Bye, Raka."

Mata tajam itu terus memperhatikan punggung dibalik sweater bulu itu hingga menghilang di sebrang. Saat di rasa gak ada lagi siapa pun yang dikenal Raka, tuh cowok mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

"Kecurigaan gue bener. Lo selidikin dia, jangan sampe lolos."

Lalu mematikan rokoknya, sebelum beralih menelpon seseorang yang lain.

she. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang