Happy reading♡
Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________"Membuat keputusan itu memanglah sulit dan berat. Namun, inilah waktuku untuk memilih pergi atau tetap tinggal. Jika tak ku lakukan sekarang, harus kapan lagi?"
•—Maikel Zavaraiza—•
Tok tok tok
"Rafli, mama mau ngomong"
Pintu ruang kerja ayah mulai terbuka pelan, menampakkan wajah pucatnya yang menatap layar terang dengan suasana gelap disekelilingnya.
Dia menggosok kedua belah pipinya. Menghapus bekas tangisan yang ia sembunyikan dari semua orang.
"Kenapa lagi ma?"
"Udah cukup ya diemnya? Kasihan Maikel, anak kamu"
"Dia memang harus dikasih pelajaran tegas ma, jangan selalu jadi penuntut yang keras"
"Tapi sekarang dia juga butuh kamu sebagai orang tuanya"
"Tapi gara - gara dia, Rania sekarang gak ada dirumah ini-"
"Rafli, berhenti bicara kayak anak kecil. Kamu itu udah tua, seharusnya ngerti gimana harus menghadapi dunia. Bukannya menyalahkan orang yang terlebih lagi dia anak kandung kamu. Hanya karena kehilangan seorang istri, kamu tega nelantarin anakmu satu satunya?" Pinta nenek yang mendekat kearah ayah.
"Tapi ma-" jawab ayah yang kembali mengeluarkan desahan tangisnya.
"Rafli, kalau memang kamu udah gak suka lagi sama Maikel, mama yang bakal bawa dia keluar dari rumah ini. Biar mama yang urus"
"Enggak, aku gak mau. Maikel anak yang keras kepala, kalo dia di manja sama mama nanti, itu bakal nyusahin mama"
"Terus, siapa yang mau ngerawat dia? Kamu?"
Ayah terdiam dengan mengepalkan tangannya, ingin rasanya dia menggeleng tapi untuk beberapa saat dia kembali mengingat istrinya yang sangat menyayangi Maikel. Jika saja Maikel pergi bersama orang tuanya, itu akan sama saja dia harus kehilangan keluarganya lagi.
"Rafli, jawab mama"
"Ma, biar besok Maikel yang nentuin sendiri. Buat tetap tinggal disini, atau ikut sama mama" nenek mengiyakan ucapan itu dan keluar dari kamar putranya.
•—.—•
Fajar tiba, di ujung jendela terlihat cahaya yang berhasil menembus sebagian ruang di kamarnya. Mata yang telah lelah tidur, akhirnya bangun untuk menyambut pagi hari.
Mengucek kelopak matanya secara bersamaan sambil mendapatkan pandangan jelasnya kembali.
"Bunda-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle | Mark lee
Fanfictionaku hanya gadis lemah yang tak memiliki keberuntungan apapun. tapi dengan keberadaannya, memberiku sebagian keberuntungannya untuk terus hidup, hingga aku bisa merasakan hangatnya dunia dan berhasil melihat dunia yang selalu ku mimpikan. "seperti ap...