(8) Kepercayaan

116 47 112
                                    

Happy reading♡

Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________

Jangan lupa vote dan komen♡_________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"semakin kau merasakannya, maka semakin dalam rasa candunya"

•—Maikel Zavaraiza—•

Malam itu, adalah malam dimana aku merasakan hal yang sama seperti 7 tahun yang lalu tepatnya dengan pembantu itu.

"Apa aku bisa mempercayainya?"

"Mungkim tidak" sambung Maikel yang akhirnya meninggalkan lorong dan masuk ke mobil.

Sopir mulai menginjak gas dan keluar dari rumah. Mata Maikel yang terus tertuju pada jendela Adrien terus mengingatkannya pada Mbak Sri.

"Nek, kita gak papa ninggalin rumah ke ien?" Tanya Maikel sembari menyenderkan kepala di punggung kursi.

"Gak papa, jangan berburuk sangka dulu sama orang"

Maikel menghela nafasnya dangkal dan mulai menikmati dunia malam disekelilingnya. Mereka berhenti di lampu merah yang mengingatkan Maikel pada kejadian dulu.

"Apa aku bisa bertemu kembali dengan gadis itu?" Gumaman yang perlahan mengembalikan ingatan Maikel.

Setelah beberapa saat, mereka akhirnya berhasil memasuki portal perumahan dan berhenti di tempat parkir di dalam rumah.

"Rumah ini gak ada perubahan" gumam Maikel yang menyelusuri setiap ujung bagian rumahnya dari luar.

"Maikel, temui ayahmu. Mungkin dia merindukanmu" ujar nenek yang menepuk punggung Maikel.

Maikel mengangguk dengan mulai mengambil langkah pertamanya untuk masuk ke dalam.

"Tunggu!" Seru ayah di dalam rumah yang menghentikan pijakan kaki Maikel.

Tatapan sinis dengan wajah yang sedikit mengalami penuaan terpancar begitu jelasnya di mata Maikel.

"Ayah aku pu-"

"Ini bukan rumahmu. Kenapa kau kembali? Kau ingin mengejekku karena menjadi ayah yang buruk?" Ujar ayah yang tiba - tiba bernada kasar.

"Ayah, aku salah apa? Aku gak bilang kalo ayah itu ayah yang buruk, tapi-"

"Tapi tetap saja, kedatanganmu hanya membuatku terlihat buruk" sambung ayah yang mempertahankan wajah tegasnya.

"Rafli, udah 7 tahun kamu enggak ketemu sama anakmu, sekarang kayak gini sikapmu?" Sambung nenek yang memutuskan pandangan ayah dari Maikel.

"Apa perduliku ma? Dia bukan anakku lagi, untuk apa dia ke sini? Mendingan dia pulang. Biar dia cari orang tuanya yang lain" jawab ayah yang menambah volume suaranya.

"Aku bukan anak ayah? Ayah membenciku? Apa gara - gara kecelakaan bunda itu semua karena salahku? Apa truk tangki yang menabrak mobil mobil yang berhenti di lampu merah itu juga salahku?" Maikel mulai meluapkan emosinya dengan membiarkan suaranya terbuka dan menggema diruang tamu yang berisi mereka bertiga.

Miracle | Mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang