Happy reading♡
Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________"Kalian tau? Bahwa telinga lebih berharga dari mata. Why? Karena manusia lebih mempercayai apa yang mereka dengar dari pada apa yang mereka lihat"
•-Maikel Zavaraiza-•
Ting
Pintu cafe mulai terbuka. Hendra yang melihat kehadiran Maikel segera melambaikan tangannya dengan cepat. Maikel yang berhasil mendapatkan keberadaan Hendra segera berjalan kearahnya. Duduk di kursi tunggal sambil menyandarkan kepalanya pada tembok.
"Kenapa muka lu mirip kerak telor gitu? Ditolak?" Tanya Hendra yang sibuk menyeruput kopinya.
Maikel mengangguk dengan tatapan kosongnya. Hendra yang menggerung dengan terus melihat Maikel dengan tatapan kasiannya.
"Maik, mungkin dia memang gak cocok sama lu. Lu bisa cari yang lagi, lebih baik dari dia, banyak tuh di pasar macan"
"Macan?" Tanya Maikel dengan sedikit melirik Hendra.
"Ck, manusia cantik"
"Lu nyuruh gue nyari lonte atau bencong? Gila lu" sahut Maikel yang bertambah kesal.
"Ya mungkin lu mau. Btw, bentar lagi kita juga udah lulus dan gak bakal ketemu si Mina lagi"
"Kalo ketemu?"
"Ck, gak usah banyak mikir napa sih Maik. Gak bakal udah, lu kira kampus cuman 1 disini?" Hendra mengerutkan dahinya sambil menatap hpnya yang terlihat sibuk membalas pesan - pesan gadisnya.
Maikel menghela nafas dangkalnya sembari berdiri dan berpamitan lebih dulu.
"Mau kemana lu?"
"Gue mau ketemu ayah gue malem ini" jawab Maikel dengan merapikan bajunya.
"Oh, yaudah duluan" adu kepalan mulai di berikan Hendra dan dibalas oleh Maikel sebagai tanda perpisahan.
•-.-•
"Pada akhirnya, aku hanya menyakiti diriku sendiri"
Motor akhirnya kembali melaju di jalanan gelap dengan dikelilingi suara angin malam sambil melihat lampu jalanan.
"Semua orang terlihat bahagia dengan pasangan atau keluarga mereka dibalik kaca mobil. Berbalas senyum hingga bersama sama menikmati malam sabtu ini. Dan tentunya tak berlaku untukku" ucap hati yang sangat membutuhkan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle | Mark lee
Fiksi Penggemaraku hanya gadis lemah yang tak memiliki keberuntungan apapun. tapi dengan keberadaannya, memberiku sebagian keberuntungannya untuk terus hidup, hingga aku bisa merasakan hangatnya dunia dan berhasil melihat dunia yang selalu ku mimpikan. "seperti ap...