(29) Duniaku

78 27 194
                                    

Happy reading♡

Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________

"Aku harap kamu tau cara memegang payung untuk orang lain, dan aku juga berharap kamu punya seseorang yang bisa memegangi payung untukmu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku harap kamu tau cara memegang payung untuk orang lain, dan aku juga berharap kamu punya seseorang yang bisa memegangi payung untukmu"

•—Maikel Zavaraiza—•

Flashback on-

Satu bulan yang lalu, tepatnya dimana 7 hari meninggalnya nenek. Maikel terpuruk tanpa semangat, terus memeluk foto nenek yang tak pernah ia sentuh sebelumnya.

Air matanya terus mengalir membasahi setiap bagian bantal tanpa menyisahkan bagian kering lagi.

Dret...

"Halo" suara Maikel terdengar begitu berat.

"Hai sayang"

/telfon mati

Dret...drett

Maikel menceletuk kesal saat melihat layar hpnya yang begitu terang "halo"

"H-halo"

"Apaan lagi?"

"Tadi gue bercanda, lu gitu amat sama gue maik, padahal niat gue mau ngibur lu malah dimatiin"

"Hm"

"Lu mau ngopi sama gue? Selagi gue senggang nih. Mungkin lu bisa cerita cerita-"

"Gak"

"Bajigur lu, ini nih kebiasaan orang belom selesai ngomong udah dipotong aja- maik?"

Isakan tangis kembali terdengar di telfon yang terhubung dengan Hendra.

"Gue gak punya keluarga lagi dra! Gue gak punya siapa siapa lagi! Gue sendirian, kalo aja dulu gue berhasil ngejer mobil nenek ini gak bakal terjadi, nenek seharusnya udah ada di depan rumah, manggil nama gue sampek semua ruangan bakal denger suara panggilan nenek. Tapi sekarang, satu orang pun gak ada disisi gue!" keluhan Maikel terus di dengarkan Hendra tanpa sekalipun ia menjawabnya. Hingga perlahan waktu berlalu, Maikel akhirnya meredakan suara tangisnya, tak lagi melepaskan suara hatinya.

"Dra? Lu masih dengerin gue kan?" Tanya Maikel dengan masih mengeluarkan desahan tangisnya.

"Hm, gue disini nunggu lu tenang" jawab Hendra dengan nada rendah.

"Maik, sekarang lu naik ke atap rumah. Gue tau kamar lu pengap, paru paru lu bisa kumat lagi" sambung Hendra dalam telfon.

"Gue gak perduli, biarin aja gue mati sekalian disini, biar cepet nyusul nenek"

"Maik, lu belum tau kan ngerasain tinju gue kan? Yok lah gelud! Gue tunggu lu di depan rumah!"

Maikel kembali menangis dengan menghabiskan semua tenaganya. Tubuh Maikel yang kini basah karena terguyur keringat semasa tangis tadi, tak lagi bisa ia sadari.

Miracle | Mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang