(25) Rencana

78 26 159
                                    

Happy reading♡

Jangan lupa vote dan komen♡
_________________________________________

"Jika senyummu adalah sedekah, maka aku adalah orang termiskin yang menginginkan sedekah itu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika senyummu adalah sedekah, maka aku adalah orang termiskin yang menginginkan sedekah itu"

•—Maikel Zavaraiza—•

Semua orang menatap Adrien dengan pandangan penuh pertanyaan.

"Salah kursi?" Tanya Candra. Reihan hanya menaik turunkan bahunya.

"Dia juga orang desa?" Tanya Bagus. Dengan cepat lengan Bagus tertampar oleh tangan Bagas.

"I-ini suaranya bagu-" mulut Adrien terdiam saat Maikel membungkamnya dengan tangan.

"I-ien, ikut gue bentar mesen minum" ujar Maikel yang menarik Adrien menjauhi tempat duduk.

"Mereka pacaran?" Tanya Bagas. Hendra menggeleng dan mengangguk.

"Gue bukan dari jurusan psikolog, jadi gak usah pakek isyarat bisa gak sih dra?" Sambung Bagas yang tak menyukai gerakan tubuh.

"Mungkin si Hendra belom gosok gigi makanya mingkem terus tuh mulut" sambung Candra yang memulai canda.

"Muncung lu lancip can, enak enak aja. Gue gosok gigi 5x sehari, 5 nya gelundung tinggal 2"

"Yaudah sih ngapain ngurusin si Hendra, liat tuh dah keliatan kalo mereka pacaran" sambung Reihan memutus canda.

Semua orang menoleh kearah Maikel dan Adrien dengan mata penasaran mereka. Sedangkan Maikel dan Adrien,

"Mas lapo toh cangkemku malah dibekep?" Mas ngapain sih mulutku malah ditutup?.

"Ck, mereka gak kenal sama lu anjir, lha kalo lu kenal sama mereka nanti tambah panjang tuh pembicaraan"

"Emang kenapa kalo saya kenal, kan bisa kenalan lebih dalem"

"Gak ada pembicaraan lebih dalem, lebih dalem. Cukup gue yang mulai omongan nanti, dan harus tetap bahas cafe, gak ada yang lain"

Adrien menghela nafas singkat "yaudah, terus saya harus gimana?" Tanyanya.

"Lu pura - pura gak kenal mereka, jadi kenalan ulang aja"

Adrien mengangguk "ini siapa ya?"

"Nanti woy!" Bisik Maikel yang menahan kesal.

"Pemanasan"

Maikel hanya menghela nafasnya berat, terus menggandeng tangan Adrien hingga kembali ke tempat duduk.

"Udah selesai mojoknya?" Sindir Hendra.

"Gue kan pesen dra" jawab Maikel.

Hendra hanya tercengir dengan memainkan kedua alisnya, menatap Maikel dengan penuh kejahilan.

Miracle | Mark leeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang