3. Jembatan Nagaiki

25 2 0
                                    

Aiko melihat ke luar jendela, lampu tepi jalan yang bergerak secara monoton sedikit membuat kepalanya pusing. Kondisi di dalam bus semakin dingin hingga kaca jendela bus mulai berembun.

"Bisa matikan pendinginnya? Kami bukan makanan beku!" teriak salah satu murid laki-laki yang duduk di baris kedua dari belakang Aiko dan Jore. Murid itu berambut cepak dengan kacamata tebal.

Degisugi terlihat berbisik ke supir bus yang meresponsnya dengan anggukan, lalu beliau berbalik dan berdiri, "Maaf, pendinginnya sudah dimatikan, dan tolong kalian bersiap, kita akan beristirahat di kafe Kunang-Kunang."

Suasana sedikit mulai ramai, dengungan kecil terdengar. Beberapa mengeluh karena terganggu dari permainan gim daring, yang lainnya merasa kesal sudah terbangun dari mimpi indah.

Aiko menoleh ke Jore di sampingnya, dia terlihat sedang memasukan buku bacaan ke dalam tas yang berada di bagasi bagian atas tempat duduk.

"Kau sadar sejak awal kita hanya jadi bahan omongan?" Ucap Jore setelah kembali duduk.

"Jangan mulai..."

"Aku yakin bapak Wali Kelas dan supir bus membicarakan kita secara diam-diam, begitu pun dengan beberapa anak yang berbisik di kursi belakang." Jore berhenti berkata, Aiko sedikit bingung dengan pemikiran Jore yang selalu negatif terhadap orang lain. "Mungkin juga mereka yang sedang memegang ponsel sebenarnya saling bergosip melalui pesan singkat."

"Jangan terlalu berlebihan seperti itu."

"Kau tidak tahu karena dalam kisah mereka kau adalah korban yang malang. Seorang gadis yang sempurna harus berhubungan dengan keluarga yang hancur."

"Jore..."

"Kau selalu bersikap baik ke semua orang tapi kenapa tidak kepadanya?"

Mulut Aiko terkatup, wajahnya murung.

"Baik anak-anak, bisa bersiap sekarang. Bawa barang berharga kalian, kita sudah sampai di kafe Kunang-Kunang!" Nada suara Degisugi sedikit bersemangat, sehingga beberapa anak berseru 'hore!' dan 'yeay!' secara hampir bersamaan.

Para murid secara bergantian turun dari bus. Jore dan Aiko sengaja mengambil posisi terakhir agar tidak ikut berdesakan.

"Ambil baju hangat kalian jika diperlukan, udara malam ini cukup dingin ya anak-anak!" seruan Degisugi hanya direspons suara 'yaa..' dengan nada tak acuh. Akhirnya Aiko keluar dari dalam bus disusul Jore dengan wajah masam.

Kafe Kunang-Kunang biasa menjadi tempat singgah untuk para pengemudi yang sedang berkendara dari kota ke desa. Menawarkan suasana yang menyenangkan dengan berbagai macam makanan, camilan serta minuman hangat dan dingin jadikan tempat tersebut tepat untuk beristirahat.

Bangunannya memiliki dua lantai yang didominasi kaca tebal dengan kerangka besi berwarna hitam, hal tersebut membuat ruangan menjadi terasa lapang. Di beberapa bagian atas terdapat fentilasi udara, sehingga meski tidak memiliki pendingin ruangan, namun kondisi kafe masih terasa sejuk.

Beberapa jenis kursi disesuaikan dengan tata letak ruangan. Di bagian tengah terdapat kursi dan meja panjang terbuat dari kayu kokoh dengan lampu gantung berwarna keemasan di atasnya. Bagian ini biasa digunakan para karyawan yang mengharuskan membawa pekerjaannya ke rumah sedangkan kondisi rumah sedang ribut oleh tangisan anaknya atau terikan istri yang mengeluh karena memiliki suami tukang kerja!

Atau bagian tersebut juga biasa digunakan oleh para murid dan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas sekolah baik tugas kelompok maupun pekerjaan rumah biasa. Untuk itu pihak pemilik kafe memfasilitasi lebih banyak colokan pengisi daya di bagian bawah meja.

Pada sisi ruangan terdapat beberapa sofa berukuran kecil yang saling berhadapan, biasa digunakan untuk bersantai atau mendiskusikan hal yang lebih serius.

Jembatan Nagaiki - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang