"Kau yakin tidak butuh didampingi?" Degisugi berdiri di pintu bus yang berhenti tepat di seberang kafe Kunang-Kunang, sedangkan Aiko baru saja turun dari bus tersebut.
"Aku akan baik-baik saja, Pak."
"Baiklah, akan aku pastikan orangtuamu menjemput di sini, oke? Kau jangan kemana-mana sebelum mereka datang."
"Terima kasih." Aiko membungkuk dalam memberi salam berpisah. Pintu bus itu tertutup dan rodanya mulai melaju menuju pusat kota.
Liburan musim panas yang direncanakan oleh Ishi sudah berakhir, namun Aiko harus tinggal lebih lama untuk menuntaskan segalanya.
Setelah memastikan kiri dan kanan tidak ada kendaraan yang hendak melintas, Aiko berjalan menyebrang menuju pintu utama kafe.
"SELAMAT DA...tang." Jesica yang melihat Aiko langsung terlihat canggung.
Aiko menerawang setiap sudut ruangan mencari Benjior dan Curt namun tidak ada. Akhirnya dia mendekati meja kasir untuk memesan.
"Americano panas. Ukuran sedang."
"Ba, baik." Aiko sedikit tidak mengerti dengan perubahan sikap Jesica yang lebih canggung. "Apa kau baik-baik saja? Maksudku, mereka menunggumu di teras lantai dua. Ini minumanmu, kau tidak perlu membayarnya. Ini... ini gratis dariku."
"Kau..."
"Di teras luar, lantai atas. Permisi."
Jesica sudah hilang dari pandangan dan Aiko mematung beberapa detik karena keanehan yang baru saja terjadi.
Setelah menghela napas berat, akhirnya kaki Aiko melangkah menuju tempat yang dituju.
Di sore hari kafe itu jauh lebih ramai dari biasanya. Terutama bagian teras lantai dua, para pelanggan remaja berbondong-bondong memperebutkan meja lesehan di sana demi mendapat momen matahari terbenam.
Perasaan Aiko tidak enak, namun perlahan dan pasti kakinya terus melangkah hingga mendekati kedua detektif yang sedang santai duduk di atas bean bag di pojok sisi kiri.
"Permisi."
Benjiro dan Curt serempak menoleh dan langsung berdisi saling memberi salam. Yang awalnya posisi duduk mereka menghadap hutan dan gunung kini mereka duduk membelakinya, agar Aiko bisa duduk menghadap ke pemandangan yang asri.
"Terima kasih Aiko sudah mau datang."
"Keluargamu sudah diberitahu, kan?"
"Tidak apa-apa, mereka akan menjemput ketika urusannya sudah selesai."
"Syukurlah, kami akan menemanimu sampai mereka datang, ya?"
"Wah, paman Benjiro ini memang punya hati yang sangat besar." ucap Curt, lalu mereka tertawa kaku, "Oh iya, perkenalkan aku Curt. Salam."
"Salam, Paman. Anu, sebenarnya apa yang ingin disampaikan?"
Benjiro dan Curt sekilas saling pandang.
"Begini. Sebelumnya Paman boleh bertanya sesuatu?" Benjiro berusaha memberi kesan hangat, Curt yang berada di sampingnya pun tersenyum manis.
"Eh? Bertanya?"
Curt mengangguk dengan senyum imut, "Benar, agar lebih memastikan hasil dari penyelidikan kami saja. Itu... apa kau punya pandangan terkait kejadian yang menimpa Jore? Secara kalian kan dekat, jadi siapa tau saja..."
"Itu tugas kalian lho."
"Benar, itu tugas kami untuk menanyakan keterangan dari tiap orang yang berhubungan dengan Jore, bahkan pelayan kafe ini saja sudah kami mintai keterangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jembatan Nagaiki - TAMAT
Mistério / SuspenseJore, remaja kelas 2 SMA unggulan pusat kota hilang dan diduga bunuh diri di Jembatan Nagaiki saat melakukan perjalanan wisata sekolah ke pedesaan. Beberapa orang sebelumnya juga sempat diduga melakukan bunuh diri di jembatan tersebut. Lalu apakah m...