11. Merayakan Kebenaran

7 2 0
                                    


Setelah berjalan sekitar lima menit dari jembatan Nagaiki, Benjiro dan Curt sampai di warung tenda tepi jalan.

Warung tenda tersebut ukurannya cukup besar, hingga bisa menampung kurang lebih dua puluh pelanggan. Suasana di dalamnya terasa hangat dengan asap yang mengepul dari sudut tempat memasak dan beberapa meja dari hidangan pelanggan, serta cahaya lampu kekuningan.

"Di dalam sini hangat sekali ya."

Benjiro mengangguk senang.

Beberapa meja dan kursi plastik berjejer membentuk huruf L mengelilingi kedai, dan kursi kayu panjang menempel pada kedai itu sendiri.

Setelah memesan, mereka duduk di salah satu sudut meja yang cukup jauh dari pelanggan lain. Kebetulan pengunjung saat itu terbilang sedikit, hanya sekitar empat atau enam meja saja yang terisi.

"Paman, kira-kira kalau supir bus itu berbohong bagaimana, ya?"

"Sudah, jangan dipikirkan. Itung-itung kita gunakan waktu ini untuk makan malam."

"Benar juga."

Tak lama kemudian, Curt melihat pesanan mereka sudah siap, pantatnya terangkat dan langsung menghampiri.

"Lihat, tampilan dan aromanya lezat sekali."

Di atas nampan yang sudah diletakkan di atas meja. Terdapat Sapporo Miso Ramen pesanan Benjiro dan Curry Ramen dengan topping katsu dengan telur rebus setengah matang milik Curt. Untuk minumannya mereka sama-sama memesan teh hangat.

Aroma hangat jahe dan bawang putih dari Sapporo Miso Ramen dan gurih dari curry membuat keduanya tak sadar hingga menelan ludah.

"Aku makan duluan ya, sudah tak tahan."

Benjiro mengangguk dalam, "Saya juga."

Di tengah menyantap hidangan, dari arah luar yang hanya dilapisi plastik transparan tebal, terlihat sepeda motor mendekat dan parkir di samping tenda. Lalu pengemudinya berjalan menuju pintu utama.

Curt yang saling pandang dengannya hanya menganggukkan kepala pelan dengan ragu. Sosok itu pun menghampiri mereka.

"Wah, maaf saya terlalu lama ya."

"Tidak... hanya kami yang terlalu lapar." Balas Curt sesopan mungkin.

"Baiklah, saya pesan dulu. Tunggu sebentar ya."

Mereka pun mengangguk ragu.

"Dia terlihat baik."

"Setiap orang ada sifat baik dan buruknya bukan?" Ucap Benjiro setelah menyesap minumannya. "Kamu tidak apa-apa?" lanjutnya setelah sadar Curt terlihat melamun.

"Ah tidak. Paman benar, orang tidak semuanya baik dan buruk."

"Hei, saya hanya asal bicara saja tadi. Kamu ini kenapa?"

Curt hanya menggeleng sambil tersenyum masam.

"Permisi ya..." Supir Bus tersebut duduk di samping Benjiro, berhadapan dengan Curt.

Dalam nampannya terdapat Curry Udon dengan topping rumput laut goreng tepung serta telur rebus setangah matang. Melihatnya Benjiro dan Curt merasa iri, rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau.

Supir bus itu langsung menyantapnya dengan lahap sambil sesekali menyeruput kuah kari yang kental dan gurih. Tidak hanya sampai disitu, bunyi kriuk dari rumput laut goreng tepung juga terdengar renyah dan sempurna jika disatukan dengan kuah karinya.

"Maaf, tapi... apa kita boleh tahu namamu?" tanya Curt ragu.

"Ah, maaf." Supir bus itu mengusap sisa kari di mulut dengan ujung lengan jaketnya. "Nama saya Hiroshi."

Jembatan Nagaiki - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang