"Ini pada ke mana, Kak?" tanyaku kepada Agnesia yang sedang melakukan live streaming di media sosialnya.
"Ke mana ke mana?! Lo tuh berdua nggak berguna tau nggak? Dicariin malah keluyuran, hujan hujanan, nggak jelas banget jadi panitia!" semprot adik tiriku yang disusul oleh sahabat karibnya.
"Suasana udah nggak kondusif mendingan lo pulang aja!"
"Lo yang pulang, Agnes! Jangan mentang-mentang senior jadi seenaknya nyuruh-nyuruh orang, ya. Lo tuh sebagai senior tau dikit, kek. Udah tau suasana nggak kondusif, masih sempat-sempatnya live! Nggak malu sama MPK¹?"
Tanpa urat namun tetap tegas, Calnira berhasil meng-skakmat Ketua OSIS periode tahun ini yang jelas satu tingkat di atas Calnira, dan menyebutnya tanpa embel-embel "Kak" ataupun sejenisnya.
Detik berikutnya seperti yang kubayangkan. Dirinya membanting smartphone dari negeri gingseng itu lalu menghampiri Calnira secara kasar.
Agnesia menarik kerah Calnira, namun dirinya dengan mudah menghindar sebelum aku membantunya. Agnesia benar-benar naik pitam saat ini.
"Adek kelas kurang ajar! Lo itu calon Ketua OSIS, kan? Gini attitude lo sebagai calon, hah? Berkata kasar sama kakak kelas dan main fisik ke seangkatan Lo?"
Mataku membelalak seketika. Diluar dugaan ucapannya, diriku juga baru tersadar bahwa kami sudah masuk ke perangkap liciknya.
"Ada apa ini?!" tanya seseorang dengan suara beratnya.
Napasku tercekat melihat ke arah sumber suara. Kak Anton dengan wajah minim ekspresi itu kini berjalan ke arah kami.
"Ini! Cewek Lo pengin caper, dia malah ngilang pas lagi dibutuhin!"
"Enggak caper, kok. Dia memang menjalankan tugasnya dengan baik.
Tak hanya Agnesia yang membelalakan matanya tak percaya, begitu pula adik tiriku yang tercengang mendengar balasan dari Kak Anton, selaku pratama dan penanggung jawab perkemahan ini.
"A-anu, tadi kan ...."
Kuakui diriku memang bodoh, disaat situasi yang di ambang jurang, diriku sempat sempatnya tergagap.
"Iya, saya paham, kan tadi saya yang menugaskan kalian berempat untuk mencari Bu Shinta," potong Kak Anton, dengan suara pelan di akhir katanya. Entah perasaanku saja, dia juga berbicara dengan suara yang sedikit bergetar.
"Sherin!"
Bagaikan tersambar petir, diriku tak paham mengapa Keano datang bersama sebuah mobil polisi. Dirinya datang dengan seragam sekolah yang masih lengkap dan lusuh sama sepertiku kemarin.
"Lo ngapain ke sini?"
"Bu Shinta tewas mengenaskan."
Jawaban dari Kak Anton mampu membuatku tak bisa berkata-kata. Seluruh pikiranku tertuju ke banyak pertanyaan dan kemungkinan yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStory
Horror"Datang membawa dendam, pulang membawa nyawa." Sherina Oktafiansyah adalah seorang penulis yang membenci anugerahnya sendiri. Karunia Tuhan membuatnya mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Akan tetapi, Sherina selalu dihina dengan 'gadis bodoh...