Suasana kembali tak kondusif, kami kekurangan personil. Toa masjid milik panitia telah
berada di genggamanku, suara telah maksimal namun tetap dihiraukan oleh para peserta kemah yang masih berkerumun di belakang para wartawan yang entah sejak kapan berada di sini.
"Maaf Bapak, sekolah kami tidak mengizinkan meliput—" jelas pradana sekolah kami, namun langsung di sela oleh wartawan cantik dari salah satu stasiun televisi.
Detik kemudian diriku yang berhasil melesak masuk ke depan di tarik oleh wartawan itu untuk berdiri di sampingnya.
"Iya permirsa, di sebelah saya sudah ada dua panitia yakni siapa, Dek?" tanya wartawan sambil termesem-mesem melihat Kak Anton yang tingginya jauh dari wartawan itu.
Akan tetapi sayang seribu sayang, satu menit berlalu tak ada jawaban dari pria dingin nan egois itu, hal itu pun membuat wartawan mengarahkan pengeras suara palsu berupa kemoceng ke arahku.
"Saya Sherin, salah—"
"Ahhh, Anda seorang penulis horor-thriller best seller itu, kan? Kemarin kalau tidak salah diliput ketenarannya oleh berita televisi kami, ditungguin loh sama pembacanya sampai viral di media sosial. Kapan comeback?"
Wartawan ini benar-benar ajaib. Belum selesai aku menjelaskan siapa diriku dirinya langsung mencela dengan kalimat yang memuji namun keluar dari topik. Hal itu pun membuat diriku sedikit kaget dan menahan senyum namun tetap terkendali karena sekarang dengan on air.
"SMA Harapan Bangsa sedang viral di jagat maya setelah tragedi ditemukannya mayat guru beberapa jam yang lalu, dan sangat bangga sekali televisi kami menjadi yang pertama untuk meliput kejadian ini. Lalu setelah sampai di sini, kerasukan masal mewarnai kedatangan kami. Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Jangankan Anda, saya sendiri pun sampai detik ini masih merasakan apakah ini benar nyata atau hanyalah alam bawah sadar sahaja.
"Kurasa ini—"
"Hei Wartawan! dia ini penulis indigo tukang menghayal, loh. Kau tidak pandai melihat situasi, kah?"
Celetukan itu berhasil membuat pandanganku teralihkan. Siswa-siswi yang berada di sekitarku mendadak riuh mendengar kalimat yang terlontarkan dari seorang anak sekaligus Calon Ketua OSIS tahun ini, Agnesia.
"Ah, iya, saya melupakan fakta bahwa Anda adalah indigo. Bukan hal yang sulit jika memang benar Anda seperti itu, ada apa sebenarnya terjadi di sini?"
Pertanyaannya retoris. Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Padahal sudah jelas fakta sudah terlihat di depan mata bahwa kami sedang melaksanakan perkemahan pelantikan anggota Pramuka Hansa¹ dari kelas sepuluh.
Akan tetapi diriku masih paham maksud tersembunyi dari dirinya, dia berusaha mengorek diriku dengan hal yang lain seperti dimensi lain
"Hei, jawab dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStory
Horror"Datang membawa dendam, pulang membawa nyawa." Sherina Oktafiansyah adalah seorang penulis yang membenci anugerahnya sendiri. Karunia Tuhan membuatnya mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Akan tetapi, Sherina selalu dihina dengan 'gadis bodoh...