Degup jantungku berpacu secepat kilat melihat ini semua. Butuh beberapa detik untuk diriku bisa memahami objek yang ada di depan.
Objek yang sangat gelap namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang karena terdapat dua lilin kecil yang kian meredup. Objek utama yang membuat dadaku sesak adalah ebuah tembok bergambar bintang dengan kepala kambing di tengahnya. Di bawah tembok tersebut terdapat banyak dupa-dupa kecil dengan bunga yang sudah layu.
Bugh!
Akan tetapi satu detik kemudian badanku melimbung, melihat seseorang yang merayap di atas langit-langit tak jauh diriku berdiri. Walaupun gelap, diriku bisa melihat tegas itu adalah Keyla dengan kepalanya yang sangat menyedihkan.
"Sherin! Ayo lari!"
Kaki-ku tak kuasa bangun melihat Keyla merayap pelan ke arahku dengan bajunya yang sudah compang-camping. Satu tangannya sudah sengklek sehingga membuat dirinya susah untuk merayap cepat. Hal itu pun menjadi kesempatanku untuk berlari.
"Tutup lantai—"
Bugh!
Mataku dapat menangkap Keyla sudah menjatuhi dirinya dan mulai merayap ke arah kami. Namun hal itu tak membuat goyah karena kami sudah lebih dulu menutup—
Bugh!
Bugh!!!
Bruagh!
Lantai kayu rapuh yang baru saja kita tutup itu mampu di rusak dengan punggungnya Keyla. Matanya menyorot tajam ke arahku dengan lehernya yang dipaksakan ke atas hingga ke belakang dengan sikap telungkup.
"Sh-sher!"
Aku dan Keano menarik kuat Keyla yang sudah mencekik kuat leher Calnira. Mataku membelalak tatkala melihat kulit Keyla yang kami tekan kuat-kuat untuk melepaskan cengkeramannya itu terkelupas.
Diriku baru tersadar bahwa kulit Keyla berubah drastis. Lebih pucat seolah tanpa darah dan lebih mudah mengelupas.
Bugh!
Keparat! maki-ku.
Keyla menendang tepat di perut keramku yang sedari tadi kutahan rasa nyerinya karena sedang datang bulan.
"Ke—ken!"
Kami berusaha sekuat mungkin untuk melawan dan melepaskan Keyla. Namun nihil, justru Keyla sudah terus menambah tenaganya dalam menarik lehernya Calnira.
"Keparat! Lepasin temen gue! Dia nggak salah apa-apa! Lo nyari apaan, sih?"
Blutak!
Kepala dengan mata sehitam tembaga itu sudah menggelinding ke arah pintu. Darah segar kehitaman menciprat baju Pramuka kami yang sudah lusuh.
Kami semua terpaku—lebih tepatnya aku dan Keano, karena Calnira sudah lebih dulu pingsan
dan Keyla tewas tanpa kepala terpasang di badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStory
Terror"Datang membawa dendam, pulang membawa nyawa." Sherina Oktafiansyah adalah seorang penulis yang membenci anugerahnya sendiri. Karunia Tuhan membuatnya mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Akan tetapi, Sherina selalu dihina dengan 'gadis bodoh...