Satu jam lepas penemuan mayat Bu Shinta, perkemahan tetap dilanjutkan. Simpang siur yang telah beredar di semua siswa-siswi yang ada di sekitarku mengatakan bahwa korban dibunuh dan diperkosa. Walaupun belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian lebih lanjut akan kebenarannya, tentu saja hal ini membuat siswa-siswi gempar sehingga pada tak tidur walaupun waktu sudah menuju tengah malam.
Pinggir lapangan seketika ramai, hal itu karena ada sebuah dokter yang kata siswa adalah dokter forensik. Dari kejauhan diriku juga sudah bisa melihat tiga orang sibuk dengan persiapan kameranya untuk meliput berita hangat ini.
"Bagaimana situasi sekarang, Pak?" tanya dokter forensik muda itu. Ia bertanya dengan intonasi sedang, sepertinya dia tak memerhatikan sekitarnya sedang menguping besar-besaran.
Melihat kami sedang menguping, Pemimpin kepolisian itu menjawab sambil berjalan menjauhi kami. "Status terakhir kami ini adalah kasus tindak pidana berupa pembunuhan dan pemerkosaan, Dek."
Pssttt!!
Entah sejak kapan Calnira sudah berada di sampingku. Dari raut wajahnya sepertinya dirinya begitu tertarik untuk menguping sama sepertiku.
"Apa?"
"Hayok! Ikut gue!" titah Calnira, sambil menarik tanganku.
"Mau kemana, anjir? Situasi lagi nggak kondusif!" kataku sambil melihat sekitar, entah sejak kapan aura negatif berkumpul di tempat ini.
"Lo nggak kepo? Kita nguping, lah! Sekolah ini bener bener udah nggak waras, Sherin!"
Mendengar ajakannya terutama di kalimat terakhir, sontak saja kaki-ku langsung melangkah mengikutinya. Kita berjalan di halaman belakang kobong TNI secara mengendap-endap, walaupun begitu suara dokter muda itu terdengar sampai ke indera pendengaran kami.
"Sekarang kami masih di tahap pemeliharaan dan analisis, namun kami banyak sekali kehilangan cairan darah sehingga hanya memiliki sedikit sampel, Dok," kata polisi itu dengan senyuman di akhir kalimatnya yang membuat dokter itu terkekeh mendengarnya.
Tentu saja itu berbanding terbalik dengan kami berdua, entah kenapa terdengar cringe.
Dokter muda itu menyelesaikan tawanya dan berkata sesuatu, "Tolong panggil saya Kamelia saja, karena kita sepantaran juga. Sebelumnya mohon maaf saya datang terlambat, saya sempat nyasar entah kenapa."
"Hah, tadinya saya sudah menunggu sambil sumpah serapah, tetapi karena dokternya cantik jadi saya maafkan Bu, boleh minta nomor HP-nya?"
Dokter Kamelia lagi-lagi tersenyum, namun kali ini terlihat dipaksakan. "Boleh, tapi maaf saya sudah bertunangan."
Kalimat Dokter Kamelia menjadi penutup pembicaraan mereka berdua sampai tiba di lokasi. Mereka berdua terlihat canggung, berbanding terbalik dengan kami yang harus menahan teriakan tatkala dikejar ular kobra di tengah jalan. Ajaibnya ular tersebut mendadak pergi sendirinya tatkala kami mengumpet di tiang selamat datang yang sudah rapuh. Entah bekas apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStory
Horror"Datang membawa dendam, pulang membawa nyawa." Sherina Oktafiansyah adalah seorang penulis yang membenci anugerahnya sendiri. Karunia Tuhan membuatnya mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Akan tetapi, Sherina selalu dihina dengan 'gadis bodoh...