"Sherin!"Seseorang memanggilku dari atas. Ternyata itu Calnira. Bagai pinang terbelah dua, ternyata dirinya sama denganku. Sama-sama kebelet tatkala rapat.
Syukurlah, setidaknya diriku mempunyai teman untuk menemani. Karena bayang-bayang piring sesajen yang mengepul masih terbayang-bayang olehku. Bahkan sampai terbawa ke mimpi.
Aneh, sangat aneh. Padahal bukan hal asing seorang menyebutku indigo. Dan aku juga tak membantah hal tersebut. Tetapi kemarin malam, diriku nyaris tidur penuh peluh hanya karena mimpi kembali buang air kecil di dekat piring sesajen.
"Kita ke toilet yang di sana, kan?"
Aku mengangguk mendengarkan pertanyaanya. Kurasa dirinya juga masih terbayang-bayang dengan kejadian kemarin, walaupun diriku mengenalnya sebagai cewek yang tidak peka dan paling cuek sejagat raya. Berbanding terbalik denganku, yang sangat sensitif dengan bau, rasa, dan juga mereka.
Langkah kaki kami terhenti di belokan koridor kelas MIPA-1. Dari jarak tersebut kami sudah bisa melihat bahwa toilet tersebut tertutup.
Toilet tersebut memang tidak seluas dengan toilet yang di sebelah barat, tapi paling ramai dikunjungi jika sedang buka. Karena sudah terlanjur sampai, diriku pun tetap melangkah sampai di depan pintu. Dan ternyata memang benar tutup dan terkunci.
"Kita ke toilet sana aja, Rin."
Calnira sudah melengos lebih dulu di depan. Hal itu membuatku mengikutinya. Akan tetapi, rasa penasaran menyergap seluruh pikiranku.
Sebuah aura gelap timbul di sela-sela pintu hingga menutupi tembok pintu toilet laki-laki, dan menghilang bersama cahaya mentari yang sedikit masuk. Hal itu pun membuatku sedikit menyimpulkan, bahwa ada pendatang baru yang datang ke wilayah kekuasaan kebaya merah. Dan mereka beraura negatif.
Aku harus mengejar langkah Calnira yang sudah di depan sana. Entah karena takut atau memang tempo jalannya cepat, aku tidak menyadari itu. Sepertinya diriku terlalu fokus kepada hal-hal aneh yang sudah biasa dan tak harus diperhatikan lebih lanjut.
Koridor bawah yang kami lewati tampak lengang. Namun tidak sepi, karena suara-suara dari para guru terdengar bahkan sampai ke tengah lapangan.
Tatkala sudah sampai di bawah pohon beringin yang tumbuh dari luar merembet ke dalam, baru benar-benar sepi. Bukan tanpa sebab, melainkan karena ruangan di sekitar memang tak selalu dipakai. Seperti di depan kanan adalah laboratorium, depan kiri itu gudang, dan tepat di sisi kananku yang berhadapan dengan pohon adalah toilet.
Sama seperti kemarin, aroma karbol benar-benar menyeruak di hidung. Hal itu pun membuat diriku bilang ke Calnira untuk berjaga-jaga dari awal bilik ganti baju, yang tepat sebelum toilet. Huft, untunglah, ternyata di sampingku ada orang yang sedang memakai toiletnya.
Bukan, itu tentu saja bukan Calnira. Karena aku bisa mendengar langkah sepatunya yang berjalan mondar-mandir ke sana kemari. Dan Calnira juga tidak sampai menggeram di dalam toilet. Lantas, sedang apa perempuan itu di dalam sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStory
Horror"Datang membawa dendam, pulang membawa nyawa." Sherina Oktafiansyah adalah seorang penulis yang membenci anugerahnya sendiri. Karunia Tuhan membuatnya mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Akan tetapi, Sherina selalu dihina dengan 'gadis bodoh...