25. Perkemahan Mematikan

26 9 0
                                    

Perjalanan yang seharusnya tiba pukul setengah satu siang ini mangkir selama satu jam lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan yang seharusnya tiba pukul setengah satu siang ini mangkir selama satu jam lamanya. Selain hujan yang kunjung deras, jalanan yang macet karena jalur yang kami lalui terjadi kecelakaan beruntun di sana. Akan tetapi, syukurlah bahwa sebagai panitia kami tetap yang pertama sampai di Taman Hutan Raya Ir Juanda—sebuah tempat yang tak jauh dari lokasi kami berkemah.

"Siapa yang suruh kamu lenjeh kaya gini? Sudah, banting aja semua tas siswa itu ke tanah! Biar cepat selesai!" bentak salah satu prajurit TNI yang bekerja sama dengan kami untuk kemah ini.

Detik berikutnya, dia melotot ke arahku yang masih saja terus terpaku melihat semua ini. "Kamu tunggu apa lagi? Cepat! Cepat! Banting! Banting!"

Laksana sihir tersiar sampai sendi-sendi, respon tubuhku manut begitu saja tatkala mendapatkan titah untuk mengeluarkan tas-tas kelas sepuluh secara asal dan keras di pinggiran jalan pos dua Goa Jepang. Andaikata hujan deras tak turun meredakan kejulidan laskar darat, pasti dirinya sampai hati untuk membuangnya secara paksa di tengah jalan.

Entah apa alasan semesta tak berbaik hati padaku sedikit saja untuk hari ini, setidaknya detik ini, hujan mereda dan berhenti karena diriku masih harus berjalan kaki ke depan sana dengan ransel gunung yang begitu berat.

"Gimana, Rin? Ini pasti first time Lo ikut kemah, kan? Soalnya tahun lalu Lo belum ada, enak banget!"

"Enak kenapa?" tanyaku berbasa-basi, padahal didiku sudah tahu jawaban pasti

"Ya enak! Makan di balong berlumpur pake daun pisang! Mandi tiga hari sekali! Jadi panitia lomba ini-itu! Yang pasti, kita sebagai panitia juga bakal jurit malam ke goa Belanda!" jelas Calnira, dengan mata yang berbinar. Kharismanya ketika berbicara itu tak pudar diguyur hujan. Berbalik denganku yang merinding membayangkan kejadian-kejadian yang sepertinya akan terjadi lagi.

Entah kenapa, perasaanku tak enak.

Secara sepihak, Calnira mengadakan lomba lari denganku tatkala plang area outbound dekat Goa Belanda sudah terlihat. Sudah tak jauh, akan tetapi sudah jelas lebih dulu bahwa Calnira yang akan menang.

"Lo harus traktir gue dogput¹ ceu Endah! Lima biji oke!" jelas Calnira, tanpa memberiku jeda untuk sedikit bernapas.

Aku melihat ke arah belakang yang kosong, barisan panitia masih jauh dari kami. Lalu detik berikutnya kuraih botol jingga merek ternama untuk meneguk habis setengah dari botol tersebut.

Sayang seribu sayang, dugaan yang sempat terbesit dariku ternyata benar. Rasa pening ini bukan disebabkan dari diriku yang lelah karena berlari beberapa ratus meter, akan tetapi karena terjadi bentrokan energi.

Hujan semakin deras mengikis energiku berganti lemas. Calnira yang merasakan perubahan begitu cepat membantuku untuk pindah ke pohon beringin tak jauh dari tempat kami duduk. Akan tetapi entah kenapa auraku semakin merosot setelah tiba di sana.

POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang