Sesampainya diriku di sana, suasana begitu riuh bak pasar malam. Akan tetapi, bukan karena asiknya bernyanyi di sekitar api unggun, melainkan siswa-siswi yang saling berdesak-desakan di antara tiga tenda sampai salah satu tendanya ikutan rubuh.
"SIAPA YANG SURUH BERKERUMUN? KEMBALI KE TENDA MASING-MASING!"
Itu suara Bu Friska selaku guru BK, namun tetap tak diacuhkan keberadaannya sampai dirinya harus kembali keluar kerumunan untuk membawa pengeras suara dan menyeret murid-murid satu persatu untuk kembali memasuki kerumunan.
Kerumunan meregang namun tak sepenuhnya bubar. Para personil TNI yang wajahnya baru kulihat wajahnya itu berjalan ke arah mari sambil membawa sebilah bambu dan menyabetkannya ke salah satu tenda di sampingnya.
"SEMUANYA PERHATIAN! SEMUANYA PUSH UP!"
Tanpa pengeras suara, hanya bermodalkan satu bilah bambu dan suara bariton TNI itu berhasil membuat keadaan di lapangan menjadi hening seketika. Letnal Jenderal rupanya, pantas semua prajurit yang ada di belakangnya Didi untuk berjalan di belakangnya.
Insting adik kelasku cukup baik rupanya. Mereka sadar bahwa orang yang kini memasang wajah merah di hadapannya memiliki pangkat yang tak sembarangan, hal itu ditunjukan dengan sikap nurut mereka yang langsung mengambil posisi push up.
"SIAPA YANG SURUH KALIAN MENONTON MUSIBAH INI? SIAPA YANG MENYURUH KALIAN BERKERUMUN?"
"Seluruh panitia, cepat cek kondisi lapangan! Jangan ada satupun siswa yang tidak push up!"
Aku dan Calnira yang entah kapan berada di sampingku berjalan mengelilingi tiap-tiap blok tenda untuk memastikan bahwa seluruh siswa benar-benar melaksanakan instruksinya. Walaupun begitu, sebagai panitia diriku tetap meringis bahwa mereka diharuskan untuk menahan rasa pegal karena belum ada aba-aba hitung dari Letnal jenderal tersebut.
"KENAPA DIAM? INSTRUKSINYA APA, HAH?"
"Kak, ada satu nih yang baru push up! Ngumpet!"
"SERET KE SINI, DEK!"
Arghhh!!
Pandangan kami teralihkan bukan karena suara lara tertebar akibat kekejaman Agnesia yang benar-benar menyeretnya di bawah tanah, melainkan keberadaan orang yang berada di tenda ujung.
"TOLONGGG!"
Aku berlari ke arahnya seorang diri karena satu-satunya posisi panitia yang berada di dekatnya adalah kami berdua—dengan Calnira.
Kretek! Argh!
Langkahku terhenti mendadak, mengakibatkan bunyi patahan tulang yang terdengar dari pergelangan kaki-ku.
Tak hanya licin, objek yang terpandang dalam penglihatanku juga sedikit sadis. Aura negatif begitu menyeruak dari dalam tenda membuat diriku sigap memberi kode tanpa suara untuk Calnira mendekat ke arahku, diikuti yang lainnya untungnya.
Matanya sudah sehitam tembaga, tentunya bukan pemandangan baru bagiku akhir-akhir ini. Tangan pucat bak tak berdarah masih tertanam di ujung gagang pisau yang kini sudah menghunus perut salah satu temannya, sedangkan temannya sudah tak sadarkan diri termakan aura gelap yang berada di sekitarnya.
"OH MY GOD!" teriak Agnesia amat terkejut dan langsung menghampiri siswa tersebut, untungnya diriku menahannya, "Jangan!"
"Semuanya minggir!"
ARGHH! ARGH!
Belum sempat Letnal Jenderal itu mengambil langkah, dirinya sudah melompat dari tenda ke tenda membuat riuh seisi lapangan dan kembali mencoba menghunus pisau tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSED AT SCHOOL [KERASUKAN] #SpookyStory
Terror"Datang membawa dendam, pulang membawa nyawa." Sherina Oktafiansyah adalah seorang penulis yang membenci anugerahnya sendiri. Karunia Tuhan membuatnya mampu melihat 'mereka' yang tak kasat mata. Akan tetapi, Sherina selalu dihina dengan 'gadis bodoh...