H-1 deadline.
“Ini fixed ya Arta, submit sekarang nih?”
Terhitung sudah 5 kali Alea bertanya.
“Artaa, ini bener nih submit sekarang? Nggak mau dicek lagi?”
“Besok aja deh ya? Sekali lagi kita scanning.”
Arta benar-benar lelah. Dia yang berulang kali memejamkan matanya harus gagal mencapai alam mimpi karena Alea tak henti bertanya. Cowok itu mendengus, lagi. Beruntung, saat ini keduanya berada di salah satu ruangan perpustakaan yang telah mereka booking. Jadi, tidak ada yang ikut pusing mendengar keraguan Alea, selain Arta.
“Mau apa lagi sih? Pak Dika udah setuju, bahkan kepsek juga udah tanda tangan. Lo mau apa lagi?” Nada tanya Arta terdengar malas.
“Ya kan masih ada sehari, Arta.”
“Gue paling nggak mau berharap sama hari esok. Submit sekarang,” putusnya.
Alea menghela napas, mencoba tenang. Dia memejamkan matanya sejenak.
Klik
“Huuuuft!”
Gadis itu membuang napas panjangnya lepas. Alea mengikuti aksi Arta yang menyandarkan tubuhnya ke tembok. Bahkan, mata laki-laki itu tengah terpejam damai. Netra Alea menyusuri tiap lekuk wajah rekannya. Gurat lelah jelas terlihat. Bibir yang sedikit pucat semakin menunjukkan bahwa Arta benar-benar bekerja keras untuk kompetisi ini. Alea akui, Arta memang pekerja keras dan seorang yang bertanggung jawab.
“Makasih Arta, atas kerja sama dan perjuangannya. Gue seneng punya partner kaya lo. Semoga diberikan hasil yang terbaik,” ucapnya lirih, tetapi masih terdengar jelas karena ruangan itu kedap suara. Terlebih lagi mereka hanya berdua.
Alea tersenyum simpul, membayangkan jika saat ini Arta tidak tidur. Kira-kira kalimat apa yang akan keluar dari mulutnya sebagai balasan.
Gue yang makasih Al. Lo udah mau nerima orang dengan skenario buruk kaya gue. Di saat semua orang ninggalin gue, lo adalah satu-satunya orang yang justru ngejar gue. Lo adalah satu-satunya orang yang bikin gue bertahan saat gue sendiri pengen pergi. Lo sama Reza adalah alasan gue bertahan sekarang.
Begitu. Karena nyatanya Arta mendengar semua ucapan Alea. Sedangkan, Alea kini beralih memainkan ponselnya. Berselancar di media sosialnya dengan leluasa. Tiba-tiba, matanya mendelik. Mulutnya terbuka sempurna.
“WHAT?!”
“Apa sih lo teriak-teriak?!”
Arta terlampau kesal kali ini.
“Inii, DL diperpanjang seminggu Arta! Tahu gitu tadi nggak usah buru-buru submit. Bisa bikin lebih perfect,” cerocos Alea.
“Ck. Nggak hapal-hapal lo sama tabiat panitia. Udah biasa kali.”
“Ya tapi kan—”
“Mau DL sekarang atau minggu depan, kalo kerja keras lo sama, hasil nggak akan berubah.”
Alea kembali mem-pout-kan bibirnya, sambil terus menggerutu dalam hati.
📜📜📜
Waktu cepat berlalu. Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Namun, baik Alea maupun Dela masih sama-sama enggan beranjak dari kursi masing-masing.
“Alea, karya ilmiah lo udah selesai kan yak?”
“He'em, kenapa?”
“Lo nggak ada niatan refreshing gitu kek? Gue yang cuma liat aja ikutan capek.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You
Teen FictionFOLLOW DULU, SEBELUM BACA. SALAM, BISA HEBAT TANPA MENJADI PLAGIAT. Lembar-lembar ini bercerita tentang Arta yang merindukan kehidupan bahagia, karena kini segala skenario buruk seolah ditimpakan padanya. Sampai akhirnya, dia dipertemukan dengan Ale...