•Part 33• end

17 0 0
                                    

Katanya, manusia menjalani hidup sesuai apa yang dipilihnya. Melalui liku dan terjal serta menuai konsekuensi yang ada. Tak ada pilihan yang salah, semua ini tentang menghadapi dan mengupayakan atas apa yang diyakini sebagai petunjuk arah. Tidak apa jika timbul suatu keraguan, itu merupakan bagian dari sebuah keputusan. Yang perlu disiapkan adalah benteng kokoh untuk segala hal yang tak termasuk dalam harapan.

Air langit tumpah. Petir pun turut berkoar marah. Bagitukah semesta mengungkapkan perasaannya? Ataukah ulahnya semata-mata sebagai peringatan pada manusia? Apapun itu, nyatanya hujan di luar dan di dalam sama derasnya. Petir di angkasa kelam senada dengan cabik dalam dada. Semesta begitu ramai, apakah itu juga bagian dari pilihan? Apakah mungkin hanya sekedar tugas yang sepatutnya dituntaskan? Atau barangkali, riuh itu justru bagian dari hukuman?

Jika ingar bingar di luar sana ada bagian untuk sebuah hukuman, maka Alea dan hukumannya. Entah apakah judul itu tepat untuk menggambarkan apa yang kini tengah didapatnya atau tidak. Yang jelas semuanya kini begitu sulit. Ada banyak hal terjadi dan ternyata begitu rumit. Menghadirkan kisah dengan alur yang membuat batin menjerit.

Alea dan separuhnya. Entah apakah gadis itu masih sanggup bertahan, jika separuh jiwanya sudah tak ada? Entah apakah dia masih bisa melanjutkan hidup, jika sebagian sumber kekuatannya telah sepenuhnya redup? Entah apakah dia harus percaya bahwa bahagia akan hadir setelah perihnya luka. Karena sekarang retak itu justru semakin menganga. 

Hiroarta Nugroho. Sepertinya dia tengah bahagia dengan pilihannya. Melanjutkan tidur panjang tanpa sepatah kata penenang. Menanggalkan segala rasa sakit yang selama ini mendera. Mengikis kesal dan kecewa yang selama ini selalu orang-orang ungkapkan padanya. 

Arta pergi dan tak akan kembali. Tepat di saat separuhnya datang, tepat saat keinginannya terkabulkan, dan tepat saat seharusnya bisa menjalani kehidupan bahagia yang selama ini dia dambakan. 

“Artaaaa… Bangun…hiks… Lo bangun atau gue nggak maafin lo sama sekali?!”

“Nggak nggak. Harusnya gue yang minta maaf. Gue minta maaf, oke? Tapi lo bangun sekarang, ayo bangunnn! Hiks…hiks… Artaaa!”

Sudah cukup, bangunkan Alea sekarang juga. Dia sudah tidak sanggup menjalani mimpi yang sayangnya adalah fakta tanpa alibi. Alea mau melakukan apa saja, asalkan Arta bisa kembali bersamanya. Alea akan memberikan apapun, jika ada yang bisa membuat Arta tak meninggalkannya.

“Bangun… Kak.”

Sayang, langkahnya tak cukup lebar untuk menyusul Arta yang sudah jauh di sana. Larinya tak cukup kencang untuk menggapai sang kakak yang ingin mendahului pergi. Napasnya tak cukup panjang untuk menyambung tiap embus yang telah hilang. Pun air matanya tak cukup deras guna menghapus jejak luka yang dia ciptakan untuk saudaranya.

Seburuk itukah dia? Sampai-sampai orang tua dan kakak kembarnya tidak sudi untuk tetap hidup bersamanya. Sebegitu tak berhargakah dia? Sampai-sampai kata maaf yang sudah dia siapkan tak mau lagi didengarkan. Apakah memang dia sekuat itu? Sampai-sampai dipaksa bertahan bersama sesal dan rasa kehilangan.

Tak jauh berbeda dengan Alea, Devan justru lebih hancur. Entah bagaimana bongkahan es itu kini berubah menjadi bara yang siap membakarnya. Menjadikannya butiran debu bersama sesal yang akan terus membelenggu. Dirinya bahkan terduduk dengan pandangan menerawang jauh. Sejauh kepergian Arta yang tak dapat lagi dia rengkuh.

“Gue mau lo balik, Dek,” lirihnya dengan panggilan yang sudah bertahun-tahun tak dia sebutkan untuk sang adik laki-laki. Air mata semakin deras membanjiri pipi. Namun, sederas apapun air matanya mengalir, tetap tak akan mampu mengubah kehendak takdir.

Devan bangkit, menatap nyalang raga tak bernyawa sang adik. Kilatan di kedua bola matanya tampak mengisyaratkan amarah sekaligus kepiluan yang membuncah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang