•Part 13•

21 2 0
                                    

Senin pagi, seperti biasa Alea berangkat sekolah bersama Rafi. Kali ini Rafi memilih menunggangi sepeda motornya. Hari yang akan sangat padat dan tidak efektif jika menggunakan mobil.

Tak ada percakapan yang berarti sepanjang perjalanan. Rafi yang fokus dengan jalanan di depannya dan Alea yang tampak menikmati keramaian di pagi yang cerah itu. Ada rasa yang berbeda di benak Alea. Walaupun sudah menjadi hal yang lumrah, ketika mereka berangkat bersama. Namun, kali ini status di antara keduanya sukses membuat suatu getar tersendiri di hati Alea. Alea memeluk punggung tegap Rafi, spontan. Cowok itu hanya tersenyum manis di balik helm full face nya.

Jam menunjukkan pukul 06.34, ketika Rafi mengarahkan motornya memasuki area parkir SMA Airlangga. Suasana sudah cukup ramai karena tuntutan agenda upacara yang mengharuskan siswa tiba di sekolah 15 menit sebelum pukul tujuh.

“Nanti pulang sekolah kamu ada acara nggak?” tanya Rafi setelah meletakkan helm di motornya.

“Enggak sih. Kenapa emang?”

“Jalan yuk! Ke Telaga Rindang.”

“Yaampun Raf. Baru juga hari Senin.” Alea menghela napas pelan.

“Loh emang ada ya undang-undang yang mengatur tentang jadwal jalan-jalan?”

Rafi kini sok berpikir keras yang langsung terkena towel Alea.

“Ih, yaa nggak juga. Ini kan masih awal weekdays Raaf. Aneh aja gitu.”

“Jadi mau apa enggak nih? Kalo nggak mau aku ajak yang lain aja.”

Alea menoleh cepat, bersamaan dengan langkah mereka menuju belokan koridor area kelas XI IPA.

“Mau ajak siapa?”

Batin Rafi terkekeh. Pagi-pagi menggoda pacar memang kesenangan tersendiri.

“Ya suka-suka aku lah.”

“Dih, yaudah. Silakan.”

Rafi melirik cewek dengan tinggi yang sejajar lehernya itu. Tak mau membuat masalah, Rafi memilih mengusak pucuk kepala Alea.

“Baru juga hari Senin, udah ngambek aja.”

“Emang ada undang-undang yang mengatur jadwal ngambek?”

Skak.

Rafi tertawa renyah. Sedangkan, Alea masih memajukan bibirnya yang membuat Rafi semakin gemas. Lain halnya dengan seseorang yang menatap keduanya dengan hati tercabik.

“Jiahh, berduaan terooooos. Yang laen ngontrak!”

Feri tiba-tiba muncul bersama Ihsan entah dari mana asalnya. Sebenarnya wajar kalau mereka muncul di sini, pasalnya Rafi dan Alea berhenti tepat di depan kelas XI IPA 3. Sedangkan, kelas Alea berada setelah melewati IPA 3.

Sebentar lagi upacara dimulai, Alea bergegas masuk ke kelasnya untuk menaruh tas. Ketika sampai, kursi di sebelahnya masih kosong. Artinya, Dela belum datang. Tumben, padahal biasanya dia sudah duduk manis. Tanpa berpikir lagi Alea kembali ke depan kelas IPA 3, bermaksud pergi ke lapangan bersama Rafi dan kedua sahabatnya.

“Eh pada liat Dela nggak? Tumben jam segini dia belum di kelas. Apa dia nggak masuk?” tanya Alea saat Rafi dan dua manusia lainnya keluar.

“Belum dateng aja kali. Dia nggak ngabarin juga kalo nggak masuk,” jawab Rafi dan dibalas anggukan kecil Alea.

“Udah, mending kita ke lapangan. Males gue kalo nanti disuruh Pak Beno jogging di siang bolong.” Feri lantas merangkul bahu Ihsan dan berjalan menjauh.

“Ngomong-ngomong rambut kamu udah panjang Raf, ati-ati kena guntingnya Pak Beno. Nanti atau besok potong rambut gih!” Alea menyisir rambut Rafi dengan tangannya, sang empu hanya nyengir kuda. Alea sendiri sudah hafal tabiat cowok di depannya ini. Dia tidak akan memotong rambutnya 2 sampai 3 bulan. Katanya, dia makin ganteng kalau rambutnya panjang.

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang