“Za, baru balik lo?” sapa Arta begitu melihat Reza memasuki kamar rawatnya. Langkahnya terlihat gontai, wajahnya lusuh, dan jangan lupa tentang seragam yang dibiarkan berantakan. Tas hitamnya bahkan dia seret begitu saja.
“Hmm, chaos banget hari ini,” sahutnya dan sedetik kemudian merebahkan dirinya di sofa. Matanya mulai memejam seiring dengan irama napas yang terdengar lelah.
“Kenapa nggak pulang aja sih lo? Istirahat yang bener di rumah.”
“Makanya lo juga cepet pulang, biar gue nggak ke RS mulu.”
Mendengar jawaban Reza, Arta hanya mengulum senyum tipisnya.
“Za.”
“Hmm,” sahutnya pelan.
“Reza.”
“Apaa?” Laki-laki itu masih tak membuka matanya.
“Pesenan gue waktu itu—” Ucapan Arta terhenti karena ponsel Reza yang berdering. Masih dengan posisi terbaring, Reza merogoh ponselnya di saku dengan malas.
“Halo.”
“…”
“Hmm, kenapa?”
“…”
“Lah, kok bisa?! Katanya masih bisa minggu depan?”
“…”
“Harus banget sama gue? Kan tadi udah sempet dibahas juga. Gue baru sampe gilak, bisa remuk badan gue.
“…”
“Ck, iya oke. Gue kesana.”
Reza baru saja tiba dan sekarang dia terpaksa kembali ke sekolah. Ada beberapa hal kepanitiaan yang memerlukan kehadirannya. Cowok bermata agak sipit itu lantas bangkit dari berbaringnya dengan lunglai.
“Ta, lo butuh apa tadi?” tanya Reza yang masih sibuk mengetikkan sesuatu di layar datarnya.
“Pesenan gue waktu itu, udah?”
“Hah? Ooh ada di tas. Belum gue susun.”
Arta mangut-mangut.
“Ada lagi?”
“Emm…”
“Apa? Buruan.”
“Gue mau pulang.”
Reza menatap Arta serius.
“Nggak.”
“Ayolah Zaa. Lo bilang gue mesti cepet pulang, biar lo nggak di sini terus. Lagian gue bosen di sini.”
“Nggak ada. Lupa kalo tadi pagi abis krisis?”
“Sekarang kan udah enggak.”
“Nggak bisa.”
“Ck. Terus sekarang lo mau pergi lagi?”
“Iya, ada yang perlu gue urus. Kenapa?”
“Mau nitip.”
“Apa?”
“Bakso komplit super pedes sama—”
“Ta! Nggak usah cari masalah. Lo nggak boleh makan itu.”
“Kata siapa? Dokter aja nggak bilang.”
“Gue yang bilang.”
“Sekali aja, Zaa.”
“Nggak. Yang lain aja, cepet.”
“Ya udah. Gue mau pulang aja.”
“Ta! Ayolah, jangan aneh-aneh. Gue nggak bisa jamin apapun, seandainya lo kenapa-napa. Kalo lo nggak butuh apa-apa, gue pergi sekarang. Urusan gue bukan cuma lo doang,” tegasnya kemudian berlalu. Melangkah keluar dan menutup pintu dengan keras tanpa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You
Fiksi RemajaFOLLOW DULU, SEBELUM BACA. SALAM, BISA HEBAT TANPA MENJADI PLAGIAT. Lembar-lembar ini bercerita tentang Arta yang merindukan kehidupan bahagia, karena kini segala skenario buruk seolah ditimpakan padanya. Sampai akhirnya, dia dipertemukan dengan Ale...