Jurnal Pertama; Pertengkaran Fajar Hari

655 44 20
                                    

HOPE U LIKE IT
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

“Selamat pagi, Aruna.”

Gadis yang baru saja dipanggil itu menoleh dari tempat ia duduk di kursi kerjanya, beserta senyum manis terpatri indah pada bibir kecilnya.

“Halo, Dokter Zoe,” sapa balik Aruna.

Dokter Zoe yang awalnya berada di ambang pintu, melangkah lagi mendekati meja kerja Aruna yang berada di antara banyaknya jajaran meja kerja lain. Kantor ini sangatlah sepi, hanya Aruna seorang diri yang berada di sana.
Kebanyakan dari mereka sudah pulang. Atau mungkin hanya Aruna yang berani menginap di rumah sakit, terlebih ruangan ini menyimpan banyak sekali data dari pasien yang masih dirawat maupun yang telah meninggal.

“Lembur lagi?” tanya Dokter Zoe penasaran.
Aruna mengangguk dengan masih tersenyum. Wajah gadis itu terlihat lelah, mengantuk, tetapi ia harus tetap terjaga agar pekerjaannya segera selesai.

“Sewa kos belum aku bayar, hehe,” kekeh Aruna.

Gadis itu kembali memutar kursinya saat Dokter Zoe sudah menjauhi, menghadap kepada komputer yang sebelumnya sudah ia pandang selama berjam-jam. Aruna tertarik merekap data dari pasien yang menyewa perawat pribadi, seperti berapa lama lagi waktu tersedianya sewa mereka, atau pasokan obat-obatan yang masih tersedia untuk deretan pasien tersebut.

Rumah Sakit Fanfa, terletak di pinggiran kota Bandung yang menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pasien yang memeriksakan diri ke sana. Termasuk penyewaan perawat pribadi dengan harga tertentu. Biasanya keluarga atau bahkan pasien sendiri yang mengajukan sewa tersebut, rata-rata di angka usia manula, atau orang kaya yang sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak bisa merawat keluarga sendiri yang tengah sakit.

“Berdiri itu perlu, Aruna,” saran Dokter Zoe sembari menaruh tas selempang. Tampaknya Dokter ini ingin berlama diam di sini sebelum kembali ke pekerjaan aslinya sebagai dokter.

Benar juga, Aruna pun merasa belum berdiri dari tengah malam, sementara sekarang sudah menunjukkan pukul lima pagi. Aruna mengusap pinggangnya yang mulai terasa pegal, tangannya lalu naik menyentuh tengkuk leher. Berhadapan dengan komputer membuat seluruh tulang Aruna menjadi pemberontak.

Aruna memutuskan untuk berdiri, ia berniat akan turun ke bawah sekedar membeli kopi susu kesukaannya.

“Aku mau beli kopi. Dokter mau nitip?” tawar Aruna mengambil dompet dari tasnya.

Dokter Zoe yang usianya hanya terpaut enam tahun dari Aruna menolak. “Aku sudah buat kopi tadi di rumah.”

“Oh, baik kalau begitu. aku ke bawah dulu, ya, Dok,” pamit Aruna ramah, mulai melangkah meninggalkan kantornya.

Selama 21 tahun Aruna Runyza hidup sebagai seseorang yang memiliki mimpi tinggi, yakni sebagai perawat. Aruna tidak pernah mengubah cita-citanya, mengikuti inspirasi yang ia lihat dari sosok ibunya, terlebih sang ayah yang juga bekerja sebagai dokter. Aruna lahir dari keluarga yang begitu pintar dan pandai menyembuhkan orang sakit, tapi mereka tak pandai menjaga perasaan Aruna. Di usianya yang ke sembilan tahun, kedua orang tua Aruna terlibat lakalantas yang merenggut nyawa mereka. Aruna masih sangat terluka.     

Dokter Zoe sendiri merupakan atasan Aruna yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri. Bahkan ia mengetahui pekerjaan tersebut dari beliau. Walau wanita itu menjadi dokter umum pada Rumah Sakit, Dokter Zoe merupakan kepala bidang Pelayanan Perawat Pribadi. Dokter Zoe belum bisa menempatkan Aruna ke bagian perawat, dikarenakan Aruna belum lulus dari D3 Keperawatam. Dalam arti lain, Aruna bekerja paruh waktu sebagai admin Rumah Sakit Fanfa atas dasar nantinya bisa diangkat menjadi perawat di tempat itu.

Journey of Personal Nurse [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang