Jurnal Ketiga; Pertemuan untuk Kerja Sama

473 39 21
                                    

HOPE U LIKE IT
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──


“Permisi,” sapa seseorang kepada orang yang berdiam di depan Customer Service.

Dengan nametag bernama Mila tertempel, wanita berpakaian serba putih tapi formal itu mengangkat kepala. Senyum manis mengembang lebar di bibirnya. “Selamat pagi. Ada yang bisa dibantu?”

Gadis tadi mengangguk pelan. “Saya ingin bertemu Dokter Megan, apakah ada?”

“Ah! Dokter Megan ada. Tapi, beliau telah memiliki janji dengan seorang gadis bernama Laras.”

Alis gadis itu terangkat sumringah. “Saya sendiri, Mbak.”

“Kalau begitu, beliau ada di lantai lima,” ucap Mila sangat ramah.

Laras mengangguk dengan senyum yang masih terukir, ia kemudian melangkah kembali setelah berterima kasih pada wanita tadi. Memasuki lift dan menekan tombol lantai lima, sesuai dengan anjuran wanita itu.

Pintu lift terbuka lebar, menampilkan ruang yang sebagian penuh dengan sofa. Jendela tak terlalu besar menghantarkan cahaya pagi agar masuk menghidupi ruangan. Tampaknya, ini adalah ruang tamu Rumah Sakit, atau entahlah apa itu, Laras tidak mengerti.

“Mbak Laras?”

Gadis itu langsung menoleh ke sumber suara. Seorang pria yang memakai jas putih ternyata baru saja memanggilnya. Ia tak tampak begitu tua, juga tidak terlalu muda, kebetulan sekalai berpapasan dengan Laras yang baru keluar dari lift.

“Dokter Megan?” tanya Laras memastikan.

Pria itu mengangguk, membenarkan pertanyaan Laras. “Ayo, ke mari.”

Pria itu jalan lebih dulu menuju salah satu sofa, rupanya sudah ada seorang gadis terduduk manis di sana. Laras mengikuti langkah Megan tanpa kecurigaan sedikitpun.

“Aruna?”

Gadis berambut panjang yang sibuk membaca buku novelnya itu mengangkat kepala, ia juga langsung meletakkan buku di atas meja hadapannya.

Baik Laras maupun Aruna langsung diam  tak bergeming, begitu mata mereka saling bertemu. Aruna bangkit dari duduknya dengan ekspresi penuh tanya, mencoba mengingat siapa gadis yang rasanya penah ia temui di suatu tempat. Sementara Laras telah memasang raut amarah tanpa dipinta.

“Aruna, ini Laras. Dan Laras, ini Aruna.” Megan inisiatif memperkenalkan mereka berdua.

Barulah Aruna tersadar setelah memori kecil beberapa hari lalu terputar kembali di kepalanya, terlebih saat mengamati lebih lanjut cara berpakaian gadis di depannya. “Kamu yang guyur saya pakai es kopi di depan kafe, kan?”

Mata Laras membesar. “Mbak cewek nggak tau diri yang lirik gue terus, kan?”

Aruna membuang pandangan ke lain arah. Malas sekali harus bertemu kembali dengan gadis menyebalkan yang memakai pakaian kurang bahan.

Laras pun berpikir sama, ia terkejut dengan hadirnya Aruna sekarang. Suasana hati Laras awalnya sangat baik, apalagi ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya di rumahdengan menjemput perawat pribadi yang dirinya sewa. Namun, sekarang suasana hatinya ambruk bagai dihancurkan hingga berkeping-keping. 

Journey of Personal Nurse [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang