"Lupakan seseorang yang menyakitimu, tapi jangan pernah lupakan apa yang di torehkannya padamu."
•••
JISOO membiarkan kepalanya bersapuan dengan headrest, sementara kedua pasang matanya aktif melanglang ke luar kaca mobil, mengamati langit yang sedikit gelap akibat tertutup oleh awan-awan kecil yang bergerombol kemudian membentuk sebuah awan besar. Sepertinya akan turun hujan.
Ngomong-ngomong tentang hujan, Sehun sendiri sudah seperti hujan bagi Jisoo, turun dan reda tak beraturan. Sementara dirinya adalah tanaman yang setia menunggu hujan turun.
Tanpa sadar, gadis itu mengulas senyum kepedihannya. Jisoo lupa pada kenyataan dimana ia selalu menatap sesuatu yang tak Sehun lihat, mendengar sesuatu yang tak Sehun dengar dan sampai kapanpun hanya ia yang merasakan sesuatu yang tak Sehun rasakan.
"Lo pasti bohong sama Rosè."
Jisoo terhenyak dan buru-buru menyudahi aksi lamunannya yang sangat melankolis itu. Ia menoleh ke arah samping dimana ada Taehyung yang tengah memegang kemudi mobilnya. "Bohong? Soal apa?"
"Indera penciuman gue masih bagus, gue bisa cium bau alpukat di rok lo."
Jisoo kontan melirik roknya dan bergerak sedikit gusar. "Ah, enggak kok. Perasaan lo aja kali," tepisnya sebisa mungkin.
"Apapun alasannya, yang namanya perundungan itu bukan hal yang baik. Kalau lo nggak mau speak up, sama aja lo mendukung hal itu."
Mendengarnya, Jisoo serasa sedang dalam arena papan catur dan terserang skakmat oleh lawannya. Hm, yang di katakan Taehyung itu tidak ada salahnya, akan tetapi Jisoo masih ragu untuk bercerita. Apalagi laki-laki itu masih terbilang orang asing di hidupnya.
"Jadi siapa?" Taehyung melirik Jisoo sekilas. "Siapa yang melakukan itu ke lo?"
"Kenapa mendadak lo jadi peduli banget sih ke gue?"
Beberapa saat Taehyung tertegun. Ia jadi senewen sendiri saat di jatuhi pertanyaan seperti itu. "Ya namanya juga manusia, harus saling peduli dong ke sesama. Jangan kepedean lo!"
"Dih, siapa juga yang kepedean? Gue kan cuma nanya!"
Taehyung tertawa geli. "Biasa aja dong. Gue cuma nggak mau lo jatuh terlalu dalam ke pesona gue, makanya gue mengantisipasi dengan cara bilang gitu!"
"Astaga, bahkan jatuh aja belum. Bisa-bisanya lo bilang jatuh terlalu dalam?" Jisoo menggelengkan kepalanya tak percaya.
Berdasarkan penglihatan Jisoo sejauh ini, sebenarnya Taehyung itu tidak seburuk dugaannya. Tunggu, maksudnya... dia itu memiliki personality yang unik, tidak dapat di tebak. Dan ketika sedang menunjukan kepribadiannya yang ceria seperti sekarang, itu cukup menyenangkan bagi Jisoo.
"Ngomong-ngomong gue belum ngucapin terimakasih ke lo," cetus Jisoo sedikit menarik perhatian Taehyung yang sedang konsen tertuju pada jalanan. "Pikun lo? Bukannya udah mengucapkan berkali-kali, ya?" sahut laki-laki Kim seenaknya.
"Bukan yang masalah ganti ban mobil!" Jisoo menjeda kalimatnya. Dia bingung harus memulai darimana sekaligus merasa malu jika harus mengungkit perkara tadi pagi.
"Maksudnya pas lo kasih apple pie ke cowok itu? Siapa namanya? Bihun? Atau soun?" seloroh Taehyung yang sudah kepalang penasaran. Sontak Jisoo menyemprotkan tawanya. "Sehun, Tae. Namanya Oh Sehun."
"Ah, Sehun?" Taehyung memainkan lidah dalam mulut. Lagian menurutnya, perbuatan Sehun itu cukup keterlaluan. Jadi ketika dia tidak sengaja lewat dan melihat kejadian itu, hatinya tergerak untuk membantu Jisoo. "Ya habisnya muka lo kelihatan pasrah banget waktu itu. Btw... lo suka sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Teen FictionIni tentang seseorang yang hidup, tapi berkali-kali di matikan perasaannya. Yang rautnya bahagia, tapi hatinya selalu terluka karena hal-hal yang ia percaya tidak sesempurna seperti apa yang ia lihat. "Aku sungguh ingin menulis banyak tentangmu, nam...