SINGULARITY 27

131 9 5
                                    

"It's not always easy but that's life. Be strong."

•••

TAEHYUNG menaiki lift setelah memarkirkan mobil di basement rumahnya. Selang sepuluh detik, lift tersebut berhenti di lantai dua. Laki-laki berparas tampan itu kemudian berjalan kecil menuju kamar tidur. Namun langkahnya terjeda saat melewati ruang keluarga, dimana terdapat sampah bungkus-bungkus camilan yang berserakan dimana-mana.

Astaga. Taehyung tahu siapa pelakunya. Dasar biang kerok. Argh. Yang lebih mendongkolkan lagi, keparat itu menggunakan PS5 milik Taehyung tanpa izin terlebih dahulu. Kemudian setelah puas memainkannya, dia membiarkan begitu saja. Boro-boro di kembalikan ke tempat semula, di bereskan atau di rapikan saja tidak.

"Bajingan! Emang udah nggak punya adab." Taehyung bermonolog sembari berkacak pinggang. "Sehun!" teriaknya penuh kekesalan. Akan tetapi tak ada sahutan dari yang bersangkutan.

Bibi Euis tiba-tiba muncul dan tampak terengah-engah menghampiri Tuan Mudanya. "Maaf Dhen, sekiranya apa yang bisa Bibi bantu?"

"Aku nggak manggil Bibi! Mana Sehun sialan itu? Dia di rumah, kan?"

Bibi Euis menunduk gelisah. "Ada Dhen, ada. Tapi sepertinya Dhen Sehun sedang tidur."

Taehyung berdecih keras. "Itu ulah Sehun, kan?" tanyanya sambil menunjuk tempat yang awut-awutan.

"Eungh...," Bibi Euis tergagap. "Lebih baik Dhen Taehyung ke kamar, mandi dan istirahat."

Mengabaikan perkataan asisten rumah tangganya, Taehyung justru kembali memanggil Sehun. "Keluar atau gue dobrak pintu kamar lo, Oh Sehun!"

Tak lama kemudian, kamar Sehun yang notabenya dekat dengan ruang keluarga, sedikit demi sedikit terbuka pintunya. Laki-laki berpostur tinggi tersebut keluar dengan rambut lepeknya. Tidak ada mimik wajah bersalah atau takut sama sekali. "Berisik banget sih, udah kayak di hutan aja teriak-teriak mulu!"

Tangan Taehyung mengepal kuat. "Beresin semua kegaduhan yang lo bikin!"

"Kegaduhan? Emangnya gue ngapain? Gue habis tidur loh. Mata lo buta?"

"Mata lo yang buta." sahut Taehyung tak mau kalah. "Lo pikir siapa yang makan semua camilan itu dan menyisakan bungkus-bungkusnya? Terus PS5 gue? Gila lo ya? Gue nggak mau tau, pokoknya bersihkan dan rapikan sekarang juga! Balikin PS5 gue ke tempat semula. Cepat!"

Sehun menyeringai. "Kalau gue nggak mau gimana?" Ia berjalan mendekati saudara tirinya dengan angkuh. "Lo nggak usah sok-sok ngatur. Lagian itu bukan salah gue kok, Bibi Euis aja yang lambat. Coba aja kalau setelah gue kelar, dia langsung gerak ke atas dan benah-benahin semuanya. Emang menurut lo tugas pembantu itu apa kalau bukan untuk merapikan segala apa yang berantakan di rumah ini?"

Mendengarnya, telinga Taehyung seolah panas. Ia maju beberapa langkah lalu tanpa terduga, di cengkeramnya rahang Sehun. "Bilang apa tadi?"

"Dhen Taehyung!" Bibi Euis memekik sambil berlari, berusaha mengindahkan tangan majikannya. "Sudahlah Dhen, Bibi mohon, nanti kalau Tuan dan Nyonya tahu, kalian bisa terkena marah."

Yang dikatakan Bibi Euis memang benar, namun dia sudah tidak bisa menahan diri. "Minimal sadar diri lah. Lo tuh cuma numpang hidup disini, jadi jaga perilaku dan kata-kata lo!" Cengkeramannya mengetat, rahang Sehun bisa remuk saat itu juga.

"Taehyung!" Jae-Wook kujuk-kujuk datang dari arah tangga, menggemakan nama anak kandungnya dengan penuh kemurkaan. "Astaga Sehun! Apa yang terjadi, Nak?" Areum yang berada persis di belakang Jae-Wook ikut menjerit heboh.

SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang