"Happiness looks good on you."
•••
LEWAT telepon seluler miliknya, Taehyung sukses mengantongi izin dari Seokjin untuk mengajak Jisoo pergi. Meskipun dengan syarat; tidak boleh berkeliaran menggunakan seragam sekolah. Alhasil Taehyung harus mengantar Jisoo ke rumahnya lebih dulu untuk berganti pakaian. Beruntung laki-laki itu selalu mempersiapkan baju ganti di mobil, jadi dia tidak perlu jauh-jauh pulang dan juga dapat mengirit waktu.
Sambil menunggu Jisoo bersiap-siap, Taehyung nampak beberapa kali menyisir rambutnya menggunakan tangan, lima detik kemudian ia mengembangkan senyuman kala mendapati pantulan dirinya di spion mobil dengan tatanan rambut yang sudah rapi. Well, Taehyung baru sadar jika ternyata dia begitu tampan. Aish, pantas saja Jisoo tidak berani menolaknya.
"Udah mirip kayak orang gila kalau senyum-senyum sendiri tau."
Mendengar kalimat itu, tubuh Taehyung langsung menegak, buru-buru ia mengangkat pandangan. Namun setelahnya, Taehyung seolah-olah hilang kesadaran melihat Jisoo yang sudah berganti busana dengan make up tipis-tipis menghiasi wajahnya. Benar-benar definisi girlfriend material. "Ekhem, sejak kapan kamu disini?"
Jisoo mengernyit. "Sejak lo...,"
"Kamu, Ji. Udah janji lho mau pakai aku-kamu." Taehyung mengatakannya dengan mimik wajah tenang tapi angker, Jisoo pun menggigit bibirnya karena merasa bersalah. "Maksud aku sejak k-ka-kamu nyisirin rambut."
"Udah selama itu? Kok nggak langsung negur aku? Oh, atau jangan-jangan kamu terpesona sama kegantenganku saat lagi ngaca kayak tadi? Iya, kan? Ngaku!"
Mengambil selangkah maju, Jisoo lantas memelintir telinga Taehyung hingga memerah. "Dasar narsis!"
"Aduh, aduh!" Taehyung berusaha menjauhkan tangan Jisoo dari telinganya. "Sakit, sakit! Kamu mah nggak ber-peri-kepacaran banget."
"Ya habisnya kamu nyebelin." Jisoo menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Ayo jalan sekarang!"
Bibir Taehyung mengerucut. "Nggak mau ah, kamunya ngambek gitu. Padahal apa susahnya mengakui kegantenganku, sih? Aku aja selalu mengakui kecantikan kamu yang udah di luar nalar itu. Aku kan pengen di puji cakep juga sama kamu!"
Gadis Kim agaknya melupakan fakta dimana dia sudah memacari seorang laki-laki dewasa yang berwatak balita. "Sayang? Dengar... kamu itu udah di takdirkan cakep, dengan atau tanpa pengakuan dari aku." Rasa-rasanya Jisoo ingin melakban mulutnya setelah melontarkan kata-kata berlebihan itu. Namun apalah daya, semua demi menyenangkan sang kekasih.
Wajah Taehyung yang semula kesal kini sudah kembali cerah. "Kayaknya aku harus sering bersikap childish di depan kamu deh biar kamu nggak galak-galak terus."
Jisoo menyentuh pelan hidung lancip milik Taehyung. "Pintar ya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan."
"Iya dong! Btw, langsung berangkat aja ya? Takut nanti kamu telat lesnya."
"Kata Kakak, mending aku bolos les sekalian. Lagian waktunya pasti bakal mepet banget, Tae. Daripada nanti kita buru-buru malah nggak asik jalan-jalannya."
"Kak Jin emang the best! Kalau begitu silakan masuk tuan puteri." Taehyung lantas membukakan pintu mobilnya, Jisoo pun sedikit terkejut dan tersenyum simpul setelahnya. "Makasih, Tae."
Laki-laki itu mengangguk lalu segera berlari kecil menuju sisi kemudi. Tanpa berlama-lama lagi, kereta besi tersebut lekas meluncur, membelah jalanan ibu kota yang pastinya padat merayap.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Ficção AdolescenteIni tentang seseorang yang hidup, tapi berkali-kali di matikan perasaannya. Yang rautnya bahagia, tapi hatinya selalu terluka karena hal-hal yang ia percaya tidak sesempurna seperti apa yang ia lihat. "Aku sungguh ingin menulis banyak tentangmu, nam...