"Beautiful. Definition; people named Kim Jisoo."
•••
SUDAH hampir lima menit Taehyung hanya berdiam diri dalam mobilnya sambil mengamati setiap sudut rumah Jisoo. Laki-laki itu mendesis pelan sebelum ekor matanya melirik ke arah jam tangan yang menunjukkan pukul 05.30. Ia pun meringis, masih pagi sekali ternyata.
Taehyung kembali meninjau keadaan sekitar, jalanan komplek agaknya cukup lengang mengingat hari ini bukanlah akhir pekan. Tidak banyak orang yang melakukan aktivitas olahraga seperti jogging. Hanya cuitan burung yang saling bersautan di atas sana, menghiasi suasana pagi yang berselimutkan kabut tebal.
Menghirup napas dalam, Taehyung akhirnya memantapkan diri untuk beringsut keluar dari kereta besinya. Ia sedikit merapatkan kardigan ketika hawa dingin langsung menusuk sampai ke ulu hati. Ya, anggap saja laki-laki pemilik senyum box ini sudah bertindak di luar kendali hanya karena kerinduannya pada gadis Kim yang sudah membuncah hebat.
Apalagi ia tahu betul kalau Jisoo sedang dalam mode marah padanya karena kejadian itu. Ya Tuhan, kemarin saja Taehyung sampai melewatkan sarapan karena saking rindunya pada Jisoo, siangnya juga tidak bisa makan karena memikirkan gadis itu, sementara malamnya ia tak bisa tidur karena kelaparan. Haha.
Katakanlah Taehyung berlebihan atau apapun terserah, yang jelas dua hari tidak berjumpa dan tidak bertukar kabar dengan Jisoo benar-benar membuatnya uring-uringan.
Bahkan sekarang dia sudah berada persis di depan rumah Jisoo, akan tetapi laki-laki itu kembali menarik tangannya yang sudah bersiap-siap hendak mengetuk pintu. "Perasaan gue nggak enak banget dah."
Pepatah mengatakan; sebelum maju ke medan perang, kita harus tau siapa yang bakal kita hadapi. Untungnya dalam peperangan kali ini, Taehyung memiliki sumber intel yang terpercaya dan bisa di andalkan kredibilitas informasinya. Yaitu Rosè.
Menurut berita yang di sampaikan oleh perempuan pirang itu, ternyata Kakak Jisoo sudah pulang dari luar negri. Bahkan kemarin mereka sempat menghabiskan waktu bersama ke Dufan. Astaga, meski Rosè sudah menenangkannya berkali-kali dengan kalimat tenang aja, Kak Jin itu orangnya santai kok, tapi tetap saja Taehyung merasa super duper gugup.
Ceklek
Taehyung terkesiap ketika pintu di depannya kujuk-kujuk terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang proporsi wajahnya mirip sekali dengan Jisoo. Taehyung yakin, dia pasti Kak Jin yang di maksud oleh Rosè.
"Wah, ada orang ternyata. Cari siapa ya?"
Meneguk ludah dengan terpaksa, Taehyung betulan salah tingkah. "A-anu... itu...,"
Seokjin meninggikan alis kirinya ketika laki-laki yang tengah berhadapan dengannya itu terbata-bata dalam memberikan jawaban. Sedetik berlalu, Seokjin nampak mengingat sesuatu hal. "Ah, saya baru ingat! Kamu teman sekolahnya Chichi yang waktu itu sempat mengantarkan Chichi pulang ya?"
Chichi? Jadi orang rumahnya memanggil Jisoo dengan nama itu? Lucu sekali! Taehyung pun lekas melebarkan senyumnya. "Betul Kak Seo...,"
"Seokjin." Seokjin mengulurkan tangan kanannya, mengajak Taehyung untuk saling berjabat tangan. "Saya Kakaknya Chichi. Kebetulan saya baru beberapa hari pulang ke Indonesia."
Taehyung membalas jabatan tangan tersebut. "Saya Taehyung, Kak. Kak Seokjin boleh panggil saya Tae atau apapun senyamannya."
"Kalau semisal panggil calon adik ipar kayaknya bakal lebih nyaman," sahut Seokjin sembari melepas pagutan tangan antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Teen FictionIni tentang seseorang yang hidup, tapi berkali-kali di matikan perasaannya. Yang rautnya bahagia, tapi hatinya selalu terluka karena hal-hal yang ia percaya tidak sesempurna seperti apa yang ia lihat. "Aku sungguh ingin menulis banyak tentangmu, nam...