"Cinta akan selalu tahu kemana arah jalan pulang."
•••
TIDAK ada bantahan jika banyak orang yang mengatakan kalau waktu istirahat adalah suatu hal yang selalu di nanti-nanti oleh para pelajar. Tak terkecuali untuk Taehyung, Jungkook dan Jaehyun. Saat bel baru saja berdering, mereka bertiga langsung bergegas menuju kantin karena perutnya yang sudah keroncongan hebat.
"Akhirnya bisa lepas juga dari jeratan fisika! Gila, Pak Leetuk ngajarnya cepat betul. Kayak orang lagi di kejar setan, Anjing! Di kira gue cucu profesor kali ya bisa menyerap rumus sebanyak itu?"
Jaehyun yang sedang asyik melipat kertas untuk di jadikan pesawat terbang kontan terkekeh mendengar celotehan Jungkook. "Lebay banget lo, Kook."
"Dih, emang lo nggak puyeng juga setiap pelajaran fisika? Gue sih nggak percaya," jawab Jungkook.
"Kayaknya gue sama Jaehyun aman-aman aja deh, Kook. Otak lo kali yang nggak nyampean," timpal Taehyung sembari terbahak, Jaehyun pun melakukan hal yang sama.
Jungkook mendecih pelan mendengar penghinaan yang baru saja di tujukan padanya. "Sombong amat."
"Lah Taehyung mah emang punya sesuatu yang patut di sombongkan, Kook," balas Jaehyun. Jungkook lantas merotasi bola matanya. "Ya tapi tetap aja hukum sombong itu haram!"
Taehyung menjentikkan jarinya. "Lebih haram lagi sering nyontek tugas ke teman, apalagi kalau tiap hari. Beuh dosa gede tuh!"
"Lo nyindir?" tanya Jungkook seraya mengangkat dagunya. Taehyung pun tersenyum miring melihat kesongongan laki-laki itu. "Sebenarnya sih enggak, Kook. Tapi kalau lo merasa ya bagus deh, siapa tau jadi stop nyonteknya."
"Enggak, enggak. Jiwa nyontek di dalam tubuh gue tuh udah kayak noda kunyit di panci putih punya Ibu, membandel dan susah hilang."
Jaehyun geleng-geleng kepala. Heran sekali dengan pemikiran Jungkook yang begitu-begitu saja. "Emang paling benar dah keputusan Lisa yang tetap keukeuh nolak lo. Abis buat diri sendiri aja lo nggak ada kemauan untuk berubah menjadi lebih baik."
"Apaan sih, Anjir! Nggak make sense banget tau, Jae!" kilah Jungkook. "Mau marah aja lah, soalnya lo udah bikin gue tersinggung!"
"Ya udah Jae, kalau semisal Jungkook mau marah biarin aja. Kita nggak usah bagi jawaban PR fisika yang barusan di kasih Pak Leetuk."
Mata Jungkook langsung melotot tidak terima. "Nggak asyik lo Tae, mainnya ngancem-ngancem gitu!"
Jaehyun pun terlihat mengangguk atas usulan Taehyung. "Gue setuju, Tae. Kayaknya itu perlu banget untuk di coba."
"Ayolah... Gue tuh paling nggak bisa kalau udah menyangkut matematika dan fisika. Jangankan nyari jawaban dari soal-soal dua mata pelajaran itu, nyari pacar aja nggak becus kan gue? Ya, karena gue memang selemah itu, guys!" keluh Jungkook dengan wajah super mengemis.
Jaehyun melirik Taehyung dan tersenyum jahil. "Kita lihat aja nanti."
"Ih, pada tega banget sama babang! Gue sumpahin nih kalau lo berdua poop sambil jongkok!"
"Lah emang kodratnya kayak gitu bego!" ujar Jaehyun dengan tangan yang menyentil gemas jidat milik Jungkook. Sementara sang empunya sudah frustasi dan merengek. "Masalah omongan kalian tadi itu cuma becanda, kan? Iya dong? Yakali lo pada tega liat rambut sahabat lo rontok cuma gara-gara mikirin rumus?"
"Tenang, Kook. Kalau sampai rambut lo rontok, gue ada obat buat penumbuh rambut di rumah," kata Taehyung dengan alis yang terangkat.
Jungkook sontak merentangkan telapak tangannya di wajah Taehyung, kemudian laki-laki itu memalingkan wajahnya sendiri ke sudut lain. "Sungguh sadis caramu, Bang. Dedek merasa terhina!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Teen FictionIni tentang seseorang yang hidup, tapi berkali-kali di matikan perasaannya. Yang rautnya bahagia, tapi hatinya selalu terluka karena hal-hal yang ia percaya tidak sesempurna seperti apa yang ia lihat. "Aku sungguh ingin menulis banyak tentangmu, nam...