"Aku terlalu mempercayai bahwa semua orang itu baik. Nyatanya, semua itu bohong."
-dilss
•••
MATAHARI terbenam, sang senja meringkuk mundur dan kegelapan pun mulai menyelimuti setiap sudut kota. Dengan kecepatan 60km/jam, Jennie membedah jalanan yang agaknya cukup lengang malam ini. Tanpa terduga, rintik hujan sedikit demi sedikit turun. Ia segera menghidupkan wiper guna menyeka kaca mobilnya. "Kepikiran omongan Eyang?"
Jisoo yang duduk di samping kemudi Jennie sontak menengok. Pastilah pertanyaan tersebut di tujukkan padanya, sebab tinggal dia yang tersisa disini. Pasalnya beberapa menit yang lalu, kedua perempuan tersebut baru saja mengantarkan Lisa. Sementara Rosè sendiri memilih pulang bersama Jaehyun dan Jungkook. "Enggak kok."
Tak ada tanggapan berbentuk kalimat setelahnya, hanya deraian tawa yang entah mengapa terdengar begitu mengejek bagi Jisoo. "Nggak ada yang lucu, ngomong-ngomong. Renyah banget ketawa lo," cebiknya.
"Yang lucu itu lo." Jennie mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. "Udah jelas-jelas kepikiran, masih aja mengelak."
Sekarang giliran Jisoo yang tertawa. "Nah lo lebih-lebih lucu. Udah tau betul jawabannya, masih aja nanya begitu. Lagi mencoba berbasa-basi?"
Jennie mendengus keras. Benar juga, pikirnya. "Ya gue sekadar membuka percakapan aja biar lo mau sharing tentang perasaan lo sekarang! Lagian lo kenapa, sih? Cowok lo di pegang-pegang, di raba-raba, di sayang-sayang sama cewek lain, tapi lo diam aja. Kalau gue berada di posisi lo sih udah pasti gue cakar-cakar tuh mukanya. Dih, ingatnya aja bikin gue eneg. Emang lo nggak eneg juga huh?"
Menghembuskan napas pelan sembari menutup mata. Jisoo seakan dibuat pening mendengar cerocosan Jennie yang kecepatannya mengalahkan Mbak-Mbak host penjual baju di Tiktok. "Udahlah. Gue nggak mau mati sia-sia. Lo fokus aja nyetirnya."
"Nggak bisa!" tegas Jennie. "Gue tau banget lo anaknya gimana, Ji. Gue nggak mau kalau lo sampai insecure atau merasakan hal negatif lainnya cuma gara-gara Hanna keparat itu!"
Jisoo tersenyum lalu mengelus-elus bahu kiri Jennie. "I'm Jisoo, I'm okay!" Bohong sekali. Kenyataannya; apa yang dituturkan oleh Eyang tidak hanya mengguncang batin, tetapi mental gadis Kim pun ikut terkena. Bagaimana bisa? Uh... ayolah. Sesudah Jung Eun mengetahui jikalau Taehyung dan Jisoo mempunyai status lebih dari teman, wanita kelahiran Solo itu nampak tak menyukainya.
Flashback On
"Siapa yang berpacaran?"
Jisoo membulatkan mata kaget. Astaga, Jendeuki benar-benar argh. Ia lekas menghadiahi sahabatnya itu dengan satu cubitan maut. "Lo kenapa, sih?"
Mengaduh dengan suara tertahan, Jennie lantas balas memelotot. "Gue nggak ngapa-ngapain! Gue cuma ngomong fakta. Emang benar kan kalau Taehyung dan lo itu pacaran? Kalian sepasang kekasih!"
Taehyung pun mencoba berdiri walaupun sambil tertatih-tatih menahan sakit. Jisoo yang melihatnya langsung beringsut, hendak membantu. Namun lagi-lagi; Hanna selangkah lebih dulu darinya. Dia sudah memapah laki-laki Kim.
"Lepas Hann," ujar Taehyung menyingkirkan tangan Hanna. Dalam sekejap, raut kecewa mendominasi wajah gadis tersebut. "Bantu aku, Ji," sambungnya seraya menjulurkan kedua tangan kepada Jisoo.
Secepat kilat, sang empunya menghampiri. Tahukah kalian? Ada rasa hangat menjalar di hati Jisoo ketika ia berdampingan dengan Taehyung. Ya Tuhan. Jisoo amat merindukannya. Hampir seharian penuh ia tak mengetahui kabar Taehyung; sekalinya dapat, malah ternyata laki-laki ini tengah berada dalam kesukaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Teen FictionIni tentang seseorang yang hidup, tapi berkali-kali di matikan perasaannya. Yang rautnya bahagia, tapi hatinya selalu terluka karena hal-hal yang ia percaya tidak sesempurna seperti apa yang ia lihat. "Aku sungguh ingin menulis banyak tentangmu, nam...