"Jika lelah, tinggal mengaku. Tuhan tidak akan pernah menertawakan, apalagi aku."
•••
TAWARAN untuk pulang sepertinya belum berlaku, karena sekarang keadaan sudah berbalik. Baru saja Bibi Ann mengirimkan pesan kepada Jisoo, memberi informasi jikalau stok camilan, minuman dan bahan pangan di rumah gadis itu sudah menipis.
Akhirnya Jisoo memutuskan untuk bertandang ke supermarket, mumpung dirinya sedang di luar rumah. Kalau begini kan lumayan, waktunya tidak habis hanya untuk menemani Taehyung saja. Tapi ada faedahnya juga untuk diri sendiri.
"Gue beli beberapa keperluan gue dulu, lo tunggu sini ya, Tae?" Jisoo berpamitan kepada Taehyung, lalu ia bergegas menuju ke dalam supermarket. Beberapa langkah sudah di ambil, Jisoo kontan bersiap-siap membuka pintu saat sudah persis di depannya. Namun seseorang nampak lebih dulu membuka pintu tersebut. "Lah, Taehyung! Ngapain lo ngikutin gue?"
"Gue juga mau belanja kali, Ji. Emang lo se-penting apa buat gue sampai-sampai gue harus ngintilin lo terus? Dasar kepedean, bwek!" Selepas menjulurkan lidahnya, Taehyung berlenggang santai meninggalkan Jisoo yang membatu di tempatnya.
Tidak, dia sama sekali tidak marah atas kata-kata sarkas Taehyung. Jisoo tahu jika laki-laki itu hanya bergurau dan tingkat kepercayaan diri gadis Kim juga kelewat konyol. Tapi kenapa dia harus menjulurkan lidah tepat di depannya, sih? Itu kan lucu!
Sedetik kemudian, Jisoo geleng-geleng kepala dan berakhir menempelkan jidatnya pada pintu supermarket menyadari pikirannya yang sudah kacau balau.
"Permisi, Mbak. Kepalanya baik-baik aja bukan?"
Jisoo tersentak. "Ah, ini Bu! Saya cuma iseng," ucapnya di iringi dengan tawa hambar.
"Hadeuh, ada-ada aja kelakuan anak muda zaman sekarang."
•••
Berbagai sayur-mayur, buah-buahan, makanan ringan dan minuman bersoda sudah Jisoo kantungi dalam troli. Ia mengecek lagi sebelum di bawa ke kasir, ternyata ada yang kurang. Jisoo lupa belum membeli minuman perisa buah kesukaannya. Segera ia mendatangi area dimana minuman itu terpajang.
Tak tanggung-tanggung, Jisoo mengambil sepuluh botol sekaligus untuk stok di rumah. Di rasa belanjaannya sudah lengkap, ia kembali melajukan troli-nya, berbelok menuju tempat kasir.
Akan tetapi, pergerakan Jisoo terhenti saat dirinya menciduk sosok Taehyung yang sedang memaku. Dia memandang lurus ke depan, gadis Kim pun mengekori kemana arah Taehyung melihat. Tak ada yang janggal, hanya seorang laki-laki dan wanita purnabaya di pojok sana.
Jisoo kembali menghadap ke fokus utamanya tadi dan saat itu juga ia bersitatap dengan Taehyung. Tidak ada kalimat yang mencuat, hanya raut wajah murung yang bisa laki-laki itu tunjukkan.
Beberapa detik di habiskan dengan keduanya yang sama-sama terdiam. Sampai akhirnya Taehyung yang lebih dulu menebas kebisuan tersebut. "Gue suka mikir, kenapa Tuhan mengizinkan gue buat lahir di muka bumi ini sedangkan selama gue bernyawa, sama sekali nggak ada figur yang menuntun gue untuk menemukan tujuan hidup yang sebenarnya."
Jika bisa di klasifikasikan, pernyataan barusan merupakan pernyataan retoris, karena menurut Jisoo jawabannya sangatlah remang-remang. Logikanya, selalu ada tujuan di setiap penciptaan yang di lakukan oleh Tuhan. Entah akan di gapai dengan apa dan siapa, tujuan tersebut pasti ada.
Perempuan dengan tinggi badan 162cm itu kembali menatap ke pojok sana. Setelah di lihat lebih teliti lagi, kalau tidak salah wanita itu adalah Mamanya Sehun. Jisoo pernah beberapa kali bertemu saat pembagian rapor di SMP-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Teen FictionIni tentang seseorang yang hidup, tapi berkali-kali di matikan perasaannya. Yang rautnya bahagia, tapi hatinya selalu terluka karena hal-hal yang ia percaya tidak sesempurna seperti apa yang ia lihat. "Aku sungguh ingin menulis banyak tentangmu, nam...