SINGULARITY 17

192 10 0
                                    

"Tidak suka bukan berarti harus membenci."

•••

MOBIL Ferrari F8 dengan warna biru gelap itu memasuki pelataran rumah luks yang di dominasi oleh cat gold metalic dan putih. Tak lama kemudian, sosok Seokjin terlihat keluar dari kendaraan roda empat tersebut. Kalau boleh jujur, ini adalah kali pertama bagi Seokjin bertandang ke rumah Yoona untuk menemui secara langsung kedua orangtua gadisnya itu.

Seokjin tidak menampik, ada kecemasan yang muncul dalam dirinya lantaran perasaan khawatir tidak dapat memberi kesan yang baik, semisal saat nanti dia di jatuhi pertanyaan oleh orangtua Yoona dan ternyata jawabannya kurang memuaskan. Ia benar-benar sudah mengantisipasi sampai kesitu.

Menghela napas panjang, Seokjin lantas menelaah kembali penampilannya yang mengenakan kemeja polos lengan panjang. Tidak ada yang salah dengan itu bukan? Karena menurutnya pakaian tersebut memberi kesan formal, dan formalitas sedikit banyak menunjukkan tentang keseriusannya berhubungan dengan Yoona.

"Jin!"

Seokjin tergelonjak mendengar suara Yoona yang memanggil namanya. "Oh! Hai, Na?"

Yoona nampak tersenyum cerah sebelum akhirnya mendekap tubuh Seokjin begitu erat, menghirup dalam-dalam aroma parfum laki-laki itu seolah sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. "Kangen," lirihnya.

"Sama," jawab Seokjin sembari membalas dekapan Yoona tak kalah kencang. Tidak lupa juga ia memberi kecupan singkat di pucuk kepala kekasihnya itu.

"Kenapa nggak langsung masuk aja tadi? Aku udah nungguin lumayan lama lho di dalam, takut kamu tiba-tiba nggak jadi kesini."

Seokjin melepas pelukan tersebut sembari terkekeh. "Kan aku udah janji mau datang, Na."

"Ya kamu kan suka ingkar," ucap Yoona menyindir Seokjin terang-terangan. Sementara sang empunya hanya menggelengkan kepala pasrah. "Iya, iya. Maafin aku ya kalau sering bikin kamu kecewa?"

Yoona mem-poutkan bibir tipisnya. "Maaf terus tapi nggak berusaha memperbaiki ya bakalan sama aja, Mas!"

Seokjin kontan memiringkan kepalanya, sempat tidak percaya dengan pemilihan kata yang Yoona pakai. "Dih, tumben banget pake embel-embel Mas?"

"Hitung-hitung latihan, biar nanti kalau udah jadi istri kamu nggak kaku-kaku amat," jawab Yoona sembari mengerlingkan mata. Seokjin yang melihat itu pun benar-benar merasa bahwa seluruh warna di dunia ini seketika meluruh, terkalahkan oleh kecantikan yang di miliki Yoona. "Aish, malah ngelamun. Masuk yuk?" Yoona lantas menggenggam pergelangan tangan laki-laki itu dan mengajaknya untuk memasuki rumah.

Sambil melangkah, Seokjin pun berusaha menetralisir rasa gugupnya dengan melihat ke sekeliling. Luas rumah Yoona itu hampir sama dengan luas rumahnya, akan tetapi rumah Yoona antara bangunan dan tamannya kelihatan setara. Sementara taman di rumah Seokjin sendiri hanya terletak di area belakang.

Sepertinya kedua orangtua Yoona itu hobi berkebun, hal itu kentara dari harmonisasi tamannya yang tidak hanya menyuguhkan warna hijau saja. Akan tetapi banyak sekali tumbuhan atau bunga yang beraneka warna. Di tambah lagi dengan adanya kolam ikan hias beserta air mancur yang mengeluarkan suara gemercik. Asri sekali.

"Yoona!?" Sosok wanita purnabaya nampak muncul dari arah dapur dengan wajah yang cukup antusias. "Sudah datang ya?" tanyanya langsung mengambil posisi berdiri di samping Yoona.

"Sudah, Mi. Dia baru aja sampai," jawab Yoona. Seokjin langsung membungkukkan badan kemudian menjabat tangan wanita tersebut. "Hallo, Tante. Saya Seokjin."

SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang