Jun?

1.4K 122 3
                                    

"bapak tenang dulu ya sebentar" satu kalimat itu dilontarkan dokter yang menangani kedua remaja itu.

Hanbin segera menarik nafas panjang dan menghebuskannya, berusaha menenangkan diri diikuti dengan Haruto di sebelahnya.

Haruto tak berhenti menggenggam Hanbin dengan kedua tangannya, ia sangat takut kejadian itu akan terulang kembali.

"baik, sekarang mereka harus mendapat donor darah secepatnya karna mereka kehilangan banyak darah dan kebetulan stock darah disini habis dan kebetulannya lagi mereka berdua memiliki golongan darah yang sama." ujar panjang dokter itu.

"AB- kan dok AB-??!!!" kata Hanbin dengan matanya yang sangat khawatir.

"iya pa kedua anak didalam membutuhkan darah AB-" dijawab oleh dokter.

"iyyaa iyya saya AB- dok" ujar Hanbin

"mari ikut saya kita periksa dulu ya pa"

"dok saya juga AB- dok" sambung Haruto.

"baik mari ikut saya"

Setelah diperiksa golongan darah mereka ber4 cocok dan segera dilakukan sesuai prosedur kedokteran.

"baik bapak Hanbin dan adik Haruto sudah selesai yaa" ujar suster itu.

"iyya sus" ujar ayah dan anak itu.

Mereka berdua tetap menunggu di depan ruang tindakan. Terlihat jelas wajah pucat ayah dan anak itu, bukan karna mendonorkan darahnya tetapi karna berbagai macam kekhawatiran yang mereka fikir dan rasakan.

Ini bukan sama sekali hal bagus tapi bagaimana bisa seorang Ibu tidak datang untuk sekedar mengkhawatirkan anaknya?

Apakah masih bisa ia disebut seorang ibu? dengan jelas dia tau bahwa anak darah dagingnya terbaring diranjang rumah sakit dengan sedikit harapan bahwa ibunya menemani disisinya.

Tidak bisakan Jennie menanyakan keadaan anaknya itu sesekali? Di keadaan seperti ini Jennie masih bersantai menunggu kabar buruk dari suaminya.

Entah apa yang merasuki Jennie setelah kejadian di tahun 2012 membuat dia gelap mata, dia sama sekali tidak perduli dengan anak bungsunya itu yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Setelah Jeongwoo bangun dari koma pada 2012 silam ia sangat berharap mendapatkan pelukan hangat dari orang orang yang ia sayang, terlebih ibunya. Saat ia membuka mata untuk menyambut kasih sayang yang ia tunggu tunggu itu, sebaliknya yang ia dapat hanya cacian tajam dari mulut ibunya, terlebih saat itu Haruto kakak tersayangnya malah ikut membenci ia, jika bukan karna papa Hanbin yang sayang sama dia, mungkin saat ini dia sudah tidak ada disini, mungkin di rumah ka Hyunsuk atau panti asuhan masih mending jika ia ditempatkan di panti asuhan bagaimana menurut kalian nasibnya jika anak sekecil itu di buang dan ditelantari seorang diri?

Dokter itu keluar ruang tindakan untuk ke2 kalinya.
"Dok bagaimana dok anak saya???" tanya seorang Ayah itu.

"Anak bapak sudah baik keadaannya, kita tinggal tunggu siuman dan remaja itu juga, tapi apakah keluarga remaja itu bisa datang?"

"maaf dok saya ga tau rumahnya dan orang tuanya dan ponselnya juga mati setelah kecelakaan" ujar Hanbin.

"Baik jika begitu nanti kita tanya ketika dia sudah siuman saja karna keadaanya tidak terlalu parah"

"baik dok terimakasih banyak yaa" ucap Hanbin

"terimakasih banyak ya dok" diikuti Haruto.

"iyya sama sama, owhh iya anak bapak, Jeongwoo dari tadi manggil manggil mamahnya pa saat sebelum di bius mungkin bisa mereka bertemu agar Jeongwoo cepat sembuh juga"

bro? whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang