Murid Baru

4 2 0
                                    

“Halo, perkenalkan nama saya Putra Alraja.  Saya pindahan dari Bandung.  Salam kenal semuanya!“

“Putra Alraja ... nama yang bagus, orang nya juga ganteng .... Hahaha, baiklah untuk mempersingkat waktu, perkenalan dengan teman baru-baru nya bisa nanti saja. Sekarang ... Putra duduk di bangku paling belakang, Cyara! Kamu tidak keberatan kan? “ ucap Bu Diah.

Saking asyik nya melihat pemandangan di luar jendela, aku tidak mendengar jika dipanggil.

“Cyara!” teriak Bu Diah.

“Eh? Iya Bu?“ kataku, karna baru sadar jika di panggil.

“Kamu itu kenapa melamun dari tadi sih? Di panggil ga nyaut. Ibu tanya, apa tidak keberatan jika Putra duduk di sampingmu untuk sementara?“  ketus Bu Diah.

“A-ah, i-iya t-tak apa! “ ucapku.

“Nah, Putra silahkan duduk di samping Cyara. Dan Cyara jangan dibiasakan melamun begitu, kamu seperti orang yang misterius aja, suka menyendiri! “ ucap Bu Diah dengan ketus.

“Dia kan emang suka menyendiri bu, banyak yang menjauhi dia hahaha,“ ucap salah satu murid kelasku.

Dan semuanya tertawa, dan disudahi dengan Bu Diah yang ingin melanjutkan kegiatan di hari masuk tahun ajaran baru.

“Hai, aku Putra, dan kamu? “ ucap Putra yang ingin berkenalan denganku.

Aku bingung dia berbicara dengan siapa, aku pikir orang yang di depan.  Aku menoleh ke kiri, ke kanan dan ke depan.

“Kok malah noleh-noleh sih, aku berbicara denganmu.“ Putra menyengir.

“O-oh, a-aku? Aku Cyara Devilyna, panggil saja Cyara.  Eh-“ ucapku sambil menutup mulut.

“Oh Cyara ya. Nama yang keren, tapi kenapa gugup begitu? “ ucap Putra kebingungan.

“A-ah tak apa,“ Ucapku yang langsung memalingkan muka dan langsung fokus dengan Bu Diah yang sedang menyampaikan sesuatu.

“Oke .... Kamu tidak keberatan kan aku disini? Kalau terganggu bilang aja,“ ucap Putra yang juga langsung memperhatikan Bu Diah.

“Hmm,“ ucapku yang berarti iya.

Dan percakapan antara murid yang selalu menyendiri dan murid baru itu ... tidak berakhir sampai disini.

Kriiing kriiing

Bel berbunyi, menandakan istirahat. Karena Minggu ini acaranya menyambut Tahun Ajaran Baru, jadinya istirahat nya cuman sekali.

Aku segera mengambil bekal dari Ibu dan memakan nya sambil melihat pemandangan di luar jendela, ini telah menjadi tempat favoritku.

“Halo broo salam kenal. Aku Iwan.“ ucap Iwan salah satu murid kelasku. “Btw apa kamu tak apa duduk bersama Devil? Dia anak nya benar-benar misterius loh, nanti kamu malah kenapa-kenapa. Kalau mau kamu tukar tempat saja sama, Dimas tuh,“ ucap Iwan menyindir.

“Eh enak saja, aku gamau duduk sama Devil, gila dia,“ ucap Dimas sambil menghampiri Putra.

Beberapa anak lelaki kelas ku menghampiri Putra mengenalkan dirinya, lalu mengajak Putra ke kantin sambil mengelilingi sekolah atau bisa di sebut School Tour untuk murid baru, dan tentu saja Putra setuju. Yah sebenarnya aku ga terlalu peduli dengan itu, maksudnya, Putra kan juga laki-laki, jadi apa masalahnya? Dia pasti orang yang sangat mudah bergaul, dulu aku juga seperti itu, mudah bergaul dan suka menyapa, namun saat SMA aku malah jadi kebalikannya, pendiam. Ughh mengapa aku memikirkannya? Itu tidak penting sekarang. Yang penting sekarang adalah ....

Para anak perempuan sedang bermain adu panco untuk menentukan siapa yang akan menang dan bisa duduk bersama Putra. Jadi yang menang harus segera berpindah ke tempatku, dan menyuruhku pindah ke bangku kosong. Dimata mereka, Putra itu orang nya tampan, gagah, tinggi, ramah, dan Perfect, kalau dimataku biasa saja, mungkin karena aku belum terlalu lihat Putra yang sebenarnya, tadi aku hanya melihatnya sekilas.

“Yeyy menang lagi,“ ucap Sakira.

Sakira adalah salah satu murid yang populer di angkatanku, banyak yang suka dengannya, dari guru, lelaki, perempuan, bahkan teman-temannya suka dengan Sakira.

“Aduh, Sakira menang terus .... Lucky deh, siapa ya yang bisa mengalahkannya lagi?“

“Pokoknya harus ada! Bisa gawat kalau Devil pindah ke bangku sini, bisa-bisa kita kenapa-kenapa.”
“Betul tuh, aku akan mengeluarkan semua tenagaku Aggghhhhh. “
Aku sudah terbiasa dengan itu, jadi aku tidak apa-apa jika dikatakan seperti itu.

“Yaudah deh, karena kalian takut sama Devil, aku ga jadi pindah, takutnya juga saat aku menyuruhnya pindah aku di apa-apain,“ ucap Sakira dengan santai.

Semua nya berhore ria saat mendengar Sakira berkata seperti itu.

Aku hanya bisa mendengar itu sambil makan. Dan berusaha untuk tidak memikirkan itu. Aku tetap memakan masakan ibu, menikmati rasanya yang super duper enak, yaitu ... nasi goreng spesial ala ibu Cyara, aku menyebutnya seperti itu, karena itu sangat bermakna bagiku. Setelah berfikir begitu, Putra dan teman-teman barunya memasuki kelas.  loh? Katanya School Tour, tapi kok cepet banget? pikirku. Namun segera tidak memikirkannya karena Putra sudah duduk ke tempat nya dan aku segera menghabiskan bekal ku.

...

Hening, tak ada percakapan lagi, kami berdua diam, Putra segera memakan jajan yang dibelinya di kantin.
Setelah menghabiskan bekalku, aku segera membereskannya, dan duduk rapi, lama-lama bosan melihat pemandangan di luar jendela, akhirnya aku diam saja. Hm... ngapain ya enak nya? Pikirku. Lama-lama aku bosan akan situasiku sekarang. Selalu diam, dan malu untuk mengobrol, aku selalu berharap agar mulut ku mengeluarkan 1 kata saja, aku ingin cara berkomunikasiku lancar seperti dulu.

“Hai! Aku Cyara, nama mu siapa?”

“K-kalau aku Riku... “

“Wah Riku ya? Nama yang cantik! Salam kenal! Mari berteman! Dan gausah takut gitu dong, aku ga gigit kok! “

“Teman? A-aku tidak keberatan!“

Aku ingin bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu.

Aghhh,“ kata yang tiba-tiba keluar dari mulutku.

Aku menaruh kepalaku di atas meja, dan tak tersadar jika mengeluarkan suara.

“Eh, kamu tak apa?“

Suara Putra, sepertinya dia lagi ngobrol dengan orang yang duduk di depan.

“Cyara, kamu tak apa? Apa kamu sebenarnya merasa keberatan untuk duduk bersamaku?“

Mendengar itu, aku sontak kaget dan segera menoleh ke Putra.

“Emang nya aku ada mengatakan sesuatu? “

“Iya, tadi kamu berteriak ‘aghhh’ secara tiba-tiba.”

“E-eh? Oh ... maaf, aku tidak menyadarinya.“

“Oh, oke, tapi, kamu keberatan ya, jika duduk bersamaku?“

“Sama sekali tidak, kamu kan hanya duduk. Lagian kapan-kapan juga bakal di rombak tempat duduk nya, mungkin sesuai absen, atau di atur oleh bu Diah, atau kamu bakal duduk sendiri.“

“Maksudnya duduk sendiri?“ tanya Putra.

Aku hanya diam sambil melambaikan tangan dan menoleh ke arah lain, yang berarti itu tidak penting.

Di mata orang aku itu aneh, cuek, pendiam, dan misterius,  sebenarnya aku tidak seperti itu, karena banyak yang mengatakan aku seperti itu, pada akhirnya aku terbawa kata-kata mereka dan menjadi diriku yang sekarang. Sebenarnya, aku tak ingat apa yang terjadi saat masuk SMA, ingatan itu samar-samar, aku merasa ... itu tidaklah penting.

C(y)traTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang