"I'm going solo lo lo lo lo lo~"
Sekali lagi, Lisa dan Rosé berlari mendekat dengan tawa di masing-masing wajah mereka. Keduanya entah kenapa secara kompak mulai menari dan menyanyikan lagu yang entah kenapa pula hari ini menjadi tema perjalanan mereka. Membuat Jisoo dan Jennie yang tadinya tengah diselimuti susana sendu dan serius kini ikut tertawa terbahak melihat kelakuan adik-adik mereka.
"Ani~ aku merasa, di kehidupan kita yang lain, kita ini adalah anggota dari grup wanita paling terkenal di dunia!" Kelakar Lisa sambil duduk diatas pasir. Tak mempedulikan bagian bawahnya yang akan kotor seketika oleh pasir putih yang membentang disana. Rosé ikut bergabung, "Tapi aku merasa kalau kita mungkin saja bisa menjadi model di parallel universe." Sahutnya terkikik.
"Aku tau daya khayal kalian ini tinggi. Tapi jangan bawa-bawa kami!" Kata Jennie berusaha terdengar kesal namun nyatanya, nada riangnya tak bisa disembunyikan. Lisa dan Rosé, dua anak ini selalu menciptakan suasana menyenangkan setiap kali mereka bersatu. Sel otak mereka yang seakan cocok dan terhubung dengan satu sama lain selalu menghadirkan tawa bagi orang-orang di sekitar mereka.
"Kami serius! Coba ku lihat," Lisa memegang wajah Jisoo dengan kedua tangannya. Ia memutarnya dengan gemas tanpa peduli kakaknya yang berusaha keras untuk melepas tangan Lisa dari wajahnya. "Kulihat-lihat, Nona Kim Jisoo ini sangat cocok menjadi aktris. Benarkan Chaeyoung-ssi?" Lisa dengan gaya formal meminta persetujuan.
Rosé mengangguk menyetujui. "Dan kalian tau peran apa yang cocok untuk Nona Kim Jisoo?" Gadis Park bertanya. Sementara para kakak membiarka tingkah mereka, matanya melirik Lisa dengan seringai jahil di bibir. "Peran pembunuh! Hahahahahah~" Anak kembar beda ibu itu menjawab bersamaan. Mereka tertawa puas melihat reaksi Jisoo yang terlihat kesal dan siap menerkam mereka dalam sekejap.
***
"Aku rasa ini adalah rencana kalian untuk diam-diam membunuhku." Gerutu Jisoo yang setengah tubuhnya kini terkubur di dalam pasir. Lisa tertawa paling heboh. Lucu sekali rasanya melihat seorang wanita karier yang sukses di usia mudanya kini malah diam tak berdaya setelah kalah lomba lari dari adik-adiknya. Kaki Jisoo yang pendek nyatanya tak mampu mengalahkan kaki panjang Rosé dan Lisa, bahkan kaki milik Jennie yang sama pendeknya. Ini adalah tanda bahwa Kim Jisoo harus menyempatkan untuk berolahraga disela kesibukannya di kantor.
"Kami tidak sejahat itu, Unnie!" Rosé berkata seraya dengan dramatis menyentuh dadanya, seolah tersakiti oleh perkataan sang kakak. Jennie mengangguk. "Lagipula, kalau kita membunuh Unnie, siapa yang akan membelikan kita makanan selama disini?" Tanyanya.
"Benar. Siapa yang akan membiayai hidup kita selama liburan ini?" Masih dengan tawanya Lisa ikut menimpali. Jisoo mendengus. Dia memang tak segan untuk mengeluarkan uang bagi anak-anak rusuh ini. Uangnya mengalir setiap detik bahkan ketika ia bermalas-malasan seperti ini, jadi itu bukanlah hal besar baginya. Lagipula, mereka bertiga hanya menggunakan uang Jisoo untuk makanan. Sementara hal lain seperti gitar kecil untuk Rosé, Jisoo sendirilah yang berinisiatif membelikannya untuk mereka.
"Jangan-jangan, kalian memang sengaja memiliki ide untuk menghabiskan musim panas di rumahku untuk menguras habis isi dompetku? Kurang ajar sekali!" Ketusnya berusaha menahan seringai yang memberontak dari bibirnya.
"Unnie, itu benar-benar keterlaluan. Aku merasa tersakiti!" Ucap Rosé seraya dengan konyol berbaring diatas pasir, disebelah Jisoo yang setengah tubuhnya terkubur. "Tapi itu benar. Jadi kau ku maafkan!" Lanjutnya sambil tertawa. Jisoo memutar matanya jengah. Adik-adiknya memang sangat jahil dan untungnya, Jisoo sudah semakin terbiasa dengan itu.
"Lihat saja, aku akan meminta ganti rugi pada-"
Ucapan Jisoo terhenti oleh deburan ombak yang entah kenapa menghantam cukup tinggi hingga membuat mereka berempat basah seketika. Jisoo jelas menggelinjang heboh. Jika ombak semakin besar dan ia masih terkubur disini, dirinya bisa benar-benar mati! "KELUARKAN AKU DARI SINI!" Jeritnya histeris. Adik-adiknya ikut panik. Mata bulat Lisa semakin terbuka lebar ketika menyadari sekop yang mereka gunakan untuk menggali pasir kini hilang, hanyut terbawa arus.
"UNNIE, SEKOPNYA HILANG!" Teriaknya sambil menunjuk sekop plastik yang kini mulai mengambang menjauh terbawa air. Jisoo menjerit keras. Ini benar-benar tidak lucu lagi! "SETELAH AKU KELUAR DARI SINI AKU BERSUMPAH AKAN MENGGORENG KALIAN DIATAS MINYAK PANAS!" Jisoo benar-benar panik saat ini. Air masih terus mendekati mereka walau tak sebesar tadi. Tapi itu tentu tak membuatnya tenang barang sedikitpun.
"Kalau begitu, lebih baik kita pergi secepatnya dari sini!" Kata Jennie sambil berdiri. Memancing Rosé dan Lisa untuk melakukan hal yang sama yang mana itu membuat Jisoo menjerit penuh kekesalan. "YAH! JANGAN COBA-COBA!" Katanya masih dengan nada tinggi.
"KRAKENCHU MENGAMUK! AYO LARI!" Rosé berteriak. Membuat Jisoo semakin menggelinjang di dalam pasir, apalagi ketika melihat adik-adiknya yang kurang ajar berlari memutar, mengelilingi dirinya; dengan sengaja meledek nasibnya yang tak berdaya terkubur pasir dan dihantam ombak.
***
"Tidak, tidak. Aku ingin semangka yang telah di potong segitiga tanpa biji sedikitpun tertinggal disana." Itu adalah suara Jisoo yang memerintah adik-adiknya yang kini menjadi dayang setelah kelakuan kurang ajar mereka padanya. Jisoo berhasil keluar, tentu saja. Ia berhasil diselamatkan oleh pria-pria kekar yang bekerja pada Paman Kim dari bocah-bocah rusuh yang sayangnya menjadi adik sepupunya itu. Dan sebagai gantinya, Jennie, Rosé dan Lisa kini harus rela kembali dijadikan kacung oleh kakaknya sendiri.
"Ini sudah segitiga, Unnie. Mau bagaimana lagi?" Erang Lisa frustasi. Bagaimana tidak? Permintaan Jisoo benar-benar tak masuk akal sejak tadi. Setelah mereka membersihkan diri, Jisoo ingin bersantai di villa Jennie, katanya. Tapi beberapa saat kemudian, ia ingin di gendong kembali ke pantai tepat di tempat pertama kali mereka sampai. Dalam kasus ini, Rosé menjadi korban dan harus rela menggendong Nona Kim itu. Setelahnya, Jisoo ingin buah semangka yang mana mengharuskan Lisa untuk pergi ke pasar swalayan dekat pantai untuk mencari buah bulat sialan itu. Belum lagi, Jisoo yang katanya kepanasan sejak tadi tak membiarkan Jennie berhenti mengipasinya.
Dalam urusan menyiksa, Jisoo memang tak pernah main-main. Dan sayangnya, dengan ceroboh tiga bocah rusuh melupakan itu hingga dengan berani menjahili kakaknya habis-habisan. Rasakan akibatnya, sekarang!
"Ini segitiga sama kaki. Aku ingin segitiga siku-siku." Timpal Jisoo santai. Rosé kini sudah bersujud, meminta ampunan pada dewa, laut, pohon dan udara agar Kim Jisoo menghentikan siksaan ini. Karena jujur saja mereka mungkin akan pingsan dalam hitungan detik.
"Unnie, ampuni kami. Kami tidak akan menjahilimu lagi." Jennie berlutut didepan Jisoo. Dan Rosé serta Lisa melakukan hal yang sama. Jisoo menyeringai puas. Ia memang menantikan momen ini!
"Aku tidak tahu, Anak-anak. Ucapan kalian tidak pernah bisa dipercaya. Aku trauma. Ini bisa berpengaruh pada mentalku!" Katanya dengan raut tersakiti. Jennie hampir memutar matanya jengah jika tak ingat kalau mereka sedang meminta belas kasihan sang kakak. "Kami serius kali ini. Tolong hentikan semua ini, kakanda." Lisa membalas dengan memasang puppy eyes andalannya.
"Oke. Kalian bebas." Ucap Jisoo santai.
"Jinjja?!" Rosé menatap penuh harap. Jisoo mengangguk tanpa ragu. Namun seringai di bibirnya tak pernah hilang sejak tadi.
"Ya. Tapi-" Jisoo menjeda ucapannya. Membuat ketiga sepupunya menahan napas menunggu kelanjutan ucapan Jisoo. "Untuk seminggu kedepan, kalian akan menanggung biaya kehidupanku termasuk makan dan tiket liburan. Bagaimana, deal?" Tanya Jisoo sambil mengulurkan tangannya didepan ketiga adik.
Mereka menyerang keras. Ketiganya melihat sendiri gaya hidup Jisoo yang super hedon, mengingat penghasilannya yang memang memadai. Tapi untuk mereka menanggung itu, agaknya sulit. Mereka saja kesini minta dibiayai. Kenapa sekarang justru Jisoo yang minta dibayari? Sial. Uang jajan mereka bisa habis seketika.
"Tidak mau? Ya sudah. Lanjutkan pekerjaan kalian sekarang." Ucap Jisoo dengan tengil. Apalagi ketika sebuah ide tiba-tiba muncul di kepalanya. "Kalian sepertinya santai. Bisa tolong belikan anggur Brazil untukku?"
-10 Desember 2021-
Ngetiknya ngantuk. Kalo ada yang salah tolong kasih tau yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Diary
FanfictionKim Jisoo terpaksa harus menampung sepupu-sepupunya yang rusuh selama liburan musim panas ini.