9. Rafting

1.3K 210 9
                                    

"Ayo minta lagi pada Paman Jongki, Unnie. Aku dengar Paman mendapatkan film baru lagi." Bisik Lisa sambil mendorong lengan Jennie berkali-kali. Si gadis kucing menepis tangan sang adik dan bergeser ke sebelah Rosé, menjauh dari si Manoban. "Kau, mintalah juga pada Paman Ian. Aku sudah minta uang tambahan sebanyak dua kali asal kalian tahu saja!" Jennie berteriak dalam bisikannya. Ia merasa dongkol setengah mati. Uangnya benar-benar habis tak tersisa setelah membiayai gaya hidup Jisoo yang tak terkira jumlahnya.

Setelah permintaan Jisoo yang menginginkan anggur Brazil kala itu, mereka mau tak mau harus pasrah menuruti pilihan kedua yang Jisoo berikan; membiayai hidupnya. Karena demi Tuhan, siapa yang menjual anggur Brazil di sekitar pantai?! Lagipula itu tak masuk akal. Mereka tahu Jisoo meminta itu hanya karena ingin menyiksa mereka lebih jauh lagi. Jadilah selama tiga hari ini ketiganya dengan pasrah harus menggabungkan uang untuk membelikan Jisoo makanan, minuman, bahkan tiket masuk ke tempat wisata yang akan mereka kunjungi hari ini. Dan itulah masalahnya. Uang mereka tak cukup!

"Aku juga sudah meminta tambahan beberapa kali pada Daddy." Lisa kemudian menyahut agak pelan. Dan itu membuat mereka berdua spontan menoleh ke arah Rosé secara bersamaan. Dan gadis Park yang merasa diperhatikan lantas mengerucutkan bibirnya sambil memberikan tatapan memelas. "Kita kan meminta uang tambahan bersama-sama. Jika minta lagi, Appa pasti akan memarahiku karena boros." Katanya sebelum kedua sepupu memaksanya untuk meminta untuk pada sang ayah.

"Jadi, bagaimana?" Pemandu rafting atau Skipper yang semula memperhatikan mereka dari jauh kini menghampiri keempatnya dengan senyuman ramah, diikuti oleh Jisoo yang menyeringai dibelakangnya. Mereka memang akan mengikuti olahraga arung jeram hari ini. Bertempat di sebuah sungai dengan arus yang cukup kuat, keempatnya sangat antusias untuk mengunjungi tempat ini. Ya, setidaknya sebelum uang mereka terkuras habis oleh perbuatan Jisoo.

"B-bisakah membayar tiket dengan kartu kredit?" Cicit Jennie dengan wajah memerah menahan malu. Tapi mau bagaimana lagi? Jika tidak begitu, mereka tentu harus pergi dari tempat ini tanpa pernah merasakan derasnya arus sungai yang mengalir disini. Selain itu, Jisoo juga pasti meledek mereka habis-habisan jika hal tersebut terjadi. puasnya. "Ne, ne. Tentu. Mari ikuti saya." Kata Skipper yang kini membimbing Jennie untuk menyelesaikan administrasi. Rosé dan Lisa kini telah mendekati Jisoo yang masih memasang wajah puasnya.

"Tirani." Gumam Lisa sambil menatap sebal kepala Jisoo yang berdiri di depannya. Jisoo tentu mendengar itu. Tapi dia hanya tertawa kecil karena merasa puas, terlebih, tingkah sepupu-sepupunya memang sangat lucu menurutnya.

Tak sampai sepuluh menit Jennie kembali dengan wajah ditekuk. Bagaimana tidak? Dia menghabiskan beberapa juta rupiah untuk membayar tiket dan lainnya untuk mereka berempat. Tak terlalu besar memang. Tapi untuk Jennie yang belum bekerja, berhutang sebanyak itu hanya untuk tiket arung jeram cukup membuatnya kesal. "Ayo bersiap." Katanya dengan nada ketus. (Saya bingung nilai tukar KRW ke rupiah gimana, jadi biar ga salah kita cari aman aja ya. Harap maklum.)

Rosé yang merasa simpatik meringis kecil dan menepuk-nepuk pundak Jennie. "Nanti saat uang bulanan turun, aku ganti ya." Ucapnya pelan. Jennie mendadak melembut mendengar nada itu keluar dari mulut sang adik. Ia kemudian menggeleng. "Tidak perlu. Saat uang bulananmu turun, uang bulananku juga pasti turun. Jadi tak apa. Anggap saja aku sedang berperan menjadi kakak yang baik." Balas Jennie sambil memberikan senyum tipis.

Jisoo yang mendengar itu diam-diam merasa bangga pada sang adik. Menjadi mahasiwi yang tinggal terpisah dari orang tua, mau tak mau membuat Jennie menjadi orang yang hemat, terlepas dari penghasilan orang tuanya yang tak terhingga. Dan si kucing yang mau mengeluarkan uang untuk mereka tanpa meminta ganti membuat Jisoo agak menyesal telah mengerjai mereka dengan cara ini. Tapi perlu di garis bawahi, kata kuncinya agak. Karena disisi lain, jujur saja ia merasa terhibur dengan wajah memelas ketiga adiknya.

Summer DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang