"Kami punya jagung bakar, silahkan dinikmati." Seorang wanita yang terlihat mendaki bersama sahabatnya memberikan empat potong jagung bakar untuk mereka. Keempatnya menerima dengan senang hati. "Ah, kamsahamnida." Ucap mereka serentak.
Tak terduga, suasana camping diatas gunung ternyata sangat menyenangkan. Para pendaki berkumpul di depan tenda, saling bercengkrama dan berbagi cerita seakan semuanya adalah teman lama. Rosé yang kebetulan membawa gitar kecil pemberian Jisoo menjadi pusat perhatian karena pada akhirnya semuanya berkumpul di sekitar mereka dan bernyanyi bersama. Terlebih perpaduan suara indah Rosé dan Lalisa yang merupakan seorang calon solois terkenal tentu membuat mereka menjadi bintang utama dalam acara bernyanyi malam ini.
"Ada yang mau makkgeoli?" Seorang pria muda mengangkat teko kecil yang berisi minuman alkohol tradisional. Beberapa pendaki ikut minum, sekedar untuk menghangatkan tubuh. Namun Jisoo, Jennie, Rosé dan Lisa yang tak mau minum sembarangan tentu tidak bergabung dan lebih memilih untuk menikmati coklat panas yang telah mereka buat tadi.
"Semakin malam udaranya akan semakin dingin. Ku harap tendanya cukup hangat untuk kita." Ucap Lisa sambil menatap pendaki lain yang tengah minum di depan mereka. "Hm, semoga saja begitu." Sahut Jisoo menutup percakapan mereka.
Dan ketika waktu tidur tiba, ucapan Lisa benar-benar terjadi. Udaranya menjadi sangat dingin walau mereka sudah mengenakan jaket dan selimut tipis yang mereka bawa. "Kenapa dingin sekali?" Bisik Jennie sambil merapatkan tubuhnya kearah Jisoo. Di dalam tenda dengan kantung tidur, selimut dan jaket ternyata belum cukup untuk menghalau cuaca dingin di puncak gunung.
"Hey, kemarilah. Merapat, agar lebih hangat." Tangan Jisoo berusaha meraih ketiga adiknya, menyuruh mereka untuk mendekat agar setidaknya merasa sedikit lebih hangat.
"Rapatkan jaket kalian. Sini, kemari." Jisoo memeluk Jennie yang berada di ujung kiri, tepat di sebelahnya dengan lengan kiri. Sementara tangannya mengenggam tangan Lisa juga Rosé yang tidur di sisi paling kanan. Mereka sungguh tak mengira kalau udara gunung akan sedingin ini walau di tengah musim panas.
"Rasanya aku akan membeku." Keluh Lisa bergerak kesana kemari, berusaha mencari kehangatan dari Jisoo dan Rosé yang mengapit posisi tidurnya. "Kalau kita terus berpelukan, semakin lama pasti akan hangat. Jadi usahakan jangan menjauh ya." Balas Jisoo yang diangguki ketiga adiknya.
"Walaupun dingin begini, pengalaman hari ini tidak akan pernah aku lupakan. Sangat menyenangkan." Kata Rosé pelan. Jennie bergumam menyetujui dengan mata yang terpejam. Semakin lama posisinya menjadi semakin nyaman. Hawa dingin mulai tergantikan dengan kehangatan yang tercipta dari tubuh mereka sendiri. "Kalau ada kesempatan untuk mendaki gunung lain, kita tidak boleh melewatkannya." Sahut Lisa.
"Eum, ne. Tapi tentu tidak dalam waktu dekat. Tulang-tulangku bisa rontok jika terus-terusan mendaki gunung." Jennie menjawab. Menciptakan kekehan kecil di dalam tenda itu. "Harusnya kucing itu pandai memanjat, Unnie. Kenapa kau ini lemah sekali?" Ledek Rosé dengan suara yang semakin memelan.
"Hmm, walaupun lemah tapi kucing yang ini masih bisa mencakar wajahmu sekarang!" Kata Jennie sambil membuka sebelah matanya. "Acara cakar mencakar di tunda sampai besok saja. Kita harus tidur sekarang." Ucap Jisoo yang sudah sangat mengantuk.
"Hehe, iya. Selamat malam, Unniedeul."
"Selamat malam."
Ya, setidaknya begitu rencana mereka sampai kemudian pada pukul tiga dini hari, suara petir yang langsung diikuti dengan turunnya air hujan tiba-tiba terdengar hingga membuat mereka terlonjak kaget dan terbangun secara bersamaan. Dalam gelap, Jisoo, Rosé dan Lisa berusaha melihat ke arah Jennie yang mereka ketahui memiliki ketakutan terhadap petir dan suara keras lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Diary
FanfictionKim Jisoo terpaksa harus menampung sepupu-sepupunya yang rusuh selama liburan musim panas ini.