17. Gambar Di Lembar Akhir

498 118 29
                                    

AGHISA

17. Gambar Di Lembar Terakhir

- - -

"Jauhin Kak Anta, Kak"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jauhin Kak Anta, Kak"

Hah.

Rasanya mau meledak sewaktu permohonan itu lolos begitu mudah dari mulut Bulan. Ghisa menatap Bulan yang masih terduduk dengan tatapan tak percaya, ia tak habis pikir bagaimana gadis ini bisa meminta dengan sesuka hati seperti itu.

Dia pikir dia siapa?

Apa dia merasa hebat setelah membuat Mama nya menganggap Ghisa pembohong?

"Lo pikir lo siapa?"

Jujur, Ghisa tak pernah menyangka ia akan mengeluarkan nada sedingin itu pada Bulan yang mana adalah adik yang mulai di sayangnya. Mungkin karena Ghisa merasa Bulan terlalu ikut campur. Bulan sudah terlalu jauh untuk mengurusi hubungan pertemanan nya.

Ghisa mengerti mungkin Bulan tak senang melihat Anta bersama perempuan lain, terlebih itu Kakak tiri nya. Tapi, hey Ghisa dan Anta bahkan tak ada hubungan apa-apa. Dan Ghisa tak bisa memungkiri kehadiran Anta akhir-akhir membuat hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Dan akan gila jika Ghisa tiba-tiba menjauh sedang cowok itu banyak membantu nya.

"Kak, please. Ulan tau, Ulan gak berhak disini tapi.. Tapi Ulan gak bisa liat Kakak sama Kak Anta"

Ghisa menghempaskan tangan Bulan yang memegangnya sedikit kasar. Mengendus geli selanjutnya kembali menjawab dengan nada sarkasnya.

"Kalau gitu jangan diliat"

Ah, Ghisa mengakui sekarang jika dirinya benar-benar reinkarnasi Bawang Merah. Lihat bagaimana Ghisa yang berlalu tanpa memperdulikan Bulan yang menangis memanggil namanya. Rasanya seperti tengah melakoni adegan sinetron dimana dia adalah tokoh antagonis disini.

Tangannya hampir saja mencapai daun pintu jika Bulan tak kembali menarik tangannya. Kini dia menyimpan selembaran yang dilipat di tangan kirinya. Masih dengan memegang tangan kiri nya, Bulan yang kini mulai menangis berkata cepat. "Ulan janji, Ulan akan minta Mama buat ijinin Kakak biar ikutan loba ini. Kakak... Kakak mau ikut ini kan? Iya Kan?"

Ghisa mengkernyit membuka selembaran yang ternyata pengumuman lomba desain poster yang Ghisa ingin ikut. Ia mengendus kasar, membuat Mama mengijinkan Ghisa katanya?

Dia pikir semudah itu? Ghisa bahkan harus mati-matian membujuk Pak Didi untuk tak menulis nilai ekskul nya di rapot. Apa gadis itu tak ingat Mama yang melempar semua barangnya?

A G H I S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang