1

2.5K 196 42
                                    

PROLOG

Tokyo, Januari 2011

"Oikawa Tooru, apa motivasimu melakukan semua ini? Apa motivasimu membunuh?"

Pemuda yang ditanya hanya tersenyum miring lalu menatap sang detektif tajam. Ada kegilaan dalam sorot mata itu. Dingin dan tanpa penyesalan.

Kepala polisi dan beberapa polisi lain yang melihat dari balik cermin satu arah terdiam. Dahinya mengerut sambil sesekali melirik pada jam tangan. Sudah tiga puluh menit interogasi ini berlangsung, tapi Tooru belum memberi kejelasan apapun selain tertawa gila.

"Tiga belas tusukan di perut, tengkorak belakang kepala remuk, dan kemaluan terpotong secara brutal, apa yang mendasarimu melakukan itu semua, Oikawa Tooru?"

Detektif Sawamura masih berusaha tenang meskipun Tooru terus menguji kesabarannya. Pemuda bersurai coklat bara itu sekali lagi tertawa lalu menyeringai.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHA BEDEBAH ITU MATI HAHAHAHAHHAHAHAHA"

"Apa ini ada kaitannya dengan kasus adikmu?"

BRAKK

Seketika Tooru berdiri dan menggebrak meja dengan kedua tangannya yang terborgol. Polisi keamanan hendak masuk namun Daichi meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.

"Apa kau sedang balas dendam?" Tanya pria jangkung itu.

Perlahan kepala Tooru terangkat. Ia menatap Daichi dengan amarah yang membara. Namun sepersekian detik ekspresi wajahnya melunak.

"Aku menyayanginya setengah mati. Dia adalah cinta pertamaku. Aku selalu merawatnya, menjaganya, mendandaninya. Tapi bajingan itu merusak hidupnya. Mendengarnya menangis membuatku merasa seperti tinggal di neraka. Aku tidak sanggup. Terlalu menyakitkan."

Suaranya terdengar hampa dan sangat frustasi. Daichi menatap Tooru. Kini rasa penasarannya akan kasus ini semakin besar.

Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana semuanya terjadi? Dari awal sampai pada akhirnya Tooru berada di penjara.

"Ceritakan semuanya dari awal."

Tooru menghela napas panjang.

*
*
*

-STIGMA-

*
*
*



Miyagi, November 2010

Srekkk

Korden jendela dibuka membuat sinar mentari menembus lancang. Pemuda berkulit tan itu melenguh pelan saat mentari menyilaukan matanya yang tertutup.

Sebuah pelukan membuat bibirnya terangkat. Mata Tooru masih terpejam namun satu tangannya mulai mengelus punggung tangan yang tengah memeluknya dari belakang.

"Nii-san.. Okiru.." Suara lembut yang sedikit melengking membuat hati Tooru menghangat. Setiap pagi sang adik selalu membangunkan dirinya dengan cara yang sama. Kepala mungilnya mendusal pada punggung sang kakak dan sesekali menggigit pundak Tooru jika pemuda itu tidak bangun-bangun.

"Aww.. Aku sudah bangun Tobio-chan.." Kekeh Tooru saat adiknya menggigit-gigit pundaknya. Tooru pun berbalik, memandang wajah cantik yang selalu membuat hatinya tenang.

"Aku sudah memasak sarapan untuk Nii-san.." Ujar Tobio dengan riang. Tooru tersenyum lebar seraya membelai surai adiknya. "Iya.. Nii-chan mandi dulu."

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang