17

566 73 2
                                    

"Woahh.." Senyum Tobio merekah melihat boneka panda yang baru saja Tooru belikan. Sangat lucu seperti dirinya. "Arigatou nii-san.."

Tooru tersenyum lalu mengecup kening Tobio. Ia melihat kearah kalender, lusa adalah hari ulang Tahun Tobio, Tooru harus menyiapkan kejutan.

"Oh ya, apa nii-san sudah makan sebelum kesini?"

"Iya, bagaimana kondisimu?" Tangan Tooru membelai surai Tobio dengan lembut. Senyum tak kunjung pudar dari wajah tampannya. Ia sangat senang melihat sang adik yang kembali bangkit.

"Sudah baikan kok nii-san, dokter bilang aku bisa pulang sebentar lagi jika banyak makan.. Tapi aku takut gendut.."

Tooru terkekeh. "Gendut juga tidakpapa Tobio-chan, aku tetap mencintaimu, makan yang banyak oke.."

Tobio tersipu malu mendengarnya. "Mm.. Aku merindukan nii-san.." Ujarnya pelan sambil menunduk malu.

Antara percaya tak percaya mendengarnya, jantung Tooru berdebar kencang. Pemuda itu merengkuh sang adik dalam pelukkan hangatnya. "Aku juga sangat merindukanmu.."

Si mungil tersenyum tipis dipelukan kakaknya, perlahan ia balik memeluk Tooru.

"Nii-san jaga kesehatan juga ya.."

"Iya pasti.. "

"Aku menyayangi Tooru-nii."

"Iyaa.."

.
.
.

"Kemana saja kau?! Dimana makanannya?!!"

Suara dari pria paruh baya itu menggelegar memekakkan telinga Tooru. "Menjenguk Tobio"

Prankk

Sebuah botol alkohol dilempar didepan kaki putranya. Tangan Tooru mengepal. Bedebah keparat sialan. Mengabaikan kelakuan sang ayah, Tooru tidak sudi memanggilnya demikian, pemuda itu naik ke kamar. Ia merapikan tempat tidur Tobio karena besok si mungil boleh pulang.

Selain itu Tooru pergi hanya untuk mandi, ia selalu tidur di rumah sakit karena 'rumah dan pulang' adalah tempat dimana Tobio berada.

Saat hendak turun suara ribut kembali terdengar, ada terikan dan suara pukulan, Tooru terus berjalan melewati kedua orang tuanya yang terus-terusan bertengkar. Dia malas menggunakan tenaganya untuk meladeni dua orang itu.

Kebetulan saat tiba di rumah sakit Tooru berpapasan dengan Aeru, kali ini gadis itu tidak menahan diri untuk menghampiri Tooru.

"Apa keluarga Oikawa-kun ada yang masuk rumah sakit?" Tanya nya.

"Bukan urusanmu" Tooru mengacuhkan gadis itu dan terus berjalan. Merasa penasaran Aeru mengikuti Tooru dan berhenti di depan sebuah kamar rawat inap.

"Oikawa Tobio? dia adiknya Oikawa Tooru atau kakaknya?"

.
.
.

"Hei, kenapa tidak istirahat?" Tooru duduk di samping ranjang seraya mengusap pipi sang adik.

"Aku sudah tiduran terus dari tadi nii-san.."

"Begitu? Aku ada sesuatu untukmu"

Tobio tersenyum lebar, menantikan kejutan dari Tooru, si pemuda mengeluarkan sebuah kue ulang tahun lalu menyalakan lilin. "Selamat ulang tahun sayang.."

"Woah, nii-san ingat ulang tahunku?"

"Tentu saja.. Mintalah permohonan"

Tobio memejamkan mata, beberapa detik ia terdiam dengan mulut yang komat kamit.

Fyuh

Tooru tersenyum, ia meletakkan kue keatas meja lalu nenangkup pipi Tobio. "Sekali lagi selamat ulang tahun.." Diciumnya kening, kedua mata, pucuk hidung, dan terakhir bibir plumnya.

"Aku mencintaimu.."

Yang lebih mungil nengangguk seraya mengusap pipi kakaknya lembut. "Aku juga.."

Tooru menggenggam tangan Tobio di pipinya lalu maju untuk kembali mencecap bibir manis adiknya. Dia merindukan Tobio lebih dari apapun begitupula sebaliknya, keduanya saling bertukar hasrat dan cinta lewat ciuman yang terasa candu.

Satu tangan Tooru melingkar di pinggang ramping Tobio dan satunya lagi menekan tengkuknya pelan guna memperdalam ciuman. Lidah Tooru menjelajahi tiap inci dan celah di mulut Tobio, mengabsen rentetan giginya, membuat yang lebih mungil semakin hanyut dan menikmati, ranum tebalnya menghisap benda tak bertulang di mulut kakaknya. Lama-lama Tobio jadi ahli berciuman karena Tooru.

Tck

Ciuman terlepas, napas Tobio terengah dan ia membuka mata perlahan, tampak Tooru yang tersenyum dengan penuh cinta, terlihat dari cara dia memandang Tobio begitu lembut.

"Apa yang kamu mau sebagai hadiah?"

"Tidak mau apa-apa, aku hanya mau Tooru saja.."

.
.
.

Keduanya sampai di rumah dengan naik taksi, Tooru terus merengkuh pundak adiknya sambil membawakan barang-barangnya.

Si mungil membuka pintu kamar dan terharu melihat tulisan 'Welcome Home' di dinding kamarnya. "Nii-san.."

Grep

Tobio memeluk Tooru dari samping, yang lebih tua mengecup kening sang adik. Mereka duduk di tepi ranjang saling berpelukan.

"Nii-san, bagaimana dengan Atsumu-nii, apa sudah ada kabar?"

"Belum, dia masih dinyatakan hilang.."

"Begitu ya, jangan-jangan Atsumu-nii diculik?"

Tooru terkekeh lalu mengecup pipi Tobio. "Biarkan polisi yang mengurusnya jangan terlalu kamu pikirkan.."

"Huum.. Tapi-"

"Tobio-chan.."

"Iyaiya.."

Tooru mengangkat tubuh Tobio dan mendudukkannya dipangkuan. Dibelainya surai lembut itu pelan seraya menatap matanya. Yang lebih mungil melingkarkan tangannya pada leher sang kakak.

Keduanya saling memandang, menatap dalam mata satu sama lain sebelum pada akhirnya terpejam. Kini gantian bibir mereka yang saling menyapa. Tobio menikmati setiap lumatan dan hisapan bibir Tooru. "Mmh.."

Mata Tooru terbuka sedikit saat mendengar adiknya melenguh, kemudian kembali terpejam sembari pagutannya semakin dalam. Tobio meremas rambut Tooru saat si lelaki meremas pinggulnya. "Nii-sanh.."

"Hmm?"

"Aku.."

Tooru menanti perkataan Tobio yang selanjutnya, wajah manis itu tampak merona dan bibirnya yang ranum tengah merekah basah. Sangat cantik. "Kenapa sayang?" Dibelainya rambut Tobio penuh sayang.

Krrrrr

Perut Tobio berbunyi. "Aku lapar.."

Tooru tertawa lalu mengecup bibir sang adik sekali lagi. "Baiklah, aku akan beli dulu. Kamu tunggu saja disini, jangan ketiduran.."

"Ha'i nii-san"

"Mau dibelikan apa?"

"Mm terserah.."

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang