Tooru melepas bajunya yang telah berlumuran darah. Kelima pembully Tobio telah mati di tangannya.
Klontang
Palu terjatuh. Cairan kental beraroma amis menggenang dimana-mana. Napas Tooru masih memburu dan setelahnya ia berlutut. Pemuda tan itu menangis, bukan karena ia menyesal telah melakukan pembantaian sadis, hanya saja ia sedih dengan kondisi adiknya. Kenapa manusia yang begitu polos dan tulus seperti adiknya harus mengalami hal semacam ini?
"INI SEMUA KARENA KALIAN BEDEBAH SIALAN!!"
PRAKK
Tooru kembali menumbuk tengkorak kepala yang itu entah siapa karena wajahnya telah hancur. Mustahil menyembunyikan mayat anak-anak itu, jadi dia biarkan. Tooru memilih pergi hanya dengan barang bukti.
Pemuda itu pergi dulu ke rumahnya yang sepi. Membasuh tubuhnya dari darah para korbannya, kemudian bersiap kembali ke rumah sakit. Pemuda itu berdiri di depan cermin. Wajahnya tak memiliki ekspresi, kosong jika tanpa Tobio disisinya.
DAKK
Si tampan menuruni tangga dan melihat ayahnya, pria itu mabuk sampai ambruk di lantai, Tooru berjalan mengabaikannya. Percuma juga ia cerita tentang Tobio pada mereka, ujungnya pasti mereka tidak peduli.
Ibunya yang workaholic sedang ayahnya yang tukang mabuk dan penjudi.
.
.
.Si tampan mengurus administrasi adiknya lalu melihat ke dalam kaca IGD. Hatinya terenyuh, ada rasa sesak dan sedih yang teramat dalam disana. Baru saja ia melihat senyum Tobio, kini senyum itu kembali direnggut darinya.
Tangan Tooru mengepal, ia merasa sudah gagal menjaga Tobio. Pemuda itu terus-terusan mengumpat membuat pengunjung lain merasa takut saat melewati Tooru.
"Oikawa-kun?" Mata Aeru sedikit membulat melihat Tooru yang berada di lorong rumah sakit. Gadis itu ingin mendekati Tooru, namun ia teringat perkataan kakaknya. Alhasil Aeru memilih melewati Tooru begitu saja dan langsung masuk ke bangker dimana sang kakak dirawat.
.
.
.Hari semakin malam, akhirnya Tobio ditempatkan dalam sebuah kamar. Tooru duduk di kursi samping seraya menggenggam tangan sang adik.
Si lelaki raven masih terbaring tak berdaya. Di wajahnya terdapat beberapa luka memar, belum lagi ditubuhnya. "Maafkan aku Tobio.." Gumam Tooru seraya menempelkan keningnya pada punggung tangan Tobio. "Kumohon tetaplah hidup.." Sesal Tooru penuh harap.
Pemuda tanpa belas kasih itu bahkan sampai menangis jika kaitannya dengan Tobio. Tobio adalah letak hati Tooru disimpan. Sedikit saja ada yang menggores Tobio maka Tooru akan merasa sakit luar biasa.
"Telah ditemukan 5 mayat dalam kondisi mengerikan di sebuah gedung sekolah **** , korban meninggal akibat aksi pembunuh yang belum diketahui siapa dan apa motivasinya..
Miyagi, Desember 2011, saya Sugawara Koushi melaporkan"
*
*
*
*
*
Tokyo, Januari 2012
Daichi memijit keningnya yang mengkerut. Total sudah sepuluh jam ia bersama Tooru di dalam ruang interogasi. Pria itu membaca dokumen kasus kematian yang baru saja disebutkan oleh si pemuda.
"Baiklah, ternyata ini lebih berat dari yang kubayangkan.. Maksudku bagaimana mungkin pemuda yang masih berusia 16 tahun sepertimu punya pemikiran dan keberanian kejam begitu.."
Tooru menghembuskan napasnya. "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kau punya nyali. Aku hanya memberi apa yang pantas mereka terima."
"Lalu, tentang kasus utama kita diawal. Bagaimana dengan yang itu?"
Untuk mengingat kejadian yang dimaksud, jantung Tooru berdetak lambat. Sakit dan nyeri menjalar ke setiap sel dalam tubuhnya.
"Keparat sialan itu, harusnya ku singkirkan dari awal."
Tooru menggeram dan tangannya mengepal sampai merah.
*
*
*
*
*
Miyagi, Desember 2011
Perlahan mata Tobio terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Pemuda mungil itu lalu melirik ke samping dimana terdapat Tooru yang masih duduk terlelap.
Satu minggu Tobio telah tak sadarkan diri, kini pemuda mungil itu bangkit kembali. Motivasinya untuk pulih cuman satu, Oikawa Tooru.
Sebuah belaian lembut pada rambut berhasil membuat si Oikawa terbangun dari tidurnya. Pemuda itu mengusak mata dan sangat bahagia melihat Tobio yang telah sadar. "Sayangku.."
Air mata Tooru menumpuk di pelupuk saat melihat Tobio tersenyum lembut, meskipun tubuhnya masih sangat lemah tapi pulihnya Tobio membawa harapan baru bagi keduanya untuk bisa hidup bersama lagi.
Tooru bangkit berdiri dan segera melayangkan kecupan sayang pada kening Tobio. Si mungil tersenyum dan merasa terharu. Tooru begitu mencintai dirinya dan Tobio sangat bersyukur akan hal itu.
Si pemuda tan bergegas memanggil doker untuk memeriksa keadaan Tobio. Si manis dinyatakan masih belum stabil dan harus menjalani pemulihan di rumah sakit.
"Aku pulang dulu untuk mandi oke, jangan merindukanku.." Kekeh Tooru.
Tobio tersenyum seraya mengangguk, ia mengelus punggung tangan Tooru dengan jempolnya. "Jangan lama-lama.."
"Iya sayang.."
Cup
Dikecupnya punggung tangan Tobio sayang dan lembut, setelah itu Tooru bangkit berdiri. Sepanjang langkahnya Tooru bersiul santai. Tidak banyak hal yang mengganggu hari-harinya sekarang, semuanya begitu tenang tanpa Wakatoshi maupun Atsumu.
Tentang mereka berdua, kasus sabotase mobil Wakatoshi masih terus diselidiki namun tak kunjung menemukan hasil, tidak ditemukan petunjuk mengenai siapa pelakunya. Sedangkan kasus Atsumu, pemuda itu dinyatakan hilang, Tooru sempat dinterogasi bahkan dengan alat penguji kebohongan namun ia lolos, ia pandai berbohong termasuk membohongi mesin.
Semua kejahatan yang ia lakukan begitu sempurna tanpa cacat, tidak ditemukan barang bukti, ataupun petunjuk.
.
.
."Bagaimana kondisi Tobio?"
Tooru mendecih seraya tersenyum sinis. "Tumben sekali peduli"
Nyonya Oikawa mengepalkan tangan, apa-apaan putranya ini kenapa begitu kurang ajar.
PLAK
Bukannya kesakitan ataupun mengaduh, Tooru justru tersenyum lebar. Si wanita semakin aneh dan merasa Tooru makin tak waras, alhasil ia melewati pemuda itu tanpa bicara.
Sedikit yang Tooru sadari tadi, ada luka memar di pipi ibunya, tampaknya kedua orang tuanya kembali ribut dan si ibu menjadi korban. Seperti biasa jika wanita itu mengalami kdrt maka pelampiasannya adalah Tooru.
Tooru tersenyum. Ia mengusap tamparan di pipinya. "Sudah berapa lama aku tidak merasakan ini ya.. Dia itu beraninya melampiaskan padaku.."
Tooru jadi teringat masa lalu.
Grekkk
Pintu ruang belakang terbuka menampilkan sang ayah yang penampilan nya tidak karuan, bau busuk orang tidak pernah mandi menguar membuat Tooru mau muntah, belum lagi jenggot dan rambutnya yang tak terurus dan matanya yang kuning akibat banyak mabuk.
Si tan menggeleng lalu menaiki tangga. "Orang itu seperti zombie saja, menjijikan.." Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stigma (OiKage) END
Fanfiction"Apa kau menyebutku seorang pendosa?" Pair: Oikawa Tooru x Oikawa Tobio (Tobio as Oikawa's little brother) Disclaimer: rate M, OOC, incest, blood, murder, trauma, mature content, mental illness, angst, soft. NO HATE TO ANY CHARACTER, THIS IS FANFIC...