7

747 111 13
                                    

Mata Tobio membulat. Ia terkejut bukan main saat bibir tipis sang kakak menyentuh permukaan bibirnya. Hanya menempel namun rasanya sangat aneh.

Ini tidak benar bukan?

Ini sangat salah..

Tapi, Tobio memejamkan mata perlahan dan membalas lumatan Tooru.

Tooru merasakan jutaan kupu-kupu lepas di perutnya. Ini adalah pertama kali ia berciuman dengan Tobio. Tidak, bahkan ini adalah ciuman pertamanya. Ia sangat bahagia tentu saja.

Perlahan yang lebih tua membuka mata dan melepas pagutan. Terlihat Tobio yang kebingungan. Bingung dengan perlakuan Tooru dan bingung kenapa dia menyukainya.

Tak ada patah kata dari keduanya. Hening dan mungkin sedikit canggung. Tooru menangkup pipi Tobio lalu menempelkan keningnya pada kening sang adik.

"Aku mencintaimu.."

Napas Tobio tak beraturan. "Tapi nii-san-"

"Aku tahu. Kita sesama lelaki dan terlebih kita saudara. Hubungan kita salah namun cintaku murni. Aku menyayangimu, aku ingin menjagamu dan menjadi yang terutama di hatimu. Aku tidak memintamu membalas perasaanku hanya saja bisakah kamu menjaga hatiku?"

Tobio terdiam. Perlahan tangannya menggenggam punggung tangan Tooru yang masih berada di pipinya. Terlihat wajah Tobio bersemu namun terdapat genangan air mata di pelupuk matanya. Lelaki mungil itu melihat ke bawah, menghindari kontak mata langsung.

"Jika aku bilang aku juga mencintai nii-san, apakah nii-san akan membenciku?"

Tooru menggeleng kecil, mengangkat wajah si blueberry agar mata mereka kembali mengunci. "Aku akan menciummu"

Tobio tersenyum, tak berselang lama Tooru juga tersenyum. Seolah keduanya bisa memahami isi hati masing-masing tanpa sepatah kata, Tooru menempelkan bibirnya dan melumat lembut ranum adiknya. Mencecap rasa manis yang terdapat pada labium cerry itu, dan menyesapnya penuh candu.

Disela-sela ciuman Tobio terkekeh membuat Tooru tersenyum dan membuka mata. "Nani?"

Tobio menggeleng lalu memeluk Tooru, menenggelamkan wajahnya pada dada sang kakak. "Aku bahagia.."

"Biarkan kita menjadi alasan satu sama lain untuk bahagia mulai sekarang.."

"Nii-san adalah alasanku bahagia sejak dulu.."

"Manis sekali kata-katamu itu, sayang.."

Tobio tertawa lalu mencubit pinggang Tooru. Yang lebih tinggi ikut tertawa. "Aku akan memanggilmu sayang mulai sekarang.."

"Tidak.. Toorunii akan membuat wajahku terus bersemu nanti.."

"Itu bahkan lebih baik.." Tanpa aba-aba Tooru menggendong Tobio bak koala. Hatinya merasa hangat dan sangat bahagia sekarang. Melihat wajah manis yang tengah merona dan malu-malu dihadapannya. Tobio terlalu indah untuk menjadi nyata.

"Habis ini nii-san bantu aku menjemur baju dan memasak oke?"

"Ne sayangku.."

"Oniisann.." Mendengar panggilan itu telinga Tobio memerah dan jantungnya berdebar tak karuan.

Tooru tertawa saat wajah Tobio kian memerah. Ia sangat senang menggoda adiknya.

.
.
.

Tepat seusai mengangkat jemuran kering, rintik hujan membasahi bumi. Tooru masuk ke ruang laundry dan meletakkan pakaian kering disana. Ia tak sabar untuk berdekatan dengan adiknya yang tengah memasak di dapur.

"Fokus sekali masaknya"

"Tentu saja, kalau tidak nanti bisa gosong"

Tooru tersenyum sambil mengelus surai Tobio. Ia menoleh pada ikan yang sedang di goreng adiknya. Waktu berselang, keduanya duduk makan di meja makan.

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang