12

558 91 10
                                    

Tooru membaringkan Tobio di ranjang kamar si mungil. "Obatmu aku semua yang bawa"

"Tidak perlu" Jawab Tobio tak menatap mata Tooru. Cukup sudah, Tooru tidak tahan. "Kenapa ka-"

"Permisi, Tobio bolehkah aku tidur denganmu, aku menginap beberapa hari disini" Atsumu yang tiba-tiba datang menyela.

Tobio dan Tooru pun menoleh ke arah pintu. Berusaha mengabaikan tensi yang sebelum nya terbentuk, Tobio mecoba tersenyum.

"Ya"

"Tidak"

Tobio dan Tooru saling memandang. Yang lebih tua menatap mata Tobio penuh penekanan agar Tobio patuh dan menolak Atsumu. Jika biasanya Tobio menurut maka tidak kali ini.

"Iya Atsumu-nii, boleh kok"

Kepala Tooru sakit mendengarnya. Ia ingin protes namun tidak memungkinkan. Atsumu dengan senyum rubah cerahnya masuk ke kamar, ia bahkan menabrak pundak Tooru dengan sengaja.

"Aku merindukanmu Tobio-kun, kenapa bisa sampai sakit?"

"Iya nii-san, aku juga tidak tahu tiba-tiba sakit.."

"Jaga kesehatan oke, aku akan merawatmu selama disini"

Tooru memutar malas bola matanya lalu segera keluar. Hatinya panas sekali. Harusnya dia yang berada di posisi Atsumu sekarang. Memeluk dan merawat Tobio selama pemuda mungil itu sakit.

"Sialan. Hidup tidak adil."

.

Tooru turun ke bawah untuk membuat sandwich strawberry. Ia menghela napas dan matanya terlihat kosong.

Kira-kira pukul 11, Wakatoshi tiba di kediaman Tobio. Pria itu turun dari mobil sambil membawa buah-buahan.

Toktoktok

Mata Tooru menatap lurus ke arah pintu. Aura aneh menguar dari tubuhnya. Pemuda itu berjalan membukakan pintu masih dengan pisau selai di tangannya.

Ceklek

"Mau apa? Adikku sedang istirahat tidak bisa ditemui."

Tooru memutar malas bola matanya. Apa-apaan Wakatoshi ini, sok peduli sampai datang membawa buah.

"Mana orang tuamu?"

"Tidak ada."

Kedua lelaki itu saling bertukar tatapan tajam dan intonasi suara yang penuh penekanan.

"Aku tidak akan membiarkan Tobio hanya berdua denganmu di rumah. Lelaki sepertimu membahayakan Tobio."

Well, ucapan Wakatoshi tak sepenuhnya salah. Alis Tooru menukik. Dari balik pintu, sebelah tangannya yang memegang pisau mengerat hingga menampilkan urat.

"Kau pikir aku berbahaya?" Pupil mata Tooru mengecil dan tiba-tiba ia tersenyum aneh.

Wakatoshi merasakan ada yang tidak beres dengan pemuda dihadapannya. "Izinkan aku menemui Tobio sebentar."

"Tentu saja, silahkan masuk."

Krieett

Pintu kayu terbuka, mata Wakatoshi langsung menangkap pisau di tangan Tooru, apa yang pemuda itu mau lakukan.

"Masuk saja, dia ada di kamar belakang.."

Jelas-jelas Tobio berada di kamar atas.

.
.
.

Atsumu tengah menyuapi Tobio. Pemuda bersurai pirang terang itu tak henti-hentinya mencubit pipi Tobio lalu mengusapnya. Si manis pasrah saja. Ia menikmati setiap suapan Atsumu hingga habis.

"Apa bubur buatan ku enak?"

"Iya.."

BRUKK

Secara bersamaan Atsumu dan Tobio menatap ke arah pintu. Suara ribut apa itu. Atsumu segera meletakkan mangkuk bubur ke nakas. "Aku akan mengecek"

"Hati-hati nii-san.."

Atsumu mengangguk.

.

Benar firasatnya sejak tadi sudah tidak enak, Tooru hendak melakukan hal diluar nalar padanya. Beruntung Wakatoshi mampu memprediksi situasi.

Tadi, Tooru mempersilahkan Wakatoshi untuk membuka pintu ruang belakang, tepat saat itu si tan hendak menikam Wakatoshi dari belakang. Namun yang terjadi, pria bermarga Ushijima itu berbalik dan langsung menendang perut Tooru. Tubuh si kurus menghantam lemari kayu dibelakang sampai membuat suara gaduh.

"Sialan aargg"

"A-apa yang kalian berdua lakukan disitu?! Siapa kau?!" Atsumu mendatangi mereka dengan membawa sapu untuk jaga-jaga. Bisa dibilang ia penakut dan payah dalam bela diri.

Wakatoshi berusaha menetralkan napasnya lalu membungkuk. "Aku Ushijima Wakatoshi, guru dari Oikawa Tobio."

"Aku Oikawa Tooru"

Atsumu mendecakkan bibir. "Kalau kau aku sudah kenal Tooru!"

Tooru menggelengkan kepala lalu bangkit berdiri. Tendangan Wakatoshi mampu membuat pinggangnya serasa mau patah.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Pria ini menendangku karena aku melarangnya menemui Tobio"

"Itu tidak benar" Sahut Wakatoshi.

Atsumu kebingungan. Ia memang tidak suka dengan Tooru tapi Wakatoshi, dia adalah orang asing.

Tooru mengeluarkan jurus tipu daya. Pria itu tiba-tiba mengaduh sakit lalu meminta bantuan pada Atsumu. Alhasil pemuda usia 15 tahun itu menolong sepupunya.

"Kau benar ditendang olehnya?" Bisik Atsumu.

"Iya, dia itu psikopat." Tooru balas berbisik, memutar balikkan fakta. Padahal Tooru yang dengan gila hendak menghabisi Wakatoshi.

Si Ushijima menghela napas. Ia mengulurkan bucket buah di tangannya membuat Atsumu takut-takut. "Jangan-jangan ada kamera tersembunyi"

"Hanya ada buah di situ, bolehkah aku menemui Tobio?"

Atsumu melirik kearah Tooru. Melihat kondisi sepupunya yang tampak kesakitan tentu Atsumu jadi takut pada Wakatoshi. "Tidak maaf, kau bisa menemui Tobio jika orang tuanya ada di rumah. Sekarang bisa tolong pergi?"

"Baiklah.."

Saat Wakatoshi pergi, Tooru menyeringai. Ia langsung menyerobot bucket buah di tangan Atsumu. "Jangan berikan ini pada Tobio, ada racunnya!"

Bruk

Dibuang begitu saja ke tempat sampah. Atsumu hanya diam, ia kembali naik ke kamar Tobio meninggalkan Tooru yang masih di bawah.

Pemuda itu melihat keluar jendela mengawasi mobil Wakatoshi, lebih tepatnya menghapal plat kendaraannya. "Bedebah itu awas saja."

.
.
.

Setelah apa yang Tooru coba lakukan padanya membuat Wakatoshi semakin mencemaskan Tobio. Bayangkan lelaki mungil itu tinggal dengan lelaki kelainan mental macam Tooru. Sungguh membuatnya tak tenang.

Apalagi jika ia mengingat Tobio begitu percaya pada Tooru, pastinya akan sulit untuk memperingati lelaki mungil itu. Wakatoshi harus mengumpulkan bukti agar bisa meyakinkan Tobio bahwa Tooru tidak baik. Ia tidak ingin Tobio berujung masuk ke rumah sakit seperti adiknya karena Tooru. 

Stigma (OiKage) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang